CAMPUR ADUK

Monday, April 14, 2025

ARDH SATYA

Malam yang tenang gitu. Setelah nonton Tv yang acara menarik dan bagus musik dangdut di chenel TVRI, ya seperti biasa Budi duduk santai di depan rumahnya sedang baca cerpen sambil menikmati minum teh dan makan singkong goreng gitu. 

Isi cerita yang baca Budi :

Cerita ini dibuka di sebuah pesta di mana Anant Welankar, seorang polisi, bertemu dengan Jyotsna Gokhale, seorang dosen sastra di sebuah perguruan tinggi setempat. Anant adalah seorang sub-inspektur di kepolisian Bombay. Mereka tampaknya cocok meskipun awalnya ada pertikaian tentang ideologi, dan persahabatan itu berkembang menjadi sebuah hubungan.

Anant memiliki ketekunan, antusiasme, dan idealisme yang kuat dalam pekerjaannya. Namun, pekerjaannya berat. Ada hubungan yang erat antara mafia lokal, polisi, dan politisi (yang korup). Jujur saja, Anant termasuk dalam jajaran polisi yang lebih rendah dan memiliki ruang lingkup kewenangan yang sangat terbatas terhadap keadaan di wilayahnya.

Ketika Anant menangkap tiga penjahat biasa, ia diminta untuk bertemu dengan bos mereka, Rama Shetty, seorang bos mafia lokal. Anant menolak semua upaya Rama Shetty untuk membebaskan anak buahnya atau membujuk Anant untuk bergabung dengannya. Shetty memutuskan untuk mengawasi Anant.

Beberapa waktu kemudian, yaaa seorang pria lemah lembut dari daerah kumuh setempat mengajukan keluhan tentang beberapa penjahat yang melecehkan istrinya. Anant menemukan mereka, mengurung mereka, dan memukuli mereka dengan keras. Sebagai balasannya, anggota dewan setempat meminta agar Anant diberhentikan sementara.

Atasan Anant, inspektur Haider Ali, menjelaskan kepada Anant yang kebingungan bahwa para penjahat itu adalah antek-antek MLA, penyedia kekuatan selama pemilihan umum dan rapat umum politik. Anant menentang dengan hati nurani yang bersih (dia tidak melakukan kesalahan) dan siap menghadapi pengadilan. Haider Ali menjelaskan bahwa hal itu tidak akan sampai sejauh itu. Pengadilan ditunda tanpa batas waktu atau dicurangi (oleh politisi korup), dan penangguhan merupakan noda hitam permanen pada catatan seseorang (karena tidak ada politisi lain yang bersedia berurusan dengan pembuat onar seperti itu).

Anant awalnya bingung, yaaa tetapi setuju dengan rencana Haider untuk mendatangkan Desai, seorang mediator atau perantara yang memiliki koneksi di New Delhi, "Pusat" atau pusat kekuasaan nasional. Desai memohon kekuatan yang lebih tinggi untuk menutupi masalah ini secara diam-diam. Moral Anant terguncang oleh insiden ini: Dia harus menggunakan cara yang hampir tidak sah untuk menegakkan tindakannya yang benar terhadap para penjahat.

Anant mengenang masa kecilnya. Ayahnya pensiun sebagai Faujdar (polisi) di kepolisian desa. Ayahnya adalah pria yang keras dan kasar, cepat menampar atau memukul istrinya dengan alasan yang sepele. Anant ingat melihat kejadian itu dan tidak berdaya untuk campur tangan. Ketika Anant lulus kuliah, ia menyatakan keinginannya untuk melanjutkan pendidikan tinggi tetapi dipaksa untuk bergabung dengan kepolisian.

Keadaan menjadi menarik ketika Anant menemukan salah satu preman Rama Shetty, dipukuli habis-habisan, dibakar, dan dibiarkan mati. Anant membawa pria itu ke rumah sakit dan mengambil pernyataannya, menyebut nama Rama Shetty dan orang lain yang melakukan penyerangan ini. Anant menyerbu ke kamar Rama Shetty untuk menangkapnya. Namun Shetty tidak terpengaruh. Dia menelepon polisi berpangkat tinggi yang langsung meminta Anant untuk mundur. Anant menyebutkan konteks dan bukti yang sangat banyak, tetapi tetap diperintahkan untuk mundur. Anant yang bingung, kesal, dan malang pergi, merasa sangat terhina.

Haider Ali menjelaskan lagi: Rama Shetty berencana untuk mencalonkan diri sebagai anggota dewan kota dalam pemilihan umum kota mendatang dan tidak mampu membiarkan masalah kecil mengganggu ambisinya. Anant merasa ngeri dan marah, lalu mulai minum-minum. Hubungannya dengan Jyotsna memburuk. Ia putus asa ketika dikirim untuk memberikan perlindungan keamanan bagi rapat umum kampanye Rama Shetty.

Ia mengalami kemunduran karier lagi saat memimpin tim penyerang untuk menangkap bandit berbahaya di perbukitan di luar Mumbai, yaaa dan penangkapan itu akhirnya dilimpahkan kepada petugas lain. Hubungannya makin memburuk dan ia mulai minum-minum cukup banyak. Saat Jyotsna menghadapinya, ia pun menceritakan rahasianya.

Suatu malam, keadaan menjadi benar-benar tak terkendali saat seorang pencuri kecil, yang dituduh mencuri radio kecil, ditahan. Anant sangat mabuk, marah, dan frustrasi. Ia memukuli pencuri itu dengan brutal dan mengejutkan, sambil terus minum, dan menuduhnya "mencuri Hak-Hak Orang Lain yang sah.

Tidak mengherankan, pencuri itu menyerah. Akibatnya, Anant diskors dan menghadapi tuduhan kekerasan yang berlebihan. Anant mencoba memanggil Desai lagi, tetapi Haider Ali mundur, mengatakan situasinya sudah terlalu panas bagi kebanyakan orang. Haider Ali menyarankan, dengan agak enggan, bahwa mungkin Rama Shetty yang baru terpilih dapat membantu.

Setelah beberapa hari berunding, Anant memutuskan untuk mengunjungi Rama Shetty di tempat taruhannya.

Rama Shetty menerima Anant dengan ramah, dan mengundangnya ke tempat sucinya sendirian – mungkin menyadari bahwa polisi yang saleh ini akhirnya berlutut di hadapannya. Ia setuju untuk membantunya hanya jika Anant, sebagai balasannya, bergabung dengannya. Anant keluar dari kelesuannya yang 'tidak berdaya' dan, dengan marah, dalam gerakan yang mengejutkan dan kejam, mencekik Rama Shetty di sana dan saat itu juga. Cerita berakhir dengan Anant menyerahkan diri.

***

Budi selesai baca cerpen yang cerita menarik, ya buku di tutup dan buku di taruh di bawah meja gitu. 

"Emmm," kata Budi.

Budi menikmati minum teh dan makan singkong goreng. 

"Nyanyi dan main gitar saja. Menghibur diri!" kata Budi. 

Budi mengambil gitar yang di taruh di samping kursi, ya gitar di mainkan dengan baik dan bernyanyi dengan baik gitu. 

Lirik lagu yang dinyanyikan Budi :

"Hooo... oo
Sudah lama kita bersamaBerbagi suka maupun dukaKusadari dirimu ada yang berubahKau jadi orang yang berbeda
Salahkah aku tuk bertanyaApa yang buatmu tak bahagia?Maafkan aku bila aku tak sempurnaUntuk membaca semua yang kau rasa
Ceritakan padakuApa yang kau rasa?Apa yang buatmu terluka?Meski berat yang kau jalaniBeri ruang maaf untuk dirimu
Kadang seakan kau sendiriBerteman hidup dengan sepiMaafkan aku bila aku tak sempurnaUntuk membaca semua yang kau rasa
Ceritakan padakuApa yang kau rasa?Apa yang buatmu terluka?Meski berat yang kau jalaniBeri ruang maaf untuk dirimuLepaskan beban di dalam hatimu
Huuuuooo... Huoooouu
Ceritakan padakuApa yang kau rasa?Apa yang buatmu terluka?Meski berat yang kau jalaniBeri ruang maaf untuk dirimu
Ceritakan padakuApa yang kau rasa?Apa yang buatmu kecewa?Meski berat yang kau jalaniBeri ruang maaf untuk dirimuLepaskan beban di dalam hatimu
Maafkan semua yang menyakitimu"

***
Budi selesai menyanyi, ya gitar berhenti di mainkan dan gitar di taruh di samping kursi gitu. 

"Emmm," kata Budi. 

Budi menikmati minum teh dan makan singkong goreng gitu. Eko datang ke rumah Budi, ya motor di parkirkan di depan rumah Budi. Eko duduk dengan baik, ya dekat Budi. Di meja Eko memang melihat ada tekok kaleng yang berisi teh, piring yang ada singkong goreng dan mainan pesawat tempur yang terbuat dari kardus gitu, ya Eko mengambil mainan pesawat tempur gitu. 

"Mainan pesawat tempur....terbuat dari kardus...buatan Budi," kata Eko. 

"Emmm," kata Budi. 

Eko memainkan mainan pesawat tempur dengan baik. 

"Keren mainan pesawat tempur yang di buat Budi!" kata Eko. 

"Terima kasih...Eko...pujiannya. Aku buat mainan pesawat tempur nilai kratifitas saja!" kata Budi. 

"Memang nilai kreatifitas...membuat mainan pesawat tempur...dari kardus," kata Eko. 

"Emmm," kata Budi. 

Eko menaruh mainan pesawat tempur di meja gitu. 

"Realita tentang pesawat tempur...di gunakan dengan baik untuk tujuan perang," kata Eko. 

"Berdasarkan cerita media ini dan itu kan Eko....tentang realita pesawat tempur di gunakan dengan baik untuk perang gitu?" kata Budi. 

"Iya Budi....berdasarkan cerita media ini dan itu," kata Eko. 

"Perkembangan teknologi di gunakan dengan baik untuk urusan perang, ya pesawat tempur," kata Budi.

"Memang sih....perkembangan teknologi di gunakan dengan baik untuk urusan perang, ya pesawat tempur. Kepintaraan manusia membuat pesawat tempur," kata Eko. 

"Ya manusia yang pintar membuat dengan baik pesawat tempur gitu," kata Budi. 

"Pesawat tempur berkaitan dengan baik sama ekonomi," kata Eko. 

"Memang pesawat tempur berkaitan dengan baik dengan ekonomi gitu. Perusahaan ini dan itu yang membuat pesawat tempur," kata Budi. 

"Perusahaan pembuat pesawat tempur berkaitan dengan pemerintahan," kata Eko. 

"Memang sih pemerintahan berkaitan dengan perusahaan pembuatan pesawat tempur, ya berdasarkan cerita media ini dan itu," kata Budi. 

"Pembuatan pesawat tempur, ya terjadi kompetisi dengan baik jadinya persaingan sengit," kata Eko. 

"Realitnya memang begitu sih tentang pembuatan pesawat tempur terjadi dengan baik kompetisi dengan baik jadinya persaingan sengit...antara perusahaan pembuat pesawat tempur yang satu dengan yang lain. Menurut rakyat kecil seperti aku sih...harga pesawat tempur...mahal banget," kata Budi. 

"Memang harga pesawat tempur mahal banget. Yang murah sih...pesawat tempur buatan Budi, ya pesawat tempur terbuat dari kardus," kata Eko. 

"Memang Eko...pesawat tempur buatan aku murah, ya pesawat tempur terbuat dari kardus," kata Budi. 

"Sekedar bahan obrolan lulusan SMA, ya kan Budi?" kata Eko. 

"Memang sekedar bahan obrolan lulusan SMA!" kata Budi. 

"Emmm," kata Eko. 

"Berdasarkan berita media, ya cerita perang tetap seperti cerita permainan catur kan Eko?" kata Budi. 

"Menilai berita media tentang perang. Yaaa menurut Budi....cerita perang seperti permainan catur. Ya aku sependapat dengan Budi sih..cerita perang seperti permainan catur!" kata Eko. 

"Menang dan kalah urusan perang," kata Budi. 

"Yaaa menang dan kalah urusan perang gitu," kata Eko. 

"Emmm," kata Budi.

"Main permainan ular tangga saja Budi!" kata Eko. 

"Okey main permainan ular tangga!" kata Budi. 

Budi mengambil permainan ular tangga di bawah meja, ya permainan di taruh di atas meja gitu. Eko dan Budi main permainan ular tangga dengan baik gitu.

"Emmm," kata Eko.

"Cerita perang dagang berdasarkan cerita media ini dan itu...seperti permainan catur kan Eko?" kata Budi.

"Menurut Budi tentang perang dagang seperti permainan catur, ya aku sependapat sih," kata Eko.

"Terjadi dengan baik...persaingan yang sengit urusan perang dagang," kata Budi

"Memang sengit banget...perang dagang gitu," kata Eko.

"Strategi di jalankan dengan baik dengan tujuan menang dan keuntungan yang besar di dapat gitu," kata Budi.

"Nama juga permainan catur...perang dagang, ya strategi di jalankan dengan baik. Menang itu menyenangkan dari pada kalah," kata Eko.

"Emmm," kata Budi.

"Emmm," kata Eko.

Eko dan Budi tetap asik main permainan ular tangga gitu. 

CAMPUR ADUK

GUNJAN SAXENA : THE KARGIL GIRL

Malam hari. Setelah nonton Tv yang acara menarik dan bagus berita di chenel TVRI gitu. Budi duduk santai di depan rumahnya sambil menikmati ...

CAMPUR ADUK