"Eko," kata Budi.
"Apa?!" kata Eko.
"Ada cerita sih. Tapi ini cerita extrim banget," kata Budi.
"Extrim. Melebihi takarannya dari cerita yang biasanya," kata Eko.
"Karena ada kaitan dengan silsilah dari penulis yang masih di kaitan dengan komunis," kata Budi.
"Seharusnya cerita itu ke cerita ke versi Dono, Kasino dan Indro. Kenapa ke versi kita?!" kata Eko.
"Maunya penulis!" kata Budi.
"Kalau maunya penulis, ya ceritakan dengan baik....ceritanya!" kata Eko.
"Ceritanya begini. Seorang pemuda yang berada di dalam organisasi agama Islam. Pemuda itu memahami ajaran agama Islam. Pemuda itu, ya silsilahnya ada kaitan dengan komunis, ya keturunan sih. Pemuda terus menyembunyikan siapa dirinya sebenarnya, ya dengan cara diam sih. Sampai suatu ketika ada masalah dengan orang yang di organisasi agama Islam. Orang itu, ya Ustad lah, ya paham ajaran agama Islam. Ustad itu, ya menjelaskan ini dan itu, ya sok suci banget gitu. Pemuda itu tidak bisa menahan amarahnya. Jadi pemuda itu mengambil Al Qur'an dan juga celurit. Pemuda itu berkata "Ini Al Qur'an yang kau agungkan dengan baik". Pemuda kesal dan membuang Al Qur-an itu di hadapan Ustad itu. Ya Ustad itu marah-marah karena Al Qur'an di buang, ya sama saja menghina ajaran gitu. Pemuda itu berkata "Dasar Ustad bodoh. Mana Tuhannya setelah aku membuang Al Qur'an. Yang ada cuma kamu yang marah-marah. Bener kata-kata orang-orang. Tuhan itu manusia. Muhammad itu Tuhan kamu yang selalu kamu agungkan dari setiap doa. Sesat." Ustad itu diam. Pemuda itu berkata "Aku memegang celurit ini ingin memotong kepala manusia yang menjadi Tuhan. Karena marah-marah setelah Al Qur'an di buang. Tapi tidak jadi. Karena sia-sia menghabisi mu. Karena aku komunis." Pemuda itu meninggalkan ustad itu. Ya Ustad itu mengambil Al Qur'an. Ustad itu tidak tahu kemampuan dari pemuda itu. Pemuda itu memiliki kemampuan mendengarkan suara Roh, ya tahu kebenaran ini dan itu dengan mendengarkan Roh. Pemuda itu pun keluar dari ajaran agama Islam. Begitulah ceritanya," kata Budi.
"Bener-bener extrim. Cerita yang bagus," kata Eko.
"Ya begitu lah," kata Budi.
"Ceritanya sebatas agama Islam saja?!" kata Eko.
"Ya tidak agama Islam saja. Agama lain sih. Hasilnya pemuda itu kecewa banget dengan orang-orang yang paham agama, ya tapi bodoh. Pemuda itu, ya memang benar-benar bisa mendengarkan suara Roh, ya karena melampaui batasannya sebagai manusia. Pemuda itu tahu kebenaran ini dan itu karena mendengarkan suara Roh," kata Budi.
"Kemampuan melampaui batasan manusia," kata Eko.
"Emmmm," kata Budi.
"Main catur saja!" kata Eko.
"Ok....main catur!" kata Budi.
Budi mengambil papan catur di bawah meja, ya papan catur di taruh di atas meja. Budi dan Eko menyusun dengan baik bidak catur di atas papan catur. Keduanya main catur dengan baik, ya sambil menikmati minum kopi dan gorengan lah.