CAMPUR ADUK

Thursday, January 25, 2018

MUNGKIN GAK MUNGKIN

Siang hari yang cukup panas di kota metropolitan. Dono baru pulang dari sholat jum'at. Dengan santainya Dono berjalan menuju rumahnya. Saat melewati sebuah gedung yang belum selesai pembangunannya. Dono melihat sesosok gadis cantik ingin bunuh diri dari atas gedung. 

"Mbak...jangan melompat," teriak Dono.

Sang gadis cantik tidak menggubris teriakan Dono tetap melangkah maju untuk melompat dari gedung.

"Saya...harus bertindak cepat mencegah gadis itu berpikir pendek," kata Dono.

Dono berlari cepat sekali seperti kilat langsung memegang tangan gadis tersebut. Lalu Dono menarik gadis tersebut dan menahannya di lantai.

"Jangan berpikir bodoh.......," kata Dono.

Seketika sang gadis pun pingsan di tempat. Tak lama ada sebuah balok kayu jatuh tidak jauh dari keberadaan Dono. Dengan cepat Dono sigap dan mencari tahu kenapa balok kayu jatuh?. Ternyata Dono menemukan sosok pemuda berjaket hitam yang bersembunyi di balik kumpulan kayu balok dan papan.

"Jangan-jangan kamu yang mencelakai gadis tersebut....untuk berniat bunuh diri," tudingan Dono.

"Jangan asal menuduh.....kamu......, saya hanya...kebetulan lewat sini," kata Penjahat berjaket hitam.

"Kok...ganjil...kata-katanya........... dan juga kamu memegang boneka putih di tangan kanan kamu," kata Dono.

"Gimana ya.......? boneka ini cuma mainan kok," kata Penjahat berjaket hitam.

"Jangan-jangan kamu mempelajari aliran sesat," tudingan Dono.

"Masa ...bodo.......," saut Penjahat berjaket hitam.

"Ternyata..bener..kamu yang meneluhnya atau nama lainnya menghipnotis gadis tersebut agar bunuh diri...kamu mengendalikannya dari jarak jauh," definisi Dono.

"Ketahuan....deh...sepak terjang saya," kata Penjahat berjaket hitam.

"Ya..jelas...ketahuan...dari..awalnya...ganjil....," kata Dono.

"Brengsek....," kata Penjahat berjaket hitam marah.

Penjahat berjaket hitam menyerang Dono dengan sebuah tinjuan. Dono pun menghindari serangan tersebut dengan mudah.

"Lambat...amat serangannya," kata Dono.

Penjahat berjaket hitam terus menerus menghajar Dono. Tetap saja Dono terlalu cepat pergerakan dirinya. Maka mampu menghindari serangan Penjahat berjaket hitam. 

"Haaaaa....haaaa.." suara helaan nafas Penjahat berjaket hitam.

"Kenapa kamu?" tanya Dono.

"Saya menyerang dari tadi..kenapa tidak kena-kena ya?" kata Penjahat berjaket hitam.

"Capek.........ninjunya..., kalau begitu istirahat saja dulu," kata Dono.

"Jadi.....kamu ini meremehkan saya...," kata Penjahat berjaket hitam.

"Ya....terserah kamu," kata Dono.

Penjahat berjaket hitam menyerang kembali dengan tinjuan dan tendangan bertubi-tubi. Dengan cepat Dono menghindari semua serangan dari Penjahat berjaket hitam. Lalu Dono meninju Penjahat tersebut di bagian perut.

"Ahhhhhhh," kata Penjahat berjaket hitam.

"Gimana rasanya?" tanya Dono.

"Sakit..... tahu," jawab Penjahat berjaket hitam.

Dono langsung memukul pundaknya dengan keras. Seketika Penjahat  berjaket hitam pingsan.

"Beres...pekerjaan saya," kata Dono.

Dono dengan cepat mengikat Penjahat berjaket hitam dengan mengambil tali yang tergeletak di  dekat kumpulan kayu balok dan papan.

"Beres ...penjahatnya udah saya tangani," kata Dono.

Dono pun menelpon polisi dan mobil ambulan. Selang berapa lama polisi dan mobil ambulan dateng. Polisi langsung menangkap penjahat, sedangkan gadis yang mencoba bunuh diri di bawa ke rumah sakit mengunakan ambulan. Dono pun segera pulang dari tempat ke jadian. Hari mulai sore, Dono baru sampai di rumah.

