CAMPUR ADUK

Wednesday, September 27, 2023

RAAZ : THE MYSTERY CONTINUES

Budi selesai nonton Tv di ruang tengah, ya duduk santai di depan rumah sambil menikmati minum kopi dan makan singkong rebus.

"Nyanyi saja. Menghibur diri!" kata Budi.

Budi mengambil gitar yang di taruh di samping kursi, ya gitar di mainkan dengan baik dan bernyanyi dengan baik, ya dengan judul lagu Benci Bilang Cinta. 

Lirik lagu yang dinyanyikan Budi :

"Ya, kita sesama antarteman, sesama antarsaudaraApalagi pacar, tidak boleh ada kebohonganJangan pernah benci bilang cintaBBC dari Radja
Hea, teriak, teriak (woi)Ayo, ayo, ayo (woi)Sekali lagi, sekali lagiOne more timeWoiWoiWoi
Sudah berulang kali aku percayaNamun ternyata tak ada bedaKauanggap mudah yang menurutku salahHingga aku menyangkaDiri ini bagaikan tak berarti di matamu
Bila kau malam gelap aku bintangmuKuterangi dirimu dengan cintakuAgar kau bisa mencintai cintaDan menyayangi cintaSetulus kau menyayangi dirimu, kekasihku
Jangan benci bilang cintaJangan marah bilang sayangJangan mendustai hatiBila engkau memang suka
Jangan kau merasa jauhBila kau dekat dengankuJangan kau menganggap cintaMudah datang, mudah pergi
Come one, teriak, come on
Bila kau malam gelap aku bintangmuKuterangi dirimu dengan cintakuAgar kau bisa mencintai cintaDan menyayangi cintaSetulus kau menyayangi dirimu, kekasihku
Jangan benci bilang cintaJangan marah bilang sayangJangan mendustai hatiBila engkau memang suka
Jangan kau merasa jauhBila kau dekat dengankuJangan kau menganggap cintaMudah datang, mudah pergi, yeah
Jangan benci bilang cintaJangan marah bilang sayangJangan, jangan kau menganggap cintaMudah datang, mudah pergi, yeah
Jangan kau merasa jauhBila kau dekat dengankuJangan, jangan kau menganggap cintaMudah datang, mudah pergi, yeah
Ayo suaranya, terakhirKeren, yeah"

***
Budi selesai menyanyi, ya gitar berhenti di mainkan dengan baik dan gitar di taruh di samping kursi. 

"Baca cerpen saja!" kata Budi.

Budi mengambil buku di bawah meja, ya buku di buka dengan baik dan di baca dengan baik cerpen yang ceritanya menarik gitu.

Isi cerita yang baca Budi :

Pada malam hari, seorang Amerika mengunjungi Kuil Kalindi. Di sana dia melihat pendeta kuil dalam keadaan yang mengerikan – dia telah memotong tubuhnya dengan sabit dan menulis 'Om' di tubuhnya. Pria itu, ngeri dengan apa yang dilihatnya, melarikan diri dari sana. Cerita kemudian beralih ke model berusia awal dua puluhan, Nandita yang jatuh cinta dengan Yash, sutradara dan pembawa acara reality show "Andhvishwas" berurusan dengan berbagai takhayul cermin hantu dan voodoo tantra. Yash memberi Nandita sebuah apartemen tempat mereka mulai tinggal bersama, dan sementara itu Nandita hamil.

Suatu malam, Nandita bertemu dengan Prithvi, seorang calon seniman yang sedang mencari mahakaryanya. Prithvi memberi tahu Nandita bahwa dia membuat sketsa empat bulan sebelumnya tentang seorang gadis, yang sebenarnya adalah Nandita. Dia juga menunjukkan padanya sebuah lukisan di mana dia berbaring dengan celah pergelangan tangannya. Dia memperingatkannya tentang segala jenis bahaya. Terlepas dari itu, Nandita secara tidak sengaja memotong pergelangan tangannya karena serangan hantu yang tidak diketahui padanya di kamar mandi. Prithvi menyelamatkannya dan membawanya ke rumah sakit. Yash tiba di rumah sakit dan mengetahui kehamilannya dan juga kegugurannya karena pendarahan yang berlebihan. Dia mengeluh kepada Yash tentang Prithvi, dan Yash menangkapnya, meskipun dia kemudian dibebaskan.

