Terlihat langit yang cerah dari balik jendela dan udara yang sejuk menerpa muka Dilan. Ehhhh ralat bukan udara yang segar tapi dari kipas angin yang menyejukkan sekali. Dilan sudah rapih dengan seragam sekolah SMAnya. Dengan gagahnya Dilan keluar dari kamarnya di sorot oleh lampu seperti superhero menunjukkan kehebatannya. Dilan pun duduk bersama Bapak dan Ibunya untuk sarapan.
"Pagi...Bapak dan Ibu," sapa Dilan sambil mengambil roti yang diolesin selai di piring makannya.
"Anak...Ibu..rajin....amat hari ini," pujian Ibu setiap pagi.
"Bu...biasa...aja.....setiap hari begini," saut Ayah yang sibuk baca koran.
"Bener...itu..Ibu...seperti biasa...Dilan berangkat sekolah untuk menuntut ilmu supaya menjadi anak yang berguna bagi nusa dan bangsa," kata Dilan sedikit berkotbah.
"Cukup....Pidato..pagi ini Dilan..berangkat sana......nanti telat kamu!," perintah Ayah.
"Bener..nak..cepet habisin makan kamu.....dan laksanakan tugas kamu dengan bijaksana!," perintah Ibu.
"Baiklah....Ayah dan Ibu," jawab Dilan dengan rendah hati.
Dilan berajak dari tempat duduknya. Tidak lupa bersaliman dengan ke dua orang tuanya tanda anak berbakti. Dilan melangkah keluar rumah dan di iringin dengan salam "Asalamualaikum." Ke dua orang tua pun menjawab salam Dilan "Waalaikum salam."
Dengan gagahnya Dilan menaikin kuda besinya.
"Oh..iya..bensin...takut mogok di jalan," gerutu Dilan.
Dilan memeriksa kuda besinya dengan seksama.
"Alhamdulilah.......besin.......cukup sampai ke sekolah," celoteh Dilan.
Dilan pun naik kuda besinya. Kunci motor dimasukin ketempat biasanya. Motor pun hidup dengan suara mesin yang merdu seperti alunan musik yang merdu.
"Bismilah.....," kata Dilan.
Dilan menggas motornya dengan sangat lembutnya. Motor pun berjalan dengan baik jalannya. Dengan santai Dilan melewati jalan komples rumahnya dengan penuh ke hati-hatian. Ketika persimpangan jalan Dilan melihat sosok gadis cantik pujaan hatinya. Dilan berhenti sejenak di pinggir jalan untuk memandang lebih lama gadis pujaan hatinya.
"Bak purnama yang menyinari hati saya," celoteh Dilan.
Gadis cantik berbaju seragam berambut panjang yang di taksir Dilan adalah teman sekelasnya nama Sakia. Selang berapa saat angkot berhenti. Saskia pun naik angkot. Dengan ayunya Saskia masuk ke dalam angkot. Dilan memandang Saskia dengan air liur yang menetes.
"Wah...banjir..ini..mah," celoteh Dilan terbangun dari lamunannya.
Dilan langsung mengegas motornya dengan sangat cepat. Motor melaju dengan sangat kencang mengejar angkot.
"Gimana kalau di persimpangan gang saya naik angkot saja dan motor saya di titipin di Kak Togar saja," celoteh Dilan.
Dilan dengan inisiatif yang cepat Dilan membawa motornya melaju sangat cepat sampai mendahului angkot. Sampai di persimpangan dekat bengkel Kak Togar langsung Dilan berhenti dan menitipkan motor kesayangannya. Dengan senangnya Kak Togar menerima permintaan Dilan yang sedikit ke kanak-kanakkan. Lalu Dilan langsung berdiri di pinggir jalan menunggu angkot di naikin oleh Saskia.
Dengan sabar Dilan menunggu. Akhirnya angkot terlihat juga. Dilan menjulurkan tangannya tanda untuk mau naik angkot. Sang sopir melihat dengan cekatan sekali ada penumpang yang mau ikut dengan angkot yang di bawanya. Mobil angkot berhenti tepat si samping Dilan.
Dilan pun masuk ke dalam angkot. Terlihat Saskia gadis pujaan hatinya. Detak jantung semakin berdebar-denar. Dilan sedikit salah tingkah di hadapan Saskia si pujaan hatinya. Dengan pelan-pelan Dilan masuk ke dalam duduk di sebelah Saskia.
"Saskia...," kata Dilan sedikit malu.
Saskia dengan cuwek seperti biasanya mengabaikan ulah Dilan. Dengan tarik nafas Dilan mulai menunjukkan aksinya.
"Di mana ada bunga yang cantik pasti ada seekor kumbang yang dateng untuk mendekatinya. Memang saya tahu bahwa tak pantas untuk si bunga itu karena banyaknya kekurangan. Tapi karena itulah saya mencoba menjadi si pelengkap agar rasa sendirian menghilang. Menjadi nilai sebuah cinta kasih," kata Dilan yang mencoba merayu.
Saskia tetap diam seribu bahasa tidak mengrubis Dilan sampai angkot berhenti di depan sekolah. Saskia pun turun dari mobil angkot. Dilan pun mematung karena di ambaikan oleh Saskia.
"Dek....turun..gak?" tanya sopir angkot.
Sontak Dilan bangun dari bengongnya.
"Ya..saya turun," jawab Dilan dan tidak lupa membayar uang ongkos naik angkot.
Dilan melihat Saskia melangkah masuk ke dalam sekolahan. Dilan hanya bisa menundukkan kepala.
"Ya..saya...gagal meluluhkan hati Saskia," kata Dilan.
Dilan pun masuk ke dalam sekolah mengikuti Saskia dari belakang. Sesampai di kelas Dilan hanya bisa memperhatikan Saskia duduk di bangku depan dan ngobrol dengan teman-temannya. Dilan hanya bisa duduk santai di belakang sampai guru masuk ke dalam kelas. Tanda pelajaran pagi hari di mulai.
No comments:
Post a Comment