"Dono...lama...amat....pulang dari jum'atan........memangnya sholat di mesjid mana?," tanya Kasino.

"Sholat deket sini kok......cuma ada sedikit masalah....," kata Dono.

"Masalah apa Dono? besar atau kecil bentuk masalahnya?" tanya Kasino.

"Ya lumayan deh," ujar Dono.

"Jadi...masalahnya kecil......," saut Kasino.

"Ya..begitu deh," jawab Dono.

Dono pun ke dapur untuk minum air putih. Sedang kan Indro asik menonton berita sore.

"Astafirohulazim....Dono...masuk TV......," teriak Indro.

"Mana...?" tanya Dono  dan Kasino.

Dengan seksama Kasino dan Dono melihat berita sore hari tentang modus hipnotis yang terjadi tidak jauh dari rumah mereka. Dono terlihat jelas dalam vidio yang diambil.

"Dono......telat pulang nolong...orang ya?" tanya Indro.

"Iya....," jawab Dono.

"Beneran....?" tanya Kasino.

"Iya..beneran....," jawab kembali Dono.

"Hebat..banget........dengan cara..apa?" tanya Indro.

Dono pun menceritakan kronologis kejadian saat menolong gadis yang mau bunuh diri. Indro dan Kasino dengan bener-bener mendengarkan ceritanya Dono. Kasino dan Indro baru mengerti duduk permasalahannya.

"Tapi...Dono.....dari mana kamu punya kemampuan secepat kilat itu?" tanya Kasino dan Indro yang penasaran.

"Dari kesetrum listrik...saat benerin antene TV," kata Dono sambil menunjuk TV di ruang tamu.

"Mana..mungkin.......?" kata Kasino.

"Mana mungkin? ganjil banget?" saut Indro.

"Mungkin...aja...kalau Tuhan menghendaki..........," ujar Dono.

"Ya........juga....lah kalau Tuhan menghendaki....yang gak mungkin jadi mungkin....," kata Indro.

"Itu.....mah...masa Alloh......," saut Kasino.

"Ya..udah..saya mau sholat asar dulu," kata Dono.

"Ikutan.....sholat berjamaah...," kata Indro.

"Iya..sholat berjamaah.........pahalanya lebih banyak," saut Kasino.

Dono, Kasino, dan Indro melaksanakan sholat asar di rumah dengan penuh khusuk.

NGERASANIN

Hari yang cerah dan matahari tak pernah lelah menyinari dunia dengan cahayanya yang menjadi sumber kehidupan bagi seluruh umat manusia. Saya mulai hari ini dengan bersiap pergi ke sekolah. Saya selalu menyukai hari sekolah, karena entah mengapa Saya selalu menunggunya. Tak ada yang spesial sebenarnya, hanya saja rasa ingin melihatnya dan melihat gerak geriknya yang menjadikanku semangat untuk sekolah. Saya tau ini tak baik bagi Saya, tak ada ajaran di agama manapun di dunia yang memperbolehkan hal ini terjadi, tapi tidak denganku. Tak bisa Saya pungkiri rasanya Saya sekolah karena dirinya dan dirinya, melamunkannya setiap saat. Melihatnya memakai baju rapi dengan rambut di beri gel bagai melihat seorang aktor dan tampan dari Indonesia. "Tukul Arwana" yah....artis Tukul yang ada di benakku saat melihatnya. Tapi itu unik, dia terlihat tampan dengan caranya sendiri.

Tak lama teman baikku membubarkan Saya dari lamunan indah Saya "Ira....kantin yuk," kata Rinda.

"Okok......ayok, emang jam istirahat rin?"

"Iyalah, ayo buruan ra!!!"

"lh......iya cerewet ayo."

Aku dan temanku berangkat ke kantin dan kita memesan makanan masing-masing, sedang enak enaknya kami makan tiba tiba Mas Tukul datang untuk membeli minuman.

"woy.....tuh Mas Kul beli minum"

"apaan?, emang ada hubungannya sama Saya gitu?"

"udahlah....jangan  bohong Saya tahu kok kalau kamu ada rasa sama dia"

"apaaan sih......."