Sedangkan di Kalindi, orang Amerika yang sama, David Cooper yang merupakan pemilik pabrik kimia, gantung diri di dinding kamar mandinya, setelah menulis dalam bahasa Hindi kata-kata "Kamu najis, kamu busuk dari dalam", dengan miliknya darah. Inspektur yang menyelidiki bunuh diri itu sangat terpengaruh olehnya. Kembali ke rumahnya, Prithvi membuat foto lain Nandita dikerumuni. Dia berlari ke peragaan busana di mana Nandita tampil, dan menyaksikan dia dirasuki dan menyerang seorang guru spiritual yang menghadiri pertunjukan itu. Dia kemudian mengucapkan kalimat yang sama dengan kata-kata di dinding kamar mandi David kepada sang guru. Prithvi bergegas menyelamatkannya, tetapi dicegah oleh para penjaga. Nandita diambil dari guru dan penonton. Guru itu kemudian muncul di TV, mengklaim bahwa dia telah dirasuki. Mempelajari itu semua, Yash meminta maaf secara terbuka kepada semua orang,

Setelah penjaga melepaskan Prithvi, Nandita kembali kerasukan di kamar mandinya, dengan garis yang sama muncul di cermin. Dia pergi ke Prithvi untuk meminta bantuan, tetapi dia menolaknya, menunjukkan padanya lukisan baru di mana dia menggantung dirinya sendiri dan garis yang sama muncul di belakangnya. Dia juga menunjukkan padanya beberapa kliping berita tentang kematian pendeta dan David Cooper, dengan baris yang sama tertulis di belakang mereka. Nandita berterima kasih padanya dan pergi untuk menghadiri pesta bersama Yash. Di sana dia dirasuki dan diserang lagi, dan mulai berdarah. Sementara itu, Prithvi mempersiapkan dirinya untuk membantu Nandita dengan membakar lukisan Nandita yang tidak menyenangkan, yang melambangkan bahwa dia akan melindunginya. Dia melihat Nandita lari dari pesta, tampaknya berdarah, dan mengikutinya. Dia akhirnya menyusulnya di daerah kumuh, di mana dia melihat dia menulis baris yang sama seperti sebelumnya dengan darahnya. Dia mencoba menghentikannya, tetapi menyadari bahwa dia kerasukan. Dia kemudian mencoba bunuh diri, tetapi dia mengintervensi. Yash tiba untuk menemukan Nandita di pelukan Prithvi.

Yash setuju untuk membantu Nandita dengan syarat dia meninggalkan Prithvi, tetapi dia menolak bantuannya dan memutuskan untuk tinggal bersama Prithvi dan mengunjungi Kalindi untuk mencari tahu kebenarannya. Prithvi dan Nandita bermalam di wisma, di mana Nandita kembali kerasukan. Roh itu membawanya ke hutan tempat dia berulang kali diserang oleh makhluk paranormal. Dia menerima penglihatan tentang orang-orang yang tergantung di pohon. Dia kemudian melihat sebuah sumur dan seseorang berdiri di dekatnya, dan mendekati mereka. Saat dia akan melompat, Prithvi menangkapnya. Terungkap bahwa 'sumur' itu sebenarnya adalah tepi jurang yang curam. Mereka tiba di Kalindi dan bertemu dengan istri pendeta (yang menjalani hidup sebagai pelacur) yang memberi tahu mereka bahwa suaminya yang jahat dan kematiannya tidak mengejutkan, mengingat kejahatan yang dia lakukan terhadap orang tak bersalah atas nama agama. Mereka memutuskan untuk pergi ke rumah inspektur polisi (orang yang sama yang menyelidiki bunuh diri David Cooper), di mana mereka menganggapnya benar-benar gila dan tidak dapat mencegahnya melakukan bunuh diri.

Nandita dan Prithvi segera melanjutkan perjalanan dengan jip. Suatu malam saat bepergian, mereka diserang binatang. Nandita kabur dari jip dan menuju ke arah pepohonan, di mana dia menemukan sumur yang sama. Kali ini, sebelum Prithvi bisa menyelamatkannya, dia melompat ke dalamnya. Prithvi mengikutinya. Di dalam sumur, Nandita menyadari bahwa ayah Prithvi, Veer Pratap Singh, yang merasukinya: kebetulan dia menemukan bahwa pabrik kimia Kalindi membuang racunnya ke danau tempat ribuan orang berkumpul setahun sekali untuk mandi dalam ritual suci. . Dia mengajukan pengaduan terhadap David tetapi diperingatkan oleh polisi dan pendeta agar tidak mengambil tindakan apa pun, atau hidupnya akan dalam bahaya. Dia hanya menjawab, "Kamu tidak murni, kamu busuk dari dalam". Veer kemudian mencoba mengatakan yang sebenarnya kepada semua orang, tapi dibunuh oleh preman pendeta dan tubuhnya dibuang di sumur yang sama. Semangatnya kembali untuk membalas dendam. Dia membunuh David, dan polisi serta pendeta yang berpihak pada David. Prithvi akhirnya mengetahui kebenarannya, tetapi masih bingung mengapa Nandita digunakan untuk ini. Mereka mengetahui bahwa Yash memiliki bukti kematian Veer, tetapi menjualnya kepada David dengan imbalan sponsor acaranya. Nandita mencoba melarikan diri dengan bukti tetapi hampir ditembak oleh Yash, saat Prithvi menyelamatkannya. Sayangnya untuk keduanya, Prithvi ditusuk oleh Yash; Namun pada akhirnya semangat Veer membunuh Yash. Sebelum melanjutkan, Veer menyembuhkan luka Prithvi setelah itu Nandita dan Prithvi dipertemukan kembali. Prithvi akhirnya mengetahui kebenarannya, tetapi masih bingung mengapa Nandita digunakan untuk ini. Mereka mengetahui bahwa Yash memiliki bukti kematian Veer, tetapi menjualnya kepada David dengan imbalan sponsor acaranya. Nandita mencoba melarikan diri dengan bukti tetapi hampir ditembak oleh Yash, saat Prithvi menyelamatkannya. Sayangnya untuk keduanya, Prithvi ditusuk oleh Yash; Namun pada akhirnya semangat Veer membunuh Yash. Sebelum melanjutkan, Veer menyembuhkan luka Prithvi setelah itu Nandita dan Prithvi dipertemukan kembali. Prithvi akhirnya mengetahui kebenarannya, tetapi masih bingung mengapa Nandita digunakan untuk ini. Mereka mengetahui bahwa Yash memiliki bukti kematian Veer, tetapi menjualnya kepada David dengan imbalan sponsor acaranya.

Nandita mencoba melarikan diri dengan bukti tetapi hampir ditembak oleh Yash, saat Prithvi menyelamatkannya. Sayangnya untuk keduanya, Prithvi ditusuk oleh Yash; Namun pada akhirnya semangat Veer membunuh Yash. Sebelum melanjutkan, Veer menyembuhkan luka Prithvi setelah itu Nandita dan Prithvi dipertemukan kembali. Namun, semangat Veer membunuh Yash. Sebelum melanjutkan, Veer menyembuhkan luka Prithvi setelah itu Nandita dan Prithvi dipertemukan kembali. Namun, semangat Veer membunuh Yash. Sebelum melanjutkan, Veer menyembuhkan luka Prithvi setelah itu Nandita dan Prithvi dipertemukan kembali.

***

Budi selesai baca cerpen, ya buku di tutup dan buku di taruh di bawah meja. Budi menikmati minum kopi dan makan singkong rebus. 

"Eko belum datang juga. Baca koran saja!" kata Budi. 

Budi mengambil koran di bawah meja, ya koran di baca dengan baik. Ya memang cerita di koran, ya beritanya banyak bagus-bagus ini dan itu gitu. Cukup lama Budi baca koran, ya akhirnya datang juga Eko. Motor di parkirkan di depan rumah Budi dengan baik sama Eko. Budi berhenti baca koran dan koran di taruh di atas meja gitu. Eko duduk dengan baik, ya dekat Budi. 

"Singkong," kata Eko. 

Eko mengambil singkong rebus di makan dengan baik gitu. 

"Emmm," kata Budi. 

Budi mengambilkan aqua gelas di bawah meja, ya tepatnya di dalam kardus dan aqua gelas di taruh di meja, ya untuk Eko. 

"Hidup ini di nikmati saja dengan baik. Dengan keadaan baik!" kata Eko. 

"Realita keadaan kita," kata Budi. 

"Emmm," kata Eko. 

Aqua gelas di meja, ya di ambil Eko dengan baik dan di minum dengan baik gitu. Eko memang melihat koran di meja. 

"Ngomong-ngomong Budi. Ada berita yang menarik?" kata Eko.

Eko menaruh gelas aqua di meja. 

"Ada berita yang menarik. Gokil banget," kata Budi. 

Budi menunjukkan berita di koran sama Eko. Ya Eko mengambil koran dan membaca dengan baik, ya berita di koran tersebut. Budi, ya menikmati kopi dan makan singkong rebus untuk menunggu Eko selesai baca berita di koran gitu. Dengan cepat Eko membaca berita di koran dan berkata "Gokil ini berita!". 

Koran di taruh di meja. 

"Bener gokil!" kata Budi. 

"Beritanya serius atau becandaan, ya berdasarkan tren di buat artis ini dan itu?" kata Eko. 

"Mana aku tahu urusan itu?" kata Budi. 

"Ya berita tetap berita," kata Eko. 

"Andai?" kata Budi. 

"Andai apa Budi?" kata Eko. 

"Andai aku sarjana!" kata Budi. 

"Sarjana!" kata Eko. 

"Realitanya aku hanya lulusan SMA saja dan kerjaannya buruh!" kata Budi. 

"Kenyataan tetap kenyataan," kata Eko. 

"Anak Pak Presiden Joko Widodo, ya Kaesang Pangarep berdasarkan berita di koran yang kita baca, ya masuk partai politik....PSI (Partai Solidaritas Indonesia)," kata Budi. 

"Beritanya di tulis begitu di koran!" kata Eko. 

"Politik jalan ninja!" kata Budi. 

"Di tulis di koran begitu. Aku berpikir dengan baik, ya ada kaitannya kayanya....Naruto gitu?" kata Eko. 

"Kemungkinan kan ada, yaaaa hidup ini?" kata Budi. 

"Mungkin?" kata Eko. 

"Andai aku sarjana. Ya aku menjawab tantangan Kaesang, ya untuk memanaskan mesin-mesin politik generasi muda. Ya berdasarkan data ini dan itu, ya bagi generasi muda yang mampu di persilakan duduk di pemerintahan. Aku masuk politik, ya karena kaitan Naruto, ya politik jalan ninja. Karena obrolan kita masih berkaitan urusan ekonomi, ya jadi pilih Golkar karena warna kuning, ya identik dengan Naruto," kata Budi. 

"Ikut-ikutan masuk politik. Ya tidak masalah sih, ya sekedar bahan obrolan lulusan SMA!" kata Eko. 

"Tujuanku mau duduk di pemerintahan, ya jadi membangun kekuatan dengan baik dengan aliansi yang mendukung aku," kata Budi. 

"Aliansi," kata Eko. 

"Berdasarkan latar belakang aku dari kerja ini dan itu, ya kekuatan yang mendukung itu, ya dari tingkat SD sampai Universitas,  ya guru, dosen, dan teman. Buruh, pedagang, petani, nelayan, organisasi agama, ya 6 ajaran agama, seni dan budaya," kata Budi. 

"Waw banyak banget. Hal yang biasa yang berkaitan dengan obrolan kita sih yang di omongin Budi," kata Eko. 

"Mungkin partai lain, ya berteman dengan baik seperti PDI, Demokrat dan PAN," kata Budi. 

"Kekuatan besar!" kata Eko. 

"Ya Berdasarkan data penelitian karya ilmiah, ya jadi objek penelitian sampai aku jadi sarjana!" kata Budi. 

"Kecerdasaran di bidang keilmuan!" kata Eko. 

"Mungkin duduk di pemerintah atau tidak?, ya jawabannya?" kata Budi. 

"Keberuntungan!" kata Eko. 

"Tepat sih omongan Eko!, ya ke beruntungan!" kata Budi. 

"Emmm," kata Eko. 

"Sudah ah. Ngobrol seandainya. Main catur saja Eko!" kata Budi. 

"OK. Main catur!" kata Eko. 

Budi mengambil koran di meja, ya di taruh di bawah meja dan mengambil papan catur di bawah meja, ya di taruh di atas meja. Eko dan Budi menyusun dengan baik, ya bidak catur di atas meja. Keduanya main catur dengan baik. 

"Berita di koran tentang...Award ini dan itu, ya bagus beritanya kan Eko?" kata Budi.

"Ya realitanya begitu, ya berita di tulis di koran!" kata Eko. 

"Emmm," kata Budi. 

Budi dan Eko terus main catur dengan baik gitu. 

CAMPUR ADUK

MUMBAI XPRESS

Malam gelap bertabur bintang di langit. Setelah nonton Tv yang acara sepak bola. Budi duduk dengan santai di depan rumahnya sedang baca cerp...

CAMPUR ADUK