Budi duduk di depan rumahnya dengan keadaan santai banget gitu, ya sedang membaca cerpen yang ceritanya menarik gitu, ya sambil menikmati minum kopi dan makan singkong rebus gitu.
Isi cerita yang di baca Budi :
Setelah kecelakaan mobil menyebabkan dia keguguran, saudara perempuan Jane, Barbara, merekomendasikan menemui psikiater, Dr. Burton, untuk mengatasi kekhawatiran pacar Jane, Richard. Jane juga masih menghadapi trauma menyaksikan pembunuhan ibunya di usia muda. Kunjungan itu berakhir buruk dan Jane malah curhat pada tetangga barunya, Mary.
Mary merekomendasikan agar Jane berpartisipasi dalam Misa Hitam bersama sekte Mary, yang dia lakukan meskipun ada beberapa keraguan. Setelah itu Jane mulai mengalami mimpi buruk tentang pria asing dan mulai melihatnya dalam kehidupan nyata, membuatnya semakin tidak mampu membedakan dunia mimpi dengan dunia nyata. Meskipun ritualnya menjadi lebih aneh dan bersifat seksual, Jane terus menghadiri ritual sekte tersebut. Ketika ritual terbaru mengakibatkan kematian Mary, Jane melarikan diri dengan ketakutan. Pria aneh itu muncul di depannya dan mengungkapkan bahwa ibunya adalah bagian dari sekte tersebut dan dia dibunuh karena dia ingin pergi. Dia juga mengatakan padanya bahwa Mary dibunuh karena membawa masuk seorang samanera. Meskipun ada peringatan ini, Jane kembali mencoba melarikan diri dengan bersembunyi di pedesaan, namun hal ini berakhir dengan beberapa kematian lagi.
Pada akhirnya Richard, bersama polisi, dapat mengetahui bahwa Barbara berada di balik Misa Hitam. Tak hanya menjadi anggota sekte tersebut, Barbara ingin menguasai warisan ibu mereka. Khawatir akan kesejahteraan Jane, Richard membunuh Barbara dan Jane dibawa ke rumah sakit. Di rumah sakit Jane mendapat mimpi buruk bahwa Richard dibunuh oleh sekte tersebut dan hal itu ditutupi oleh polisi, karena kepala mereka adalah anggota sekte. Ketika mereka kembali ke rumah, mereka diserang dua kali oleh orang-orang yang terkait dengan sekte tersebut, yang kedua adalah oleh pemimpinnya. Richard melemparkannya dari atap, sepertinya mengakhiri mimpi buruk itu selamanya.
***
Budi selesai baca cerpen, ya buku di tutup dengan baik dan buku di taruh di bawah meja. Budi menikmati minum kopi dan makan singkong rebus. Eko datang ke rumah Budi, ya motor di parkirkan dengan baik di depan rumah Budi. Eko duduk dengan baik di depan rumah Budi.
"Eko aku mau pendapat Eko tentang sesuatu?" kata Budi.
"Pendapat aku. Tentang apa?" kata Eko.
"Ajaran agama Islam, ya bermacam-macam organisasi agama yang berkembang dengan baik di Indonesia dengan tujuan berdasarkan penelitian untuk membentuk akhlak manusia dan juga menggerakkan ekonomi di bidang agama gitu. Jika aku masuk salah satu organisasi agama tersebut. Apa Eko suka atau tidak?" kata Budi.
"Pendapat aku tentang Budi masuk salah satu organisasi agama Islam yang berkembang di Indonesia. Ya aku paham ilmu agama sih, ya tidak ada masalah, ya aku suka saja keputusan Budi saja. Mungkin beda dengan pendapat orang lain yang tidak paham ilmu agama," kata Eko.
"Eko pendapatnya baik," kata Budi.
"Emmm," kata Eko.
"Memang sih. Mungkin orang lain, ya pendapatnya tidak suka dengan keputusanku masuk salah satu organisasi agama Islam," kata Budi.
"Hidup ini kan antara baik dan buruk. Hati manusia siapa yang tahu? Yang tahu adalah Tuhan!" kata Eko.
"Aku paham omongan Eko!" kata Budi.
"Emmm," kata Eko.
"Kenyataannya aku tidak masuk organisasi agama Islam manusia apa pun, ya aku biasa aja seperti Eko," kata Budi.
"Kitakan cukup belajar agama Islam dari sekolah dan guru ngaji saja, ya bilang sih bentuk umum saja. Ya beda dengan orang-orang yang masuk organisasi agama Islam, ya khusus bentuknya dengan tujuan ini dan itu, ya masih urusan dunia ini lah," kata Eko.
"Kita cukup belajar dari sekolah dan guru ngaji dan juga kita belajar sendiri untuk mengembangkan kemampuan kita dengan baik gitu," kata Budi.
"Mengembangkan kemampuan itu. Terus belajar ini dan itu, demi tujuan yang baik," kata Eko.
"Masa depan itu, ya tidak ada yang tahu?" kata Budi.
"Masa depan cenderung misteri," kata Eko.
"Yaaa kalau begitu main catur saja!" kata Budi.
"Oke. Main catur!" kata Eko.
Budi mengambil papan catur di bawah meja, ya papan catur di taruh di atas meja gitu. Eko dan Budi menyusun dengan baik, ya bidak catur di atas papan catur. Keduanya main catur dengan baik.
"Ngomong-ngomong Budi gimana kabar Agus Salim yang tinggal di jalan Samratulangi gang bukit kota Bandar Lampung, ya rumah Agus Salim dekat mesjid LDII?. Ya LDII itu, ya salah satu organisasi agama Islam yang berkembang baik di Indonesia ini," kata Eko.
"Kabarnya Agus Salim, ya baik sih!" kata Budi.
"Baik toh!" kata Eko.
"Kalau ngomongin lingkungan di tempat tinggal Agus Salim. Ya seperti biasa omongan kita, ya antara baik dan buruk," kata Budi.
"Mau tinggal di lingkungan mana pun, ya hidup ini tetap antara baik dan buruk," kata Eko.
"Emmm," kata Budi.
"Manusia itu. Hati manusia siapa yang tahu? Ya hanya Tuhan yang tahu!" kata Eko.
"Aku paham omongan Eko!" kata Budi.
Budi dan Eko terus main catur dengan baik gitu.
"Ngomong-ngomong apa pendapat Eko, ya jika skripsi tidak di adakan lagi di pendidikan Universitas?" kata Budi.
"Kita kan cuma lulusan SMA. Jadi tidak perlu ngurusin urusan pendidikan di Universitas," kata Eko.
"Ya memang kita hanya lulusan SMA," kata Budi.
"Walau aku dan Budi belajar ilmu-ilmu pendidikan Universitas, ya dengan cara belajar sendiri. Dengan tujuan pengembangan diri. Demi masa depan yang kita inginkan," kata Eko.
"Aku paham omongan Eko!" kata Budi.
"Menjadi pintar itu, ya tidak harus duduk di bangku perkuliahan. Di mana ada kemauan pasti bisa jadi pintar," kata Eko.
"Karena keadaan kita, ya dasar dari keluarga tidak mampu. Jadi belajar sendiri demi jadi pintar. Milih kerja dengan baik demi hidup ini, ya walaupun kerjaannya buruh gitu. Jadinya tidak bisa duduk di bangku kuliah, ya keadaan gitu," kata Budi.
"Emmm," kata Eko.
"Skripsi itu, ya ada kepentingan manusia yang ini dan itu," kata Budi.
"Ekonomi, ya ada kaitannya," kata Eko.
"Realitanya begitu," kata Budi.
Budi dan Eko main catur dengan baik gitu.