CAMPUR ADUK

Friday, August 2, 2024

MILI

Malam tenang gitu. Setelah nonton Tv yang acara sepak bola, ya Eko duduk santai di depan rumah sambil minum kopi dan makan gorengan gitu. 

"Nyanyi dan main gitar!" kata Eko. 

Eko mengambil gitar yang di taruh di samping kursi, ya gitar di mainkan dengan baik dan bernyanyi dengan baik gitu. 

Lirik lagu yang dinyanyikan Eko :

"Belum kering lukanya hatikuLuka bekas kausakiti duluTapi kini engkau kembaliMemohon, mengharapkan cintaku
Sebelum kau kembali padakuBaik puaskan dulu hatimuDari cinta ke lain cintaTurutkan, puaskanlah hatimuNanti baru kau datang padaku
Kini carilah olehmuKasih pengganti diriku
Lalu bandingkan olehmuCintanya dengan cintakuSetelah itu, kau baru tahuBetapa besar cintaku padamu
Belum kering lukanya hatikuLuka bekas kausakiti duluTapi kini engkau kembaliMemohon, mengharapkan cintakuNanti baru kau datang padaku
Kini carilah olehmuKasih pengganti diriku
Lalu bandingkan olehmuCintanya dengan cintakuSetelah itu, kau baru tahuBetapa besar cintaku padamu
Belum kering lukanya hatikuLuka bekas kausakiti duluTapi kini engkau kembaliMemohon, mengharapkan cintaku
Sebelum kau kembali padakuBaik puaskan dulu hatimuDari cinta ke lain cintaTurutkan, puaskanlah hatimuNanti baru kau datang padaku"

***

Eko selesai menyanyi, ya gitar berhenti di mainkan dan gitar di taruh di samping kursi gitu. 

"Emmm," kata Eko. 

Eko menikmati minum kopi dan makan gorengan gitu. 

"Baca cerpen saja!" kata Eko. 

Eko mengambil buku di bawah meja, ya buku di buka dengan baik dan cerpen di baca dengan baik gitu. 

Isi cerita yang di baca Eko :

Mili Naudiyal adalah lulusan B. Sc Keperawatan dan mengikuti kelas pelatihan IELTS yang ditujukan untuk pekerjaan di luar negeri, khususnya Kanada. Dia bekerja paruh waktu di sebuah restoran bernama Doon's Kitchen, yang terletak di dalam mal mewah. Dia tinggal bersama ayahnya Niranjan Naudiyal, yang tidak setuju dengan rencananya untuk pindah ke Kanada. Tanpa sepengetahuan Niranjan, Mili memiliki pacar bernama Sameer Kumar, yang juga tidak setuju dengan rencananya untuk pindah ke Kanada.

Suatu malam, saat Sameer mengantar Mili pulang dengan skuter, mereka dihentikan oleh polisi yang menghukumnya karena tidak mengenakan helm saat mengemudi dan mengemudi dalam keadaan mabuk, dan mereka berdua dibawa ke kantor polisi. Niranjan juga dipanggil ke kantor polisi, dan sangat kesal melihat putrinya bersama seorang anak laki-laki yang telah melakukan kejahatan. Dia tidak berbicara dengannya selama berhari-hari. Mili juga memutuskan semua kontak dengan Sameer. Dia datang ke tempat kerjanya untuk mencoba berbaikan, tetapi dibungkam begitu saja oleh Mili.

Suatu malam setelah bekerja, Mili diminta oleh rekan kerjanya untuk menaruh beberapa kotak di dalam lemari pendingin sebelum ia pergi. Saat melakukannya, ia tak sengaja terkunci di dalam oleh manajernya, Sudheer Malkoti, yang mengira tidak ada seorang pun di dalam restoran. Saat suhu perlahan menurun, akhirnya mencapai -18 °C, Mili harus bertahan hidup dalam suhu dingin yang membekukan. Ia mencoba menghalangi kipas angin tetapi kakinya terkilir. Ia mulai mengalami radang dingin.

Niranjan mulai khawatir bahwa Mili belum sampai di rumah karena hari sudah larut. Ia mencari Mili dengan bantuan tetangganya. Mereka mencoba menelepon semua rekan kerjanya, tetapi tidak ada satupun yang tahu apa pun. Sameer, yang sedang dalam perjalanan ke Delhi dengan setengah hati untuk sebuah pekerjaan, kembali setelah mendengar bahwa Mili hilang dan juga bergabung dalam penyelidikan, yang membuat Niranjan kecewa. Niranjan dan tetangganya terus-menerus curiga bahwa Sameer mengetahui sesuatu yang tidak mereka ketahui. Tim pencari, yang tampaknya bertambah setiap jam, melakukan beberapa kali upaya untuk menelepon kantor polisi dan meminta bantuan, tetapi malah disambut dengan tanggapan apatis oleh Sub-inspektur Satish Rawat, yang memberi tahu mereka bahwa Mili pasti baru saja melarikan diri dengan Sameer dan terus mencari sendiri.

Akhirnya, tim pencari merasa muak dengan tanggapan polisi yang mereka dapatkan, begitu pula dengan rekan Rawat. Mereka memutuskan untuk pergi ke kantor polisi untuk mengajukan kasus Mili, dan malah disambut oleh Rawat, saat itulah mereka menyadari bahwa dia adalah polisi yang sama yang menangkap Sameer dan Mili sebelumnya. Dia bersikeras bahwa Sameer dan Mili kabur bersama dan bahwa Sameer berbohong. Meskipun awalnya dia tidak percaya pada ketidakbersalahan Sameer, Niranjan mencoba membelanya, yang menyebabkan ketegangan antara Rawat dan tim pencari. Atasan Rawat, Inspektur Ravi Prasad, tiba di kantor polisi, memarahi Rawat atas perilakunya dan meyakinkan Niranjan dan Sameer bahwa mereka akan berusaha sekuat tenaga untuk menemukan Mili. Sejak saat itu, Prasad mengambil alih kasus tersebut.

Sementara itu, Mili berusaha mati-matian untuk menyelamatkan dirinya sendiri, sementara teleponnya di restoran terus berdering setiap beberapa menit karena panggilan dari ayahnya. Pada suatu saat, Mili menemukan seekor tikus, dan mencoba menyelamatkan nyawa tikus itu dan juga nyawanya sendiri. Ia mulai melemah, dan menutupi dirinya dengan kotak-kotak agar tetap hangat; tikus itu akhirnya mati karena hipotermia. 

Rawat, yang tersinggung dan jengkel dengan Prasad dan tim pencari, sengaja mencoba untuk tidak membantu mereka. Cyber ​​Cell, divisi yang menangani teknologi dalam kasus-kasus, memberi tahu Rawat bahwa lokasi menara terakhir dari ponsel Mili ada di mal tempat dia bekerja. Rawat sengaja menunda memberi tahu Prasad tentang berita ini.

Sameer tiba-tiba teringat sebuah kejadian di mana beberapa pengemudi ojek yang nongkrong di depan mal tempat Mili bekerja melecehkannya suatu hari, menyebabkan Sameer dan teman-temannya memukuli mereka. Ia memberi tahu tim pencari bahwa mungkin mereka telah melakukan sesuatu padanya sebagai balasan. Tim pencari tiba di mal untuk menanyakan tentang pengemudi ojek, yang dibantah oleh orang yang melecehkan Mili, dengan alibi.

Merasa kalah dan tersesat, kelompok itu bertemu dengan penjaga mal, yang mengatakan bahwa menurutnya Mili tidak meninggalkan mal. Kelompok itu bergegas masuk ke dalam mal, sementara semua orang mencari Mili ke sana kemari. Bersamaan dengan itu, salah satu narapidana di kantor polisi sengaja membuat keributan setelah mendengar Rawat dan rekannya berdebat mengenai pesan Cyber ​​Cell. Saat Rawat berurusan dengan narapidana itu, rekannya mencuri teleponnya, mengirimkan berita terbaru kepada Prasad.