Setelah percakapan di kantin itu, Saya jadi sering curhat tentang dia ke rinda, maklum kita sudah kayak sendok sama garpu, di mana ada Saya selalu ada dia. Pernah suatu hari Saya lihat si Mas Tukul senyum senyum sendiri, dengan reflek Saya ikutan senyum dan bodohnya Saya emang gak konsen sama jalan, dan bodohnya Saya yang emang Hobby bikin malu diri sendiri. Tanpa Saya sadari di depan ada sekolah, aku tiba tiba masuk ke  dalam selokan depan kelas. Saya bisa nahan sakit di kaki, tapi nahan malu depan si dia? banyak temen yang ke tawa lihat Saya jatuh dan Saya hanya cengar cengir nahan malu gara gara jatuh. Yang lebih parahnya lagi dia malah ikutan ke tawa, oh God.......help me.
Saya pulang dengan rasa malu yang amat sangat, Saya bete gak ketulungan dan akhirnya Saya mandi, terus tidur siang. Sekitar jam 3 sore saat matahari lagi ada di sudut 34, 98 derajat Saya bangun dan mandi.

Masih jelas teringat kejadian tadi di sekolah, akhirnya dengan muka kusut bak baju belum di setrika Saya iseng iseng buka fb, dan ternyata ada yang add fb Saya, nama fbnya (sensor) : D.

"wah........mati Saya, Mas Tukul pake acara add Saya lagi, terima  gak ya? ok hitung sampek lima aja.......nggak, terima, nggak, terima, terima. Oh..........ok terima ajalah"

Saya menerima permintaan pertemanannya dengan harapan bisa berteman lebih dekat dengannya. Tak lama kemudian si Mas Tukul kirim inbox di fb Saya, senangnya hatiku turun panas demamku.

"hy.....kamu Ira kan?"

"hy juga, iya Saya Ira kamu kok tahu? tahu dari temen Saya atau emang cari tahu tentang Saya? kamu suka Saya ya? kamu penggemar rahasia Saya ya? udah jujur aja, Saya gak papa kok Ikhlas malah"

"oh.......nggak, Saya tahu kamu gara gara kamu tadi masuk selokan dan diketawain sama anak anak"

"oh......gitu ya, kirain"

"emang kamu kenapa kok sampe masuk selokan gitu?"

"itu gara gara Saya lihat senyum kamu tahu" suara dalam hati.

"oh.......Saya cuman ngelamun kok" ngelamunin kamu maksudnya.

"oh....."

"iya....."

"iya....."

"hmmmmm....."

"ya udah..."

"iya....."

"udah dulu ya...."

"iya..."

"ya udah jangan di bales....."

"iya Saya gak bales kok"

"ini kok di bales?"

"hmmmm...."

"gue timpuk juga lu...."

"....."

Setelah kejadian itu setiap ketemu Saya dimanapun dia pasti senyum senyum. Saya pun membalasnya dengan sepenuh hati. Saya dibuatnya melayang dengan senyum indahnya dan deretan gigi putihnya, Saya jadi lebih sering Stalkering dia di fb dan Saya kaget bagai di sambar kilat di siang bolong saat Saya mengetahui bahwa dia memiliki status berpacaran dengan temanku sendiri rinda. Jadi selam ini dia senyum senyum bukan buat Saya? tapi buat rinda? ah.....bete.......ok gak papa kok, Saya strong. Saya juga gak akan bikin perhitungan sama dia, soalnya Saya lemah di bidang menghitung matematika. Tapi mungkin kalau bikin perhitungan siklus akuntansi Saya masih mau. Soalnya ada Rp.xxxxx

MAINAN ORIGAMI PESAWAT

Arin sedang berjalan-jalan di sekitar taman dekat rumahnya. Arin kan gapunya rumah!!, eh iya maksudnya rumah orangtuanya. Ia bertemu seorang lelaki cukup tua yang sangat tampan dan berani mirip Ariel Piterpen. Nggak nggak ia bertemu seorang lelaki yang cukup tua. Lelaki itu mengajak bicara Arin dan dia bilang "Bapak punya cerita, Arin mau mendengar"

"Mauuuuu" tiba tiba 70 anak lainnya datang untuk  ikut mendengar cerita. Lelaki tua terdiam beberapa jam karena merasa kaget.

Lelaki tua pun memulai ceritanya

"Ada sebuah pemuda, ia selalu memerintah di sebuah gedung yang tingginya 1234 lantai. Ia memanggil anak buahnya "rakooo apakah kau sudah membicarakan semua kehebatanku" ternyata rako pandai berbicara "sudah kapten" jawabnya. "Andiii apakah kau sudah melihat semua kekurangan orang lain? Andiii  Andiii mana Andi?" ternyata pemuda tersebut sedang berada di lift. Dia pun ke luar dari lift dan berteriak "Andiii apakah"

"Maaf nama saya Dani bukan Andi"

"Baik, Dani apakah kau sudah melihat semua keburukan orang lain?" "sudah bos" jawabnya.

