Siang hari yang cukup panas. Dono sedang duduk di bawah pohon yang rindang sambil memegang batu krikil. Lalu Dono melempar batu kerikil dengan sangat kuat ke kali untuk menghilangkan rasa gundah di dadanya. Indro pun dateng menghampiri Dono dengan membawa buah mangga yang matang. Indro langsung duduk bersama Dono sambil memberikan buah mangga.
Dengan senang hati Dono menerima pemberian Indro. Dengan segera keduanya menguli mangga dengan gigi mereka yang tajam. Dono dengan lahap menyantap daging buah mangga dengan lahap sampai belepotan. Indro tersenyum melihat ulah Dono yang masih seperti anak kecil. Dono dengan cepat melahap buah mangga yang manis dan tersisa hanya bijinya. Sedangkan Indro masih melahap buah mangga dengan santai sambil menikmati pemandangan sekitar.
Dono beranjak dari duduknya sambil melempar biji buah mangga ke kali. Lalu Dono mencuci mukanya di air kali yang jernih sekali.
"Segar," kata Dono.
Dono kembali duduk bersama Indro yang sedang asik makan buah mangga.
"Dono mau tambah buah mangganya!" kata Indro sambil menyodorkan buah mangga.
"Ah..gak kenyang," saut Dono.
"Oh..begitu."
Indro pun menyelesaikan makan buah mangganya dan beranjak dari duduknya menuju kali untuk membersihkan mukanya dengan air yang bersih dan jernih. Tiba-tiba Dono berteriak dengan keras "Suntuk." Indro terkejut dengan ulah Dono yang aneh. Dengan segera Indro mendekati temannya yang lagi gundah gulana.
"Dono sebenarnya kamu punya masalah apa cerita dong?" tanya Indro.
"Masalah saya sih gak rumit Indro. Cuma urusan perasaan saja kok," kata Dono.
"Kalau cuma perasaan aja sih jangan di bawa dengan emosi tetap normal aja seperti orang biasa tidak punya masalah," kata Indro.
"Itu benar sih kamu Indro. Tapi kalau teringat jadi beban. Sebenarnya saya yang salah juga sih kurang tegas dalam urusan perasaan," kata Dono.
"Semua orang yang berurusan dengan cinta pasti punya dilema. Karena masalahnya sih urusannya di gantung juga salah di langengin dengan kepastian pernikahan juga salah juga. Ujung-ujung putus. Kalau di cari pokok permasalahannya cuma ekonomi," kata Indro.
"Iya...benar kamu Indro urusannya cuma ekonomi. Padahal saya sudah lama berpacaran dengan Wulan. Niatnya sih mau menikahinya. Tapi gimana ya.....pekerjaan cuma tukang ojek. Otomatis kehidupan sehari-hari lebih pas-pasan banget," kata Dono.
"Kalau masalahnya ketahuan ekonomi kamunya lebih kerja keras lagi demi diri kamu. Bukan demi Wulan. Kan kamu belum menikah dengan Wulan dan juga yang pertama kali membuka hatinya kan Wulan bukan kamu," kata Indro.
"Ya..iya..sih. Wulan sendiri membuka hatinya duluan. Setiap bertemu dengan Wulan terlihat banget berharap saya mengatakan suka pada dirinya. Padahal saya tahu cewek membuka hatinya sama aja membuka bajunya sendiri. Alias benteng keimanannya sudah gak ada lagi," kata Dono.
"Ya..mau gimana lagi Dono. Kalau cewek sudah suka dengan cowok. Maka cowok yang lain hanya penghalangnya. Padahal Wulan masih di kejar-kejar dengan Rangga. Setiap hari dateng ke rumah Wulan berharap cintanya di terima. Eh malah Wulannya memberikan hatinya kepada kamu....Dono. Sedangkan kamu..Dono..pusing untuk menjalankan hidup," kata Indro.
"Mau gimana lagi.....ya seperti itulah perjalan cinta saya. Wulan gadis yang mempesona dengan kecantikannya. Banyak penjantan mengejarnya untuk mendapatkan hatinya. Tetap saja saya mendapatkannya. Alasannya sih saya tidak pencemburuan dan saya juga tipe yang bukan mendiktenya. Maka itu Wulan nyaman dengan saya. Kalau di bilang pacaran juga enggak. Malah terlihat seperti perteman saja. Maka menghilangkan kecurigaan orang dengan hubungan saya dengan Wulan. Saya juga pun pasrah kehadapan Alloh SWT. Supaya di beri petunjuk yang baik. Eeee...seling beberapa minggu..... Wulan pun..hijrah memakai hijab. Sontak hati saya pun terkejut sekali dengan kesungguhan Wulan yang berubah menjadi muslimah yang baik. Saya pun akhirnya memberanikan diri untuk menyatakan perasaan saya pada Wulan. Tapi ternyata Wulan sudah tahu dengan perasaan saya...walau belum bicara sepatah kata pun menyatakan cinta. Malah saya di suruh untuk pergi ke mesjid untuk menjalankan kewajiban sebagai muslim yang baik menegakkan sholat lima waktu. Dari situlah saya makin suka banget dengan Wulan...karena Ridho Alloh SWT melindungi dirinya. Pada akhirnya hatinya Wulan yang terbuka hanya untuk saya sekarang tertutup oleh ke imanan. Saya sangat bersyukur sekali menemukan jodoh saya sesuai petunjuk Alloh SWT. Maka itu sekarang saya terus menjaga jarak dengan Wulan sampai waktunya tiba saya meminang Wulan dengan Bilmilahirohmannirohim," kata Dono.
"Kalau begitu sih gak ada masalah lagi kan Dono. Cuma sekarang bagaimana mendapatkan rezeki yang banyak untuk menikahi Wulan?," kata Indro.
"Itulah...masalahnya? Saya ingin membahagiakan orang saya cintai dengan harta yang halal. Tapi namanya hidup dari keluarga miskin....ya..pas-pasan banget. Sedangkan Wulan dari anak orang kaya," kata Dono.
"Dono...jangan ngomongin status kalau urusan cinta tambah jadi beban. Yang benar adalah kamu bertangungjawab demi orang kamu cintai. Kan lampu hijau sudah di dapetin dari orangtua Wulan. Karena kesungguhan kamu Dono dalam menjalankan hidup layaknya muslim yang baik dan mengalahkan Rangga dengan segala kekayaannya untuk mendapatkan Wulan," kata Indro.
"Itu semuanya memang benar. Tapi urusan hubungan saya menangkan semuanya dengan pertolongan Alloh SWT. Tetap saja saya manusia biasa...yang banyak kekurangan...berusaha lebih demi orang saya cintai," kata Dono.
"Kan saya sudah bilang...jangan demi Wulan tapi demi diri kamu dulu urusan menggapai rezeki yang lebih baik. Nanti Alloh SWT yang akan mengerakkan Wulan lagi demi kamu," kata Indro.
"Benar..juga. Kalau begitu saya lebih baik kerja dari pada kelamaan nyantai di sini. Terima kasih Indro atas semua sarannya," kata Dono.
"Iya sama-sama," jawab Indro.
Dono dan Indro beranjak dari duduk menuju pulang ke rumah masing -masing. Seperti biasanya Dono langsung bergerak cepat untuk bekerja dengan motornya menjadi tukang ojek.
Karya: No
Karya: No