CAMPUR ADUK

Monday, September 5, 2022

KEBERUNTUNGAN

Budi dan Eko, ya duduk di pinggir jalan, ya sambil melihat keadaan sekitar dengan baik. Terlihat di depan mata Budi dan Eko, ya sebuah tanah kosong yang di biarkan begitu saja sama pemilik tanah. Budi berkata "Sayang banget. Tanah di depan itu jadi lahan tidur."

"Memang sayang banget tanah itu jadi lahan tidur. Pemilik tanah tidak mengolah tanah itu jadi lahan produktif," kata Eko.

"Orang kaya tanahnya di mana-mana. Ya tanahnya tidak terurus, ya jadi lahan tidur. Padahal orang miskin yang tidak punya tanah, ya bersyukur banget bisa mengolah tanah itu jadi lahan produktif," kata Budi.

"Hidup ini kan terlihat susah karena yang miskin tidak punya harta, ya berupa lahan untuk di olah. Tanah kan ada yang memilikinya, ya orang kaya. Yang kaya itu ada yang dermawan ada juga, ya pelit," kata Eko.

"Realita kehidupan seperti itu," kata Budi.

"Dari pada ngurusin harta orang yang tidak di urus, ya seperti tanah di depan mata kita. Kebanyakan orang, ya berusaha dengan baik untuk menanggulangi masalah keluarga dengan cara berjualan dengan baik. Hasil dari jualan, ya hasil lumayan bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari, ya pas-pasan gitu," kata Eko.

"Berusaha dengan cara yang baik, ya pasti hasil baik," kata Budi.

Tiba-tiba di langit awan hitam berkumpul, ya mau hujan. Budi berkata "Aku butuh pawang hujan untuk menolak hujan. Ya kaya cerita berita di Tv tentang pawang hujan."

"Tujuannya nolak hujan toh," kata Eko.

"Aku ingin mencoba nolak hujan ah!" kata Budi.

"Emangnya Budi punya ilmu pawang hujan?" kata Eko.

"Ilmu pawang hujan, ya aku punya ilmunya. Aku pernah baca buku cerita gitu tentang pawang hujan," kata Budi.

"Oooo buku cerita toh. Kebenaran masih di pertanyakan karena cuma sekedar cerita saja!" kata Eko.

Budi membaca doa dengan baik gitu. Yang di perkirakaan hujan karena awan hitam telah berkumpul di langit ternyata tidak hujan.

"Aku berhasil. Tidak jadi hujan. Ya keadaan cerah," kata Budi.

"Keberuntungan Budi saja!" kata Eko.

"Kalau di pikir dengan baik. Lebih baik hujan dari pada tidak hujan," kata Budi.

"Kenapa Budi berkata seperti itu?" kata Eko.

"Ada cerita sih," kata Budi.

"Cerita orang apa cerita Budi?" kata Eko.

"Cerita aku lah!" kata Budi.

"Cerita Budi toh. Kalau begitu cerita dong!" kata Eko.

"Ceritanya seperti ini, ya berkaitan pawang hujan yang bisa menurunkan hujan. Sebuah daerah yang subur. Apapun di tanam di daerah itu, hasilnya memuaskan?. Kepala desa bersama masyarakat membuat perayaan pertanian demi mengucap syukur hasil pertanian yang melimpah pada para dewa di sebuah altar yang khusus di buat untuk pemujaan pada para dewa. Suatu ketika, ya ada seorang pemuda yang tidak sengaja merusak patung dewa hujan. Pemuda itu telah meminta maaf sama kepala desa dan masyarakat karena ketidak sengajaannya merusak patung dewa hujan. Kepala desa dan warga masyarakat memaafkan ketidak sengajaan pemuda itu merusak patung dewa hujan. Ya pemuda itu memperbaiki patung dewa hujan dengan baik gitu. Setelah itu, ya mulai keadaan daerah di landa masalah, ya kekeringan. Sampai-sampai sumur warga juga kering. Kepala desa menyatakan bahwa dewa hujan marah karena patung dewa hujan di rusak, ya padahal patung dewa hujan telah di perbaiki dengan baik sama pemuda. Ya Pemuda yang merasa bersalah pada warga masyarakat karena terjadi krisis kekeringan di daerahnya. Pemuda itu mencari pawang hujan yang bisa mendatangkan hujan. Pemuda itu mencari kemana-mana tentang orang yang mampu memanggil hujan. Pemuda itu sampai di serang makluk buas, raksasa, ya untung saja di tolong seorang pertapa. Ya pertapa mengalahkan raksasa sampai lari tunggang langgang gitu. Pemuda itu berterimakasih dengan baik, ya telah di tolong pertapa. Ya pertapa ingin tahu apa yang di cari pemuda dengan bertanya lah?. Ya pemuda itu memberitahukan pada pertapa, ya apa yang ia cari ? Ya seorang pawang hujan yang bisa mendatangkan hujan. Pertapa itu ingin menolong pemuda itu, ya pertapa itu mengaku dirinya pawang hujan yang di cari pemuda itu. Pemuda itu senang telah menemukan pawang hujan. Pemuda dan pertapa pergi ke daerah tempat tinggal pemuda tersebut. Sampai di tempat yang di landa kekeringan. Pertapa pun mulai melakukan ritual untuk manggil hujan. Hal hasil, ya hujan gitu. Pemuda dan semua warga masyarakat senang karena hujan, ya daerah itu tidak kekeringan jadi subur lagi. Ternyata pertapa itu adalah dewa hujan. Ya dewa hujan menghukum daerah tersebut kekeringan atas perintah raja dewa, ya merusak altar persembahan ke dewa yang di lakukan anak kepala desa yang kerjaannya mabuk-mabukan dan main cewek gitu. Yang di perkiraan pemuda itu dirinya merusak patung dewa hujan, ya begitu juga kepala desa dan warga masyarakat. Dewa hujan pun meninggalkan tempat tersebut karena urusannya telah selesai, ya menurunkan hujan dan membuat daerah tersebut subur. Kepala desa menghukum anaknya karena membuat warga masyarakat menderita karena kekeringan. Peraturan pun di buat dengan baik sama kepala desa, ya larangan mabuk-mabukan dan main cewek. Peraturan itu di jalankan dengan baik semua warga masyarakat, ya demi kebaikkan bersama. Begitulah ceritanya," kata Budi.

"Bagus cerita. Hanya sekedar cerita, ya kan Budi?" kata Eko.

"Memang hanya sekedar cerita. Ya cerita lulusan SMA, ya sekedar obrolan saja!" kata Budi.

"Hujan itu lebih baik dari pada di tolak. Ya tanah jadi subur dari pada kekeringan," kata Eko.

"Lebih baik hujan!" kata Budi.

"Emmmm," kata Eko.

Budi pun berdoa dengan baik agar hujan. Tiba-tiba awan hitam berkumpul lagi dan mau hujan. Ya tetesan air hujan turun dari langit.

"Aku berhasil menurun hujan," kata Budi.

"Hanya keberuntungan," kata Eko.

Eko dan Budi berlari dari menuju rumah karena memang hujan beneran. Sampai di rumah Budi, ya Budi dan Eko duduk dengan baik depan rumah Budi.

"Benar-benar hujan," kata Budi.

"Hujan benar-benar hujan," kata Eko.

"Hari ini aku berhasil main pawang hujan, ya menolak dan menurunkan hujan," kata Budi.

"Cuma keberuntungan Budi saja!" kata Eko.

"Yang penting itu aku senang," kata Budi.

"Emmmm," kata Eko.

"Kalau begitu main catur saja!" kata Budi.

"Ok. Main catur saja!" kata Eko.

Budi mengambil papan catur di bawah meja, ya di taruh di atas meja papan catur. Budi dan Eko, ya menyusun dengan baik bidak catur di atas papan catur. 

"Acara menyanyi di Tv. Bagus, ya Eko?" kata Budi.

"Iya," kata Eko.

"Aku suka penampilan artis Meli, ya cantik gitu," kata Budi.

"Aku biasa aja," kata Eko.

"Ayo lah Eko sepakat!" kata Budi.

"Baiklah. Sesuai dengan kemauan Budi. Ya penampilan artis Meli cantik. Puasss!" kata Eko.

"Ya!!!" kata Budi.

"Emmmm," kata Eko.

Eko dan Budi main catur dengan baik banget.

CAMPUR ADUK

MUMBAI XPRESS

Malam gelap bertabur bintang di langit. Setelah nonton Tv yang acara sepak bola. Budi duduk dengan santai di depan rumahnya sedang baca cerp...

CAMPUR ADUK