CAMPUR ADUK

Sunday, October 10, 2021

HUKUM

Budi dan Eko duduk depan rumah, ya sambil menikmati gorengan dan minum kopi.

"Eko. Cerita Si Kancil," kata Budi.

"Ada apa dengan cerita Si Kancil?!" kata Eko.

"Sebenarnya sih cerita Si Kancil mencuri timun di ladang pertaniannya Pak Tani. Itu sih sekedar cerita saja. Kenyataannya, ya ada sih manusia yang mencuri di kebon orang gitu, ya contoh saja pisang," kata Budi.

"Oooo cerita kenyaataan. Tentang manusia mencuri toh," kata Eko.

Eko mengambil tahu goreng dengan cabe rawit di piring, ya di makan dengan baik tahu goreng dan cabe rawit.

"Pencuri itu tertangkap sama pemilik kebon pisang," kata Budi.

"Pencuri di adili sama pemilik kebon pisang," kata Eko.

"Iya sih di adili sama pemilik kebon pisang. Pencuri itu membela dirinya dengan menggunakan alasan ajaran agama islam," kata Budi.

"Pencuri itu bodohlah membela diri pake ajaran agama islam," kata Eko.

"Kok bodoh pencuri itu membela dirinya pake ajaran agama islam?!" kata Budi.

"Kalau pake ajaran agama islam. Pemilik kebon pisang, ya akan bertindak dengan ajaran agama islam mengadili pencuri itu. Jadi perkara pencurian bisa saja di tegaskan dengan cara memotong tangannya pencuri itu," kata Eko.

"Pencurinya benar-benar bodoh," kata Budi.

Budi mengambil bakwan goreng beserta cabe rawit di piring, ya di makan dengan baik bakwan goreng dan cabe rawit.

"Maka itu mintalah pengadilan yang ada di negeri ini, ya hukuman bisa ringan lah," kata Eko.

"Hukum agama islam di tegas kan. Gigi di bayar gigi. Darah di bayar darah," kata Budi.

"Banyak orang bersumpah di kitab suci agama saat di jabat jadi pemimpin. Ketika bersalah pemimpin itu, ya harusnya di adili dengan hukum agama karena dasar sumpahnya," kata Eko.

"Iya juga ya. Seharusnya pemimpin yang bersalah di hukum berdasarkan hukum agama karena sumpahnya pada kitab suci agama," kata Budi.

"Hukum yang di jalankan pake hukum negeri ini. Ya ringanlah hukumannya, ya bagi pemimpin yang bersalah," kata Eko.

Eko mengambil gelas berisi kopi di meja, ya segera di minum dengan baik.

"Pantes hukum di negeri ini beritanya, ya begini dan begitu.....heboh sih jadinya," kata Budi.

Budi mengambil gelas berisi kopi di meja, ya di minum dengan baik kopi sih. Eko menaruh gelas berisi kopi di meja. 

"Aku dan Budi, ya cuma lulusan SMA. Kurang ilmulah pemahaman tentang hukum. Yang tahu hukum ini dan itu lebih jelasnya sih, ya lulusan Universitas, ya bidang hukum lah," kata Eko.

Budi menaruh gelas berisi kopi di meja.

"Aku dan Eko memang lulusan SMA. Beda dengan lulusan Universitas yang tahu ini dan itu. Pada akhirnya ini sekedar obrolan saja kan....Eko?!" kata Budi.

"Memang sekedar obrolan saja!" kata Eko.

"Kalau begitu main catur saja!" kata Budi.

"Ok. Main catur saja!" kata Eko.

Ya Budi telah mengambil papan catur di bawah meja dan di taruh di atas meja, ya papan catur. Eko dan Budi, ya menyusun bidak catur di papan catur dengan baik. Keduanya main catur dengan baik lah.

KENANGAN MANIS

Budi dan Eko pergi ke rumah Abdul, ya dengan motor sendiri-sendiri. Sampai di rumah Abdul, ya Budi dan Eko memarkirkan motornya di halaman depan rumah Abdul. Budi dan Eko, ya mau mengetuk pintu sih. Ibu Abdul membuka pintu dan berkata "Abdul belum pulang. Budi dan Eko nunggu Abdul di ruang tamu!"

"Iya Ibu," kata Budi dan Eko bersamaan. 

Budi dan Eko masuk ke dalam rumah, ya duduk di ruang tamu. Ibu Abdul masuk ke dalam rumah, ya ngurusin uruan kerjaan yang belum selesai. 

"Kerjaan Abdul...repot, ya Eko?!" kata Budi.

"Nama juga membangun usaha. Ya repot lah," kata Eko. 

Sebenarnya Budi mau main gitar sih karen ada gitar Abdul di taruh di kursi. Ternyata motor Abdul sudah masuk halaman depan rumah, ya di parkir dengan baik. Abdul masuk rumah dan berkata "Budi dan Eko...sudah lama nunggunya?"

"Ya lumayan sih," kata Eko.

"Lumayan nunggunya," kata Budi.

Abdul duduk dengan baik. 

"Eko, Budi, makan dulu yuk. Aku lima bungkus nasi goreng. Tiga bungkus untuk kita dan dua bungkus lagi untuk Ayah dan Ibu," kata Abdul.

"Di tawarin makan, ya aku terimalah. Nama juga rezeki," kata Budi.

"Rezeki tidak boleh di tolak, ya pamali kata orang tua," kata Eko.

Abdul memberikan satu bungus nasi goreng sama Budi dan satu bungkus sama Eko. Abdul pun menaruh satu bungkus nasi goreng di meja. Abdul beranjak dari duduknya, ya ke dalam rumah. Dua bungkus nasi goreng di taruh di meja makan. Ibu Abdul sedang mengerjakan kerjaannya, ya menjahit di ruang tengah. Abdul mengambil piring dan sendok, ya di bawa ke ruang tamu. Sampai di ruang tamu, ya Abdul memberikan piring dan sendok pada Budi dan Eko. Ketiganya mulai membuka nasi goreng, ya di alaskan piring masing-masing, ya segera di makan dengan baik nasi goreng yang enak itu.

"Kalau zaman masih sekolah SMA. Kita makan nasi goreng, ya satu bungkus bertiga," kata Budi.

"Iya kaya orang pacaran saja," kata Eko.

"Kenangan masa SMA yang tidak bisa terlupakan," kata Abdul.

Abdul, Eko dan Budi, ya menikmati makan nasi goreng dengan baik baik, ya sampai habis nasi goreng itu dan perut ketiganya kenyang. Abdul mengambil air minum aqua di bawah meja dan di berikan Budi dan Eko. Ketiganya minum aqua dengan baik.

"Dari zaman masih sekolah SMA, ya nasi gorengnya tetap enak," kata Budi.

"Pinter yang membuat nasi gorengnya lah," kata Eko.

"Penjual nasi goreng, ya di jalanin dengan baik usahanya untuk menangulangi ekonomi keluarga dengan baik pula," kata Abdul.

"Oooo iya. Abdul giman kerjaan Abdul?!" kata Budi.

"Syukur alhamdulillah, ya usaha di jalan dengan baik dan di doain dengan baik, ya jalannya pasti baik," kata Abdul.

"Alhamdulillah..jalannya baik," kata Budi dan Eko bersamaan.

"Jadi main remi dulu apa bernyanyi, ya sambil di iringi gitar?!" kata Abdul, ya sambil mengambil gitar di kursi dan ingin di mainkan sih.

"Nyanyi dululah saja!" kata Budi.

"Aku ikut saja," kata Eko.

"Nyanyi lagu apa ya?!" kata Abdul berpikir dengan baik.

"Kenangan Manis saja!" kata Budi.

"Ok. Kenangan Manis," kata Abdul.

"Aku ikut saja," kata Eko.

Abdul main gitarnya dan bernyanyi, ya bersama Budi dan Eko.

Lirik lagu yang dinyanyikan Abdul, Budi dan Eko dengan judul 'Kenangan Manis' :

Tawa yang terlepas tanpa ada makna
Cerita lama yang selalu dibawa
Diam-diam hati ini mengerti
Teringat dan jadi ciri tentangmu, tentangmu
'Tuk sementara, sampai berjumpa
Bersama-sama, bercanda lagi
Kenangan manis di hari ini
Jadi alasan untuk kembali
Semua mimpi tinggi dan segala drama
Dijadikan canda, dikeluh bersama
Terkadang-kadang mata bicara
Seakan-akan semua rahasia
Oh, kebodohan antara kita jadi kenangan manis
'Tuk sementara, sampai berjumpa
Bersama-sama, bercanda lagi
Kenangan manis di hari ini
Jadi alasan untuk kembali
'Tuk sementara, sampai berjuma
Bersama-sama, bercanda lagi
Kenangan manis di hari ini
Jadi alasan untuk kembali
Kenangan manis sehari ini
Jadi alasan untuk kembali (alasan untuk kembali)
Yeah, jadi alasan untuk kembali

***

Abdul, Budi dan Eko selesai bernyanyi, ya Abdul selesai main gitar lah.

"Kenangan itu ada yang buruk ada yang baik kan?!" kata Budi.

"iya memang sih. Kenangan memang ada yang buruk dan baik," kata Eko.

"Kenangan buruk, ya pait berusaha di lupakan dengan baik. Sedangkan kenangan yang baik, ya bisa di bilang kenangan manis, ya tetap di ingat dengan baik dan berusaha tidak di lupakan," kata Abdul.

"Kenangan manis kita bertiga saat SMA, ya sama-sama menyukai satu cewek cantik," kata Budi.

"Putri," kata Abdul.

"Aku sudah lupa tentang Putri," kata Eko.

"Eko. Mentang-mentang sudah jadian sama Purnama. Cerita tentang cewek di masa SMA di lupakan," kata Budi.

"Kan aku tidak ikutan untuk main mendapatkan cinta Putri. Abdul dan Budi yang memaksa aku untuk mainan mendapatkan cinta Putri," kata Eko.

"Memang sih aku dan Budi, ya memaksa Eko untuk ikutan mendapatkan cintanya Putri," kata Abdul.

"Tetap saja Eko setia kawan kan. Jadi ikutan," kata Budi.

"Iya deh aku ikutan mendapatkan cinta Putri di masa SMA. Pada akhirnya. Kita tidak ada mendapatkan cinta Putri," kata Eko.

"Belum sempat menyatakan cinta sama Putri. Ya Putri keburu pindah sekolah, ya karena urusan orang tuanya kerja ke Jakarta," kata Budi.

"Memang gagal mendapatkan cinta Putri sih. Kenangan itu manis kalau di kenang dengan baik, ya Putri kan cewek cantik gitu," kata Abdul.

"Kayanya Abdul. Masih menyimpan rasa cintanya sama Putri," kata Budi.

"Kalau itu sih aku tidak ikutan lagi," kata Eko.

"Hanya cinta di masa SMA. Sekarang sudah lulus SMA, ya fokus dengan urusan kerjaan. Merubah nasif dari orang miskin jadi orang yang mampu dengan baik," kata Abdul.

"Kalau masih berjodoh pasti bertemu dengan Putri," kata Budi.

"Yang bertemu dengan Putri, ya kemungkinan sih Erwin. Kan Erwin di Jakarta," kata Eko.

"Iya juga sih. Erwin bisa bertemu dengan Putri di Jakarta," kata Budi.

"Sudahlah ngomongin Putri. Lebih baik. Main kartu remi saja!" kata Abdul sambil menaruh gitar di kursi kosong.

"Ok. Main kartu remi," kata Eko.

"Main kartu remi," kata Budi.

Abdul sudah mengambil kartu remi di bawah meja dan segera di kocok dengan baik, ya kartu remi. Kartu remi di bagikan dengan baik sama Abdul. Ketiganya main kartu remi dengan baik, ya permainannya cangkulan lah.

CAMPUR ADUK

MUMBAI XPRESS

Malam gelap bertabur bintang di langit. Setelah nonton Tv yang acara sepak bola. Budi duduk dengan santai di depan rumahnya sedang baca cerp...

CAMPUR ADUK