Tepat saat Niranjan hendak menyerah, ia melihat piring logam jatuh dari ventilasi di mal. Ia menangkap kelompok itu, dan mereka mengetahui bahwa ventilasi itu mengarah ke lemari pendingin di Doon's Kitchen. Dengan cepat, mereka bergegas ke lemari pendingin dan mendapati Mili pingsan di lantai, dalam tahap terakhir hipotermia. Ia dibawa ke rumah sakit untuk dirawat.

Keesokan harinya, Mili bertemu kembali dengan ayahnya dan Sameer, dan sangat senang melihat bahwa seluruh situasi ini telah mendekatkan Sameer dan Niranjan; mereka mulai menyukai dan menerima satu sama lain. Niranjan memberikan restunya kepada Mili dan Sameer, dan Mili memutuskan untuk membatalkan rencananya ke Kanada. Sementara itu, Malkoti diperingatkan oleh Prasad untuk memasang alarm di lemari pendingin, atau izin usaha restorannya akan dicabut. Penjaga datang ke rumah sakit, dan Niranjan bertanya kepadanya bagaimana dia yakin Mili tidak pernah meninggalkan mal. Dia ingat fakta bahwa dia memperhatikan Mili keluar masuk mal setiap hari, karena dia adalah satu-satunya orang yang benar-benar tersenyum padanya; dia tidak melihat senyumnya saat keluar pada hari dia menghilang. Ketika penjaga bertanya kepada Niranjan siapa nama putrinya, dia dengan bangga menjawab dengan "Mili".

***

Eko selesai membaca cerpen, ya buku di tutup dan buku di taruh di bawah meja. 

"Emmm," kata Eko. 

Eko menikmati minum kopi dan makan gorengan gitu. 

"Budi belum datang. Kalau begitu...baca koran saja!" kata Eko. 

Eko mengambil koran di bawah meja, ya koran di baca dengan baik gitu. Di koran, ya banyak berita-berita bagus dari berita luar negeri, pemerintahan dalam negeri, olahraga dan artis ini dan itu. Cukup lama, ya Eko baca koran dan akhirnya Budi datang ke rumah Eko, ya motor di parkirkan di depan rumah Eko. Yaaa Eko berhenti baca koran dan koran di taruh di meja gitu. Yaaa Budi duduk dengan baik dekat Eko gitu. Di meja ada Digivice yang terbuat kardus gitu. 

"Eko," kata Budi.

"Apa?" kata Eko.

"Apa Eko buat Digivice lagi?" kata Budi menunjuk Digivice di meja gitu. 

"Aku tidak membuat Digivice lagi. Ya jadi aku cuma buat satu Digivice dari kardus saja!" kata Eko. 

"Ooo Eko tidak buat Digivice lagi toh. Jadi Eko cuma buat satu Digivice toh!" kata Budi. 

"Yang aku buat itu?" kata Eko. 

Eko mengambil sesuatu di bawah meja dan di taruh di atas meja gitu. 

"Ini...yang aku buat dari kardus, ya Digimon!" kata Eko. 

Budi melihat dengan baik Digimon buatan Eko yang terbuat dari kardus gitu. 

"Betamon!!!" kata Budi. 

"Iya....Betamon!!!" kata Eko. 

"Nilai kreatifitas," kata Budi. 

"Memang nilai kreatifitas," kata Eko. 

"Ada kemauan pasti bisa membuat sesuatu yang di sukai," kata Budi. 

"Emmm," kata Eko. 

Budi mengambil koran gitu.

"Koran!" kata Budi. 

Budi mau baca koran hari ini?" Kara Eko. 

