Budi dan Abdul duduk di depan rumah, ya sambil menikmati makan gorengan dan juga minum kopi, ya botol gitu.
"Abdul gimana dengan usahamu?!" kata Budi.
"Baik lah," kata Abdul.
"Baik usaha yang di jalankan Abdul, ya begitu juga dengan kerjaan ku," kata Budi.
Budi mengambil tahu goreng di piring, ya di makan lah gorengan.
"Semua usaha ku berjalan baik, ya managemen di jalankan dengan baik lah," kata Abdul.
Abdul mengambil tahu goreng di piring, ya di makan dengan baik lah.
"Managemen. Omongan Abdul kaya omongan pendidikan tinggi saja. Padahal hanya lulusan SMA," kata Budi.
"Walau lulusan SMA, ya belajar ilmu ekonomi dengan baik," kata Abdul.
"Memang sih. Pada masa sekolah SMA, ya kita belajar ilmu ekonomi dengan baik. Setelah lulus dari SMA, ya di terapkan dengan baik dalam kehidupan sehari-hari, ya aku kerja dengan baik, ya bisa di bilang ikut orang yang punya modal besar dalam menjalankan usaha dan Abdul, ya buat usaha karena Abdul mampu berspekulasi yang cukup tinggi, ya di lihat dari keadaan ekonomi di kota Bandar Lampung," kata Budi.
Budi mengambil minuman botol di meja, ya di minum dengan baik.
"Kalau di pikir dengan baik. Buku ekonomi SMA itu kan hasil dari penelitian orang-orang sarjana," kata Abdul.
Abdul mengambil botol minuman di meja, ya di minum dengan baik. Budi menaruh botol minuman di meja.
"Buku ekonomi SMA," kata Budi yang berpikir dengan baik, ya mengingat isi buku ekonomi lah.
Budi menaruh botol minuman di meja. Budi teringat isi buku ekonomi dan berkata "Daftar Pustaka, ya menjelaskan tentang orang-orang meneliti di bidang keilmuan di bidang ekonomi."
"Buku itu hasil penelitian orang-orang di bidang ekonomi, ya tujuannya memberikan penjelasan dengan baik ekonomi ini dan itu," kata Abdul.
"Memang menjelaskan ini dan itu sih buku ekonomi SMA," kata Budi menegaskan omongan Abdul.
"Berarti kedudukan kita sama kan dengan orang-orang yang berpendidikan tinggi?!" kata Budi.
"Kalau di pikir dengan baik, ya sama sih dengan orang-orang yang berpendidikan tinggi. Karena kita sekarang kan menjalankan ekonomi dengan baik, ya praktek kenyataan dalam menjalankan ekonomi sehari-hari," kata Abdul.
"Gelar kita apa Abdul?!" kata Budi.
"Gelarnya kan tetap lulusan SMA," kata Abdul.
"Berarti tetap harus melanjutkan pendidikan ke Universitas tujuannya gelar," kata Budi.
"Memang mendapatkan gelar harus berpendidikan di Universitas," kata Abdul.
"Duduk di bangku kuliah, ya teori ini dan itu deh. Padahal aku dan Abdul, ya sudah praktek dengan baik. Ya tahu tentang ekonomi sebenarnya dari pekerjaan lah," kata Budi.
"Lulusan Universitas kan, ya ada jenjang karir yang lebih baik, ya salah satunya jadi pejabat di pemerintahan. Jadi orang kaya sih," kata Abdul.
"Jadi pejabat pemerintahan, ya kaya," kata Budi.
"Jadi orang kaya itu, ya enak sih. Tujuan aku mendapatkan Putri, ya bisa tercapai dengan baik," kata Abdul.
"Aku paham omongan Abdul sih. Menyetarakan status. Agar bisa mendapatkan Putri. Cinta dan juga impian Abdul," kata Budi.
"Ya begitulah," kata Abdul.
"Lebih baik kita main catur saja!" kata Budi.
"Ok!!!" kata Abdul.
Budi telah mengambil papan catur di bawah meja, ya di taruh di atas meja papan catur. Budi dan Abdul menyusun dengan baik, ya bidak catur di atas papan catur.
"Segala gelar di Universitas, ya orang mendapatkan gelar di pendidikan ini dan itu sih, ya masih berkaitan dengan ekonomi dalam kehidupan, ya menggerakkan ekonomi gitu," kata Budi.
"Kalau di pikirkan dengan baik, ya iya sih ada kaitannya semuanya dengan ekomomi," kata Abdul.
"Gelar semua orang berarti ekonomi semua dong?!" kata Budi.
"Bisa jadi!" kata Abdul.
"Sekedar obrolan saja!" kata Budi.
"Emmmm," kata Abdul.
Abdul dan Budi main catur dengan baik.