"Ikan cupang ini terlihat indah warnanya karena aku merawatnya dengan baik," kata Eko.
Eko terus melihat dengan baik ikan cupangnya di akuarium dan juga di beri makan sih. Budi ke rumah Eko dengan mengendarai motornya. Sampai di rumah Eko, ya motor di parkir dengan baik di halaman depan rumah Eko. Eko memang tahu Budi dateng, ya di suruh masuk rumah. Budi pun masuk rumah Eko dan melihat ulah Eko yang sedang asik melihat ikan cupang di akuarium, ya Budi ikutan juga.
"Ikan cupangnya bagus...Eko, ya warnanya," kata Budi.
"Iya," kata Eko.
"Kalau di adu dengan ikan cupang tipe yang lain yang rumbai-rumbainya pendek, ya ikan cupang ini yang rumbai-rumbai panjang, ya akan hancur kan Eko?!" kata Budi.
"Kalau di adu memang ikan cupang ku hancurlah, rumbai-rumbai yang cantik ini," kata Eko.
"Jadi ikan cupang ini jadi ikan hias saja, ya kan Eko?!" kata Budi.
"Iya. Jadi ikan hias, ya ikan cupang ku. Hoby," kata Eko.
"Hoby...Eko memelihara ikan cupang, ya trennya sih karena berita di Tv mempromosikan ikan cupang dengan baik sih," kata Budi.
"Populer ikan cupang," kata Eko.
"Emmm," kata Budi.
Budi pun duduk, ya begitu juga dengan Eko.
"Kenapa orang pergi kota Jakarta, masuk ke Tv di Jakarta...jadi artis gitu. Padahal ada Tv lokal di Bandar Lampung, ya kan sama saja bisa jadi artis juga?!" kata Budi.
"Kalau itu sih Budi aku tidak tahulah. Lulusan SMA, ya mana tahu kenapa orang lebih memilih ke kota Jakarta dan masuk Tv , ya jadi artis dari pada di kota Bandar Lampung juga ada Tv lokal?!" kata Eko.
"Memang sih lulusan SMA pemahaman keilmuannya kurang," kata Budi.
"Hasil dari penilaian aku sih. Ya orang yang jadi artis di Tv kota Jakarta....populer sih. Kalau di Tv lokal, ya gimana ya ngomongnya, ya takut tersinggung bila ada yang mendengarnya sih," kata Eko.
"Padahal orang yang kerja di Tv lokal Bandar Lampung kan sama aja ilmunya dengan Tv di Jakarta," kata Budi.
"Lulusan SMA. Cuma bisa tebak-tebakan saja. Beda dengan lulusan Universitas, ya meneliti ini dan itu, ya jadi tahu deh ini dan itu," kata Eko.
"Yang terpenting kan aku dan Eko, ya kerja. Walau gajinya kecil, ya di syukurin aja sih," kata Budi.
"Nama juga ikut orang. Mau sih membangun usaha, ya harus ada modal dan juga menejemen dalam pengelolaan usaha dengan baik, ya agar tidak gagal dalam menjalankan usaha," kata Eko.
"Modal bisa di usahakan sih. Ilmu menejemen pengolahan usaha dengan baik ini lah, ya aku dan Eko kurang memahaminya. Lulusan SMA," kata Budi.
"Kalau kita belajar dari Abdul yang berani buat usaha, ya jualan kelontongan dengan nyewa tempat di pasar, ya bisa sih," kata Eko.
"Spekulasi Abdul tinggi. Berani gitu dalam membangun usaha. Kata Abdul sih "Berhasil, ya berhasil. Gagal, ya gagal. Nama juga usaha."......" kata Budi.
"Abdul menjalankan usahanya dengan penuh tanggungjawab dengan baik, jadi bisa bertahan dalam keadaan apa pun, ya kata berita yang ini dan itu...ekonomi gitu," kata Eko.
"Emmmm," kata Budi.
"Ngopi nggak Budi?!" kata Eko.
"bolelah," kata Budi.
Eko ke dapur untuk membuat kopi. Budi santai di ruang tamu sambil membaca koran gitu. Ya beberapa saat sih kopi jadi, ya jadi dua gelas sih. Eko membawa kopi dengan baik ke ruang tamu dan di taruhlah kopi di meja dengan baik.
"Kopinya Budi!" kata Eko.
Budi berhenti baca koran dan di taruh di meja koran.
"Kopi," kata Budi.
Budi mengambil gelas berisi kopi di meja dan segera di minum dengan baik. Eko minum kopi juga lah.
"Enak kopi," kata Budi.
"Enak...gratis kan Budi?!" kata Eko, ya becandaannya Eko.
Eko menaruh gelas berisi kopi di meja.
"Iyalah gratis," kata Budi, ya mengikuti becandaan Eko.
Budi menaruh gelas berisi kopi di meja.
"Kalau ingin keja jadi pegawai negeri, ya harus ikut ujian jadi pegawai negeri kan Eko?!" kata Budi.
"Iya sih. Harus ikut ujian pegawai negeri. Kalau lolos ujian pegawai negeri, ya langsung kerja jadi pegawai negeri sesuai dengan jenis pekerjaan yang di pilih sih," kata Eko.
"Kalau gagal dalam ujian pegawai negeri. Jalan yang sering di omongin orang, ya lewat orang dalem. Ya bisa di bilang sih honor ini dan itu. Bisa di kota Bandar Lampung, ya bisa di daerah lainnya, ya masih wilayan propinsi Lampung sih," kata Budi.
"Kebiasaan di kota Bandar Lampung sih. Itu cerita benar apa tidak, ya cuma obrolan di masyarakat saja," kata Eko.
"Emmmm," kata Budi.
"Eko main catur saja Budi!" kata Eko.
"Ok," kata Budi.
Eko telah mengambil papan catur di bawah meja dan di taruh di atas meja. Eko dan Budi menyusun bidak catur dengan baik di papan catur. Keduanya main catur dengan baik banget.