"Aku tertarik dengan judul artikel di koran ini!" kata Budi. 

"Judul artikel di koran!" kata Eko. 

"Emmm," kata Budi. 

"Judul artikel di koran memang bagus gitu. Yaaa memang sih....berkaitan dengan politik dan pemerintahan gitu," kata Eko. 

"Aku baca koran dulu Eko!" kata Budi. 

"Silakan Budi...baca koran!" kata Eko. 

"Emmm," kata Budi. 

Budi membaca koran dengan baik. Yaaa Eko dengan santai menikmati minum kopi dan makan gorengan gitu. Dengan teknik baca cepat gitu, ya Budi selesai baca koran. 

"Artikel koran yang bagus!" kata Budi. 

"Emmm," kata Eko.

Budi menaruh koran di meja. 

"Judul di artikel ternyata bisa di kembangkan dengan baik," kata Budi. 

"Judul di artikel bisa di kembangkan dengan baik. Maksudnya...penelitian kan Budi?" kata Eko. 

"Iya...penelitian karya ilmiah," kata Budi. 

"Karya ilmiah. Berarti berkaitan dengan pendidikan Universitas," kata Eko. 

"Iya..pendidikan Universitas. Yaaa sebenarnya sih...aku sadar sih...cuma lulusan SMA!" kata Budi. 

"Demi masa depan yang diinginkan.....tidak boleh menyerah pada keadaan gitu. Terus berjuang dengan belajar dengan baik, ya demi mencapai masa depan yang diinginkan," kata Eko. 

"Belajar dan belajar," kata Budi. 

"Emmm," kata Eko. 

"Penelitian...pasti ke partai politik," kata Budi. 

"Metode penelitiannya...kualitatif, ya Budi?" kata Eko.

"Iya sih...Eko metodenya...kualitatif!" kata Budi. 

"Walau bisa membuat karya ilmiah. Budi tetap tidak di akui kepintarannya karena tidak kuliah di Universitas. Tetap status SMA!" kata Eko. 

"Memang sih...Eko. Aku tidak di akui kepintarannya karena tidak kuliah di Universitas. Tetap status SMA!" kata Budi. 

"Kata-kata yang sering di omongin orang miskin "Nasif orang miskin"....," kata Eko

"Memang nasif!" kata Budi. 

"Emmm," kata Eko. 

"Emmm," kata Budi. 

"Main permainan ular tangga saja Budi!" kata Eko. 

"Oke. Main permainan ular tangga!" kata Budi. 

Eko mengambil Digimon Betamon di meja, ya di taruh di bawah meja gitu dan mengambil permainan di bawah meja dan di taruh di atas meja gitu. Budi dan Eko main permainan ular tangga dengan baik gitu.

"Hidup ini....tetap sama kan Eko?" kata Budi.

"Hidup ini....tetap sama!" kata Eko.

"Manusia tetap berjuang dengan baik menggapai keinginannya...seperti berita di koran tentang orang-orang yang ingin jadi pemimpin di negeri ini, yaaa berita Pilkada!" kata Budi.

"Seperti biasa omongan rakyat kecil seperti kita ini juga "Bagi yang punya kemampuan di persilakan untuk jadi pemimpin!"...," kata Eko. 

"Kompetisi sengit untuk jadi pemimpin. Permainan catur pun di jalankan dengan baik dengan tujuan menang!" kata Budi. 

"Siapa yang pinter main catur politik? Pasti pemenangnya!" kata Eko. 

"Catur politik!" kata Budi. 

"Emmm," kata Eko. 

"Emmm," kata Budi. 

Budi dan Eko tetap asik main permainan ular tangga dengan baik gitu. 

CAMPUR ADUK

MUMBAI XPRESS

Malam gelap bertabur bintang di langit. Setelah nonton Tv yang acara sepak bola. Budi duduk dengan santai di depan rumahnya sedang baca cerp...

CAMPUR ADUK