Sang pemuda kembali berteriak "Ghaniii apakah kau sudah mendengar semua keburukan orang lain?" "Sudah ketua" jawabnya.

3 abad 81 tahun 6 bulan 3 hari 12 jam 7 menit 49 detik kemudian (lebay banget yaa). Seperti biasa sang pemuda menanyakan hal yang sama kepada rako Dani dan Ghani.

Tiba tiba gedung yang tingginya 1234 lantai itu tertabrak pesawat kertas yang di penuhi bau jigong karena sebelum diterbangkan di Haah........haahhhh......haaaahhh kan dulu. Mereka semua pun mati karena baunya sangat menyengat. Lelaki tua pun selesai bercerita namun 70 anak yang mendengarnya semua sudah tertidur  nyeyak.

Dari cerita di atas bisa disimpulkan jangan pernah lagi men Haaaaah Haaaaah Haaaaaah kan mainan origami pesawat. Karena bisa membuat orang yang membauinya pingsan bahkan mati.

KENANGAN-KENANGAN

Nama Saya.............................Alisia. Setidaknya, itulah yang Saya ingat. Sejak kejadian itu, Saya tak mampu mengingat apa pun kecuali nama Saya. Saya bahkan tak tahu dari mana Saya berasal, siapa orang tua Saya, dan bagaimana caranya Saya dapat sampai di tempat ini,  pulau kosong tak berpenghuni. Sudah tiga hari Saya di sini, dan Saya masih belum menemukan seorang pun. Saya begitu lapar, Saya tak menemukan apa pun untuk dimakan. Sekali pun Saya menemukan sesuatu, Saya tak akan tahu apakah itu dapat di makan atau tidak.

Setiap hari Saya berjalan menyusuri pantai itu. Pantai itu awalnya nampak seperti pantai biasa, pantai dengan pasir putih, laut yang luas, udara yang menyejukkan, dan sebagainya. Namun suatu hari ketika Saya berjalan masuk agak ke dalam, Saya menemukan suatu keanehan tumpukan tulang belulang. Saya bergidik ngeri, siapakah gerangan yang dapat menghabiskan makanan sebanyak itu? sesaat kemudian Saya mencium suatu aroma, aroma khas yang begitu familiar di ingatan Saya. Aroma itu membuat perut Saya yang telah berbunyi sejak tadi semakin meraung, semakin kencang, hingga Saya pun terkejut olehnya.
Tanpa Saya sadari, kaki Saya melangkah maju menuju sumber aroma itu. Saya tak sadar lama Saya berjalan, mungkin 5 menit, mungkin 10 menit, atau mungkin lebih. Begitu Saya sadar, Saya telah berdiri di belakang semak-semak, semak-semak yang tingginya bahkan melebihi diri Saya. Tak pernah Saya melihat semak-semak setinggi itu, namun hal itu tidaklah penting saat ini. Yang terpenting adalah, apakah yang sedang mereka lakukan di sana? apa arti teriakan-teriakan itu? mengapa kedengarannya mereka sedang berpesta? apa yang membuat mereka begitu bahagia? tanpa sengaja, Saya menginjak sesuatu di bawah kaki Saya. "Tunggu, apa ini? aaaaaaaa!!!!!!" tanpa Saya sadari Saya berteriak begitu kencang. Sebenarnya Saya tak begitu mengerti apa yang sedang terjadi, namun satu hal yang pasti. Tubuh Saya terjaring dan tergantung di atas pohon. Teriakan Saya nampaknya cukup kencang, orang-orang yang tadinya sedang berpesta itu segera berbondong-bondong mendekati Saya.

Saya begitu takut. Sangat takut. Saya mencoba menenangkan diri Saya sendiri. Saya berusaha untuk tetap berpikir positif. Saya terus mengulang-ulang kalimat itu dalam benak Saya. 

"Mereka hanyalah penduduk di pulau ini. Mereka pasti mengira Saya hewan liar yang baru saja terperangkap. Ketika mereka tahu Saya ini manusia seperti mereka, mereka akan melepaskan Saya. Ya, pasti begitu." setidaknya itulah yang Saya pikirkan selama beberapa saat. 

Kalimat-kalimat yang terus berputar dalam benak Saya tersebut langsung pecah begitu saja ketika Saya melihat orang-orang yang menghampiri Saya itu. Sebentar, apakah orang memiliki rambut tebal di sekujur tubuhnya, kulit hitam, dan tinggi lebih dari 7 kaki? lalu, apakah mereka ini?

Mereka berteriak dan bersorai-sorai dengan sangat gembira saat melihat diri Saya. Di saat yang bersamaan, mereka menatap Saya dengan tajam. Saya merasakan sesuatu yang aneh dengan tatapan itu. Tatapan itu nampak seperti ingin membunuh, bagaikan seekor predator yang sedang menatap mangsanya. Lalu, apakah Saya ini mangsanya? pikiran yang terlintas di benak Saya  itu langsung membuat Saya bergidik ngeri.

"Mmmmm........apa yang sedang kalian lakukan? kalian akan membawa Saya ke mana?" Saya terus bertanya, namun mereka tak menjawab sepatah kata pun untuk Saya. Mereka kemudian mengangkat Saya dan membawa Saya masuk ke dalam pelosok pulau yang gelap. Setelah beberapa saat, mereka menghempaskan tubuh Saya dengan kencang ke tanah. Tubuh Saya seakan remuk, rasa sakit yang membuat Saya sesak, begitu sakit- bagaikan dilemparkan dari atas tebing yang curam. Saya semakin takut, sangat takut. Kini Saya cukup yakin bahwa mereka telah menganggap Saya sebagai mangsa. "tolong Saya!!!!!!!! apa yang kalian lakukan?! lepaskan Saya!!!!!!!!" Saya berteriak. Saya menangis. Saya meraung-raung ketakutan.

Hingga pada akhirnya, Saya menyadari bahwa yang Saya lakukan itu hanyalah sia-sia belaka. Pada akhirnya, Saya hanya diam dan pasrah. Saya sadar, apa pun yang Saya lakukan tak akan membuahkan hasil. Mereka meninggalkan Saya selama beberapa saat, meski masih ada beberapa yang menjaga Saya. Tak lama kemudian, mereka kembali. Kini mereka kembali dengan membawa sesuatu. Tangan mereka menggenggam sesuatu dengan erat-pisau dan tombak. Saat itu juga, Saya yakin betul bahwa Sayalah mangsa mereka. Mereka semakin mendekati Saya. Pisau-pisau dan tombak-tombak itu mereka angkat tinggi-tinggi, siap untuk menusukku. Saya sudah siap, Saya tak peduli lagi. Toh, Saya juga tak tahu  bagaimana caranya untuk kembali.

Saya memejamkan mata Saya, menunggu ajal menjemput. Tak lam kemudian, Saya mendengar suara auman, auman  itu entah mengapa terdengar familiar. Kemudian Saya membuka mata Saya secara perlahan. Saya begitu terkejut dengan kejadian yang berada di depan mata Saya. Seekor harimau besar berwarna oranye dengan loreng-loreng cokelat di sekujur tubuhnya sedang mengejar dan mencakar orang-orang yang tadi membawa Saya ke sini. Saya tak tahu, apakah harimau itu berusaha menyelamatkan Saya, atau ia sedang kelaparan dan berusaha mencari makanan di sini? dengan perlahan, Saya coba melepaskan diri dari jaring yang sedari tadi membelenggu tubuh Saya. Ketika jaring itu hampir lepas, harimau itu berjalan ke arah Saya.

"Tidak, tidak, jangan mangsa Saya. tolong........" Saya memejamkan mata Saya dengan erat, tubuh Saya terpaku di tempat. Meski kelopak mata Saya tertutup, Saya dapat merasakan bahwa harimau itu masih berada dekat dengan Saya. Jaring yang awalnya membelenggu tubuh Saya kini terlepas. 

"Tunggu, harimau itukah yang melakukannya?" gumam Saya dalam hati.

Harimau itu menatap Saya dalam-dalam. Namun tahapan itu tidak membuat Saya takut. Sebaiknya, tahapan itu memberi Saya kehangatan. Harimau itu seakan berkata,"Tenanglah, kau aman di sini," setelah menatap Saya sebentar, harimau itu kembali itu kembali menerkam orang-orang yang berada di dekat Saya.

Tiba-tiba, berbagai macam adegan seperti potongan-potongan memori terputarkan di dalam pikiran Saya. Saya seakan-akan melihat seekor harimau yang sedang terperangkap. Harimau oranye berloreng cokelat itu meraung kesakitan. Saya berjalan mendekatinya, saat itu Saya dapati bahwa  kaki depannya telah tergores lupa yