CAMPUR ADUK

Friday, February 1, 2019

CEMBURU TANDANYA CINTA

Indro lagi asik maing game di Hpnya di ruang ramu sampai heboh dan berteriak "Saya menang mengalahkan lawan saya." Dono terkejut yang sedang serius mengetik di kamarnya. Akhirnya menghentikan kerjaannya dan mendatangi Indro yang sibuk sendirian di ruang tamu.

"Indro..join," kata Dono langsung duduk di ruang tamu.

"Ikut...main...nanti-nanti Dono lagi asik. Ya.......kalah Dono. Kamu sih ganggu saya."

"Saya..cuma iseng ganggu kamu Indro..abisnya..heboh sendiri."

"Ya..saya..kena..deh.....ahhhhhh," kata Indro yang nyeleneh.

"Bisa..kamu Indro. Main..yuk. Game on linenya," kata Dono yang mulai serius.

"Males....main..Dono. Nanti aja kalau mut...saya..dateng," kata Indro yang menaruh Hpnya di meja.

"Satu..sama ya," saut Dono.

"Yo.i," kata Indro.

Dono pun mulai mengelak nafas panjang sekali. Indro melihat tinggkah Dono yang sedikit aneh.

"Kalau ada masalah cerita dong?" tanya Indro.

"Sebenarnya gak ada sih. Cuma kalau punya uang 1 milyar Indro gunakan untuk apa?" tanya Dono.

"Kalau saya punya 1 Milyar. Saya sodakohin saja 1 Milyar pada orang miskin..Dono. Supaya terbebas dari kemiskinan."

"Baik..amet kamu Indro. Lalu untuk kamu Indro?" tanya Dono.

"Kalau saya..sih mengkhayal lagi. Toh tu uang 1 Milyar di omongin kamu kan cuma hayalan saja...Dono."

"Bisa..aja......kamua Indro. Padahal kamu tahu saya yang sebenarnya. Jika warisan saya kumpulkan jumlah lebih dari 1 Milyar," Dono mulai serius.

"Iya..deh anak orang kaya baru...," ledek Indro.

"Kaya..lama," saut Dono.

"Kaya..lama.......banget," kata Indro.

"Becanda Indro......."

"Tahulah...nyeleneh..ya..Don."

"Sudahlah..saya..mau melanjutkan kerjaan saya di kamar...Indro."

"Saya..mau main jajan...Don. Mau titip apa Don?"

"Peluk dan cium......," kata Dono yang nyeleneh.

"Duh..saya cinta..pada..mu...Don."

"Manisnya...Indri...eeeee Indro."

"Manis....ya. Cucok..kamu Don."

"Indro..jangan..terlalu jauh ah becandannya...nanti keterusan masuk rumah sakit jiwa."

"Iya...saya pergi..jajan dulu di warungnya Nabila. Asalamualaikum...Don."

"Waalaikum salam," jawab Dono.

Indro bergerak menuju warungnya Nabila. Dono menutup pintu dan segera masuk kamar untuk melanjutkan ketikannya. Sampai juga Indro di warung Nabila segera membeli gorengan yang banyak sambil ngobrol dengan asik. Tiba-tiba Indro melihat Saskia mau belanja ke warungnya Nabila. Dengan cepat-cepat Indro melarikan diri dan tidak lupa membayar gorengan pada Nabila.

"Itu kaya mas Indro," celoteh Saskia.

Saskia jojong membeli gorengan di warung Nabila.

"Seperti biasa..ya..Nabila saya beli gorengannya...jangan lupa cabenya yang banyak."

"Iya..mbak...Saskia."

Nabila langsung membungkuskan gorengan yang di pesan Saskia dan langsung Saskia membayarnya dengan uang pas.

"Ngomong-ngomong..kamu..tadi...ngobrol dengan mas Indro. Ngaku?" kata Saskia dengan tegas baget.

Nabila pun terpojok dan ketakutan dengan sikap Saskia.

"Iya..mbak.... tapi cuma beli jualan saya kok," pengakuan dari Nabila.

"Kamunya..gak salah. Cuma.....mas Indro..aja..yang ganjen.......gak bisa melihat cewek cantik," kata Saskia yang ketus.

"Tapi..kan hal..itu biasa," Nabila mencoba membela mas Indro yang menjadi pelanggannya setianya untuk beli gorengan.

"Biasa..kalau....mas Indro gak punya pasangan. Tapi masalahnya saya pacarnya. Jadi sedikit cemburulah ia main hati dengan yang lain," penjelasan Saskia.

"Oh..jadi..mbak cemburu. Benaran deh..mas Indro..takut sama mbak Saskia. Makanya tadi langsung kabur setelah belanja di sini," penjelasan Nabila.

"Tuh..orang takut salah. Malah main api dasar cowok. Ya..udah Nabila..terima kasih. Asalamualikum," kata Saskia.

"Waalaikum salam," jawab Nabila.

Nabila mulai mengolen adonan lagi dan mengoreng lagi. Saskia pun segera pulang kerumahnya dengan terburu-buru karena ada teman-temannya menunggu di rumah. Indro langsung masuk rumah dan duduk santai di ruang tamu.

"Hampir saya daprat Saskia. Makan gorengan aja..ah," celoteh Indro.

Selang berapa saat Saskia mengirimkan pesan singkat ke seluruh jaringan media sosial di pake Indro.

Isinya:

"Mas...Indro..main..di..api di belakang Saskia..dengan Nabila ya.....!?"

Indro langsung terkejut setelah membacanya pesan singkat lewat Hpnya.

"Saya..kena..batunya..deh," celoteh Indro.

Dono pun terkejut juga ketika memeriksa jaringan media sosialnya Facebook berkenaan dengan Indro yang ketahuan main api dengan cewek lain.

"Wah..kacau..Indro. Bikin heboh..aja......kalau bertengkar di jaringan media sosial," celoteh Dono.

Dono bergerak keluar dari kamar menuju ruang tamu.

"Indro..buat perkara dengan Saskia ya?" kata Dono sambil duduk.

"Iya...jojong..aja. Paling marahnya cuma satu hari," kata Indro.

"Oh..begitu. Gorengan ya..Indro," kata Dono sambil mengambil gorengan di meja.

"Yo.i. Dari..warungnya Nabila," kata Indro.

Saskia yang kesal langsung mengirim lagi pesan singkat ke jaringan sosialnya yang di pake Indro.

Isinya:

"Saskia...marah..sama..mas..Indro satu minggu."

Indro pun membaca pesan singkat tersebut lewat Hpnya. 

"Modar..saya.....marahnya 1 minggu. Gak bisa ngapel dong minggu depan. Kacau kalau cewek udah marah," kata Indro.

"Kalau sudah begitu....sih. Ya..diamin aja. Kamu lebih baik main game aja dengan saya," saran Dono.

"Saya lebih baik....main game aja. Diamin....Saskia. Nanti marahnya redup sendiri. Tapi kalau gak redup juga marahnya saya malah di putus sama...Saskia. Saya patah hati Don."

"Ituh..sih derita kamu Indro. Gorengan ini enak...buatan Nabila kan..Indro."

"Yo.i...Don," saut Indro.

Indro pun asik makan gorengan begitu juga dengan Dono sampai perut kenyang. Setelah itu Dono melanjutkan pekerjaannya mengetik di kamar sedang Indro main game di Hpnya dengan heboh banget.


Karya: No

PERJUANGAN CINTA

Hari yang cerah ini Budi sedang bersantai memandangi langit cerah di bawah pohon beringin yang rindang. Budi mulai menghitung burung yang terbang  di langit 1, 2, 3, dan seterusnya. Rasa perasaan senang terpancar dalam dirinya. Budi pun mulai bergerak dengan berlari menuju sebuah gereja tua. Segera Budi masuk ke dalam gereja tua tersebut dengan layak sebagai seorang katolik yang baik.

Pastur mulai berkotbah hari ini menceritakan tentang kehidupan yang ada sekeliling kita sampai semua umat harus menyakini jalan sebagai katolik benar. Budi sebagai anak kecil yang anjak remaja yang belajar memahami hidup mengamini saja. Usai juga acara di gereja. Budi bergerak keluar dari gereja beserta jamaah yang lang lain.

Budi pun berlari terus berlari dan bertemu dengan teman baiknya Melan di sebuah wihara.

"Hay..Melan," sapa Budi.

"Hay...Budi," jawab Melan.

Budi mendekati Melan yang sedang repot sekali di wihara untuk acara perayaan Imlek.

"Bisa..saya bantu," Budi menawarkan bantuan pada Melan.

"Boleh...tolong geser lilin besar ini bersama saya...ke sisi..sini," kata Melan mengarahkan sesuatu dengan baik.

"Ok..beres," saut Budi yang penuh semangat.

Melan dan Budi bekerja sama dengan baik mengatur lilin yang ada di wihara sampai semuanya sempurna dan tidak ada kesalahan sedikit pun. Lampion pun telah terpasang di langit-langit dengan baik. Semua orang melihat semua hasil yang bagus termasuk Budi dan Melan.

"Kaya..jadi..ni..merayakan Imlek," kata Budi.

"Iya..ini semua...berkat bantuan kamu. Semogan Tuhan membalasnya," kata Melan.

"Dewa....yang benar," saut Budi yang mencoba membenarkan omongan Melan.

"Iya.....Dewa. Tapi saya ingin....menghargai kamu...Budi. Semua..bantuan hari..ini. Kamu adalah orang Katolik," penjelasan dari Melan.

"Gak perlu..segitunya...Melan. Di bawa selaow saja..Melan. Kita hidup tolong menolong. Apalagi kamu teman baik saya," kata Budi.

"Ya..mau kamu begitu saya ikut," kata Melan.

Budi pun mengajak Melan untuk bermain setelah bantu-bantu di wihara untuk perayaan Imlek. Berjalan bersama melintasi pematang sawah sampai di kaki bukit dan ke duanya tiduran di rerumputan yang hijau.

"Indah..ya..Melan langit hari ini," kata Budi.

"Iya," saut Melan.

"Tapi....lebih indah lagi memandang kamu yang cantik," Budi yang menggoda Melan.

"Bisa..aja..kamu..Budi," saut Melan dengan tersipu malu.

Keduanya pun saling memandang dengan tatapan yang cukup lama. Budi punya niat mencium Melan. Sontak Melan bangun dari tidur-tiduran di rumput.

"Jangan..Budi...belum waktunya," penolakan Melan.

"Jika saya menyinggung kamu. Maaf kan saya," kata Budi yang menunduk malu.

"Iya saya maafkan," kata Melan.

Melan pun memegang tangan Budi dan menariknya bangun. Keduanya bermain lagi mengelilingi bukit dan menikmati indahnya alam sampai waktunya pulang. Budi pun mengantar Melan pulang di rumahnya. 

"Sampai besok..Budi," kata Melan.

"Sampai besok ..juga Melan," saut Budi.

Melan pun masuk rumahnya dan Budi pun pulang ke rumahnya dengan perasaan senang sekali. Keesokan harinya. Melan pun merayakan tahun baru Imlek dengan seluruh keluarganya dan teman-temannya di wihara. Budi melihat dari luar wihara perayaan itu dengan penuh ketenangan dan keharmonisan. Setelah menjalankan acara di wihara Melan baru menemui Budi di luar wihara. 

"Budi ikut..saya," ajakan Melan.

"Iya," saut Budi.

Budi mengikuti Melan dengan di pegang tangannya. Sampai di tempat yang sepi dan tidak ada orang keduanya.

"Budi.. Melan mau tanya. Apakah Budi sayang Melan?" 

Budi pun terkejut dengan omongan Melan. 

"Sebenarnya......."

"Sebenarnya..apa?" kata Melan memotong pembicaraan.

"Saya..memang sayang sama kamu.....," kata Budi yang masih berpikir ngomong apa?

Melan langsung menciup bibir Budi dengan cepat sekali.

"Itu..sudah cukup," kata Melan yang malu

Melan pun pergi meninggalkan Budi dengan berlari.

"Saya cinta...kamu...Budi..," teriak Melan yang senang di dalam dirinya.

Budi terkejut sekali.

"Iya...saya juga cinta..kamu..Melan," teriak Budi.

Hubungan Melan dan Budi berjalan dengan baik walau beda suku dan agama sampai mereka benar-benar matang atau dewasa. Waktu berjalan dengan semestinya maju ke depan begitu dengan Budi. Setelah selesai dari bangku kuliah Budi menyadari dirinya banyak potensi dan membangun diri dengan usaha. Sampai pada akhirnya Budi di jodohkan dengan orang tuanya yang sesuai dengan suku dan agamanya.

Budi tidak bisa bicara apapun kalau sudah perintah orang tua dan harus patuh. Dalam diri Budi bergejolak dengan hubungannya di bina dengan Melan sampai sekarang. Ketika Melan tahu Budi di jodohkan hati Melan mulai merasakan sakit. Budi ingin bersama Melan, tapi keadaan tidak memungkinkan sekali. Dan lagi ternyata Melan pun di jodohkan orang tuanya berdasarkan suku dan agama.

Budi mulai menyadari rasa yang di rasakan Melan yaitu pukulan batin. Karena Budi telah dewasa mulailah ia mengambil sikap dan di bantu oleh teman baiknya bernama Abduloh seorang muslim. Usaha Budi pun berhasil membuat kepercayaan pada orang tuanya dan orang tua Melan yaitu bertanggung jawab penuh nafkah lahir dan batin.

Selang waktu yang gak begitu lama akhirnya Budi pun melamar Melan untuk menyempurnakan jalan cinta mereka berdua dengan cara Melan di jadikan umat katolik untuk jalan yang baik dengan satu keyakinan agar hubungan tidak berbenturan beda agama dalam membangun rumah tangga. Melan pun menerimanya dengan yakin dan orang tua Melan pun merelakan jalan anaknya yang terbaik.

Budi pun bahagia dengan Melan dan mereka pun rebaan di rerumputan di kaki bukit sambil melihat langit.

"Langit..itu indah yang Melan," kata Budi.

"Iya," saut Melan.

"Lebih..indah lagi memandang kamu yang cantik," kata Budi menggombal.

Budi dan Melan pandangan dengan cukup lama. Dan akhirnya Budi mencium Melan dengan mersa selayaknya jalan kekasih yang benar yaitu suami istri. Setelah itu mereka seperti biasanya bermain seharian di menikmati alam sekitar dan waktu pun berganti dengan cepat. Melan pun di antar pulang ke rumahnya dan Budi pun ikut juga. Sampai di rumah mereka berdua di sambut dengan baik oleh orang tua Melan adalah orang tua Budi sekarang.


Karya: No

LEBIH BAIK MATI DARI PADA HIDUP

Dono duduk di kursi depan dengan keadaan bengong. Buaian kenangan di dalam benak Dono yang mengingat perjalan cintanya yang ironis. Air matanya mengalir di pipinya Dono. Indro pun terkejut dengan air mata Dono dan segera duduk di samping.
"Dono kenapa kamu menangis?" tanya Indro.

"Saya teringat cinta pertama saya..sungguh menyedihkan," saut Dono.

"Dono..yang sudah meninggal dan menghadap Alloh SWT ikhlaskan. Jalan yang terbaik itu orang yang kamu sayangi," saran Indro.

"Saya..tahu..Indro. Kematian lebih baik dari pada hidup kan," ujar Dono.

"Itu..kamu tahu......Don."

"Saya..tahulah. Saya belajar Al Quran dan seluruh hadistnya......Indro. Akherat dambaan semua orang. Karena mereka mendapatkan semua amalan mereka dibina dari bayi sampai ajal menjemput. Masalahnya..saya mengenangnya orang saya..cintai meninggal dunia ...lebih menyakitkan dari apa pun...ya...Indro."

"Jangan di ingat-ingat Dono. Orang yang telah meninggal jangan di ingat sampai meresap di dalam hati nanti air mata itu mengalir lagi. Ikhlas dan Ikhlas...saja. Kaya lagunya..Inul Daratista. Masa lalu biar masa lalu yang terpenting adalah sekarang masa depan....ya Don. Harus hidup dan jangan pasrah dengan keadaan dan berjuang sampai titik darah penghabisan. Kaya orang mengejar mimpi mereka menjadi kenyataan di segala bentuk bidang."

"Saya...sih tahu tentang menjalankan optimisme dalam menjalankan hidup. Tapi sekali mengenang orang yang kita cintai....air mata ini mengalir..ya Indro."

"Kalau gitu sih susah butuh waktu untuk melupakannya. Padahal kamu sudah ada penggantinya....untuk menjalankan hidup ini...Dono."

"Saya..tahu..tentang pacar baru saya. Tetapi..inilah masalahnya. Saya tidak ingin menyakitinya.....karena keadaan saya yang teringat dengan kenangan cinta pertama....Indro."

"Hidup jangan di bikin...sulit....buat menjadi senang nanti hilang sendiri...," saran Indro.

"Ok..saya..terima semua masukan kamu dan melupakan kenangan cinta pertama saya yang telah menghadap Alloh SWT...," Dono menerima saran Indro.

Dono menghapus air matanya dan berajak dari duduknya.

"Dono..mau..kemana?" tanya Indro.

"Saya..mau nonton film di bioskop sama Rara sudah janjian sih..Indro."

"Tapi..ingat..jangan.....kamu...menyinggung perasaan Rara..gak baik. Berkenaan dengan cinta pertama kamu. Buat Rara menjadi cinta pertama bukan cinta ke dua. Senangilah dia dengan sepenuh hati maka senang juga hatimu dan melupakan semua kenangan Wulan yang melekat pada diri mu...Dono."

"Beres....Terima kasih atas sarannya." kata Dono.

"Ya..sama-sama," saut Indro.

Dono pun bergerak keluar rumah.

"Don...," panggilan Indro.

"Apa?" saut Dono.

"Kunci," kata Indro sambil melempar kunci pada Dono.

"Terima..kasih...ya..Indro."

Dono langsung keluar rumah dan masuk mobil. Dengan membaca "Bismilahirohmanirohim" Dono menghidupkan mobilnya dan bawanya dengan baik menuju rumah Rara. Indro pun senang melihat temannya bahagia lagi dan menutup pintu rumah.

"Gara-gara..Dono saya lupa nawarin makan gorengan. Padahal..gorengan ini..enak. Ada pedagang baru yang cantik namanya Nabila," celoteh Indro.

Indro duduk di ruang tengah sambil menyetel Tv dan menonton acara musik dan sambil makan gorengan yang enak. 

"Gokil..acara...nya. Nyeleneh ....niiii," kata Indro.

Indro asik nonton Tv sampai tertawa terpingkal-pingkal karena melihat aksinya dari para artis yang menghibur para penonton di studio. Sedangkan Dono pun sampai di rumah Rara. Dengan penuh rasa bahagia Dono keluar dari mobil dan Rara sudah di depan teras rumah dengan cantik banget. 

"Dek..ayo," ajakan Dono.

"Ya..kak," jawab Rara.

Dono dan Rara langsung masuk mobil dan berangkat untuk nonton di bioskop dengan kesepakatan bersama nonton film PSP (Pancaran Sinar Petromars) dan OKB (Orang Kaya Baru) di salah satu mall di kota ini.


Karya: No

CAMPUR ADUK

MUMBAI XPRESS

Malam gelap bertabur bintang di langit. Setelah nonton Tv yang acara sepak bola. Budi duduk dengan santai di depan rumahnya sedang baca cerp...

CAMPUR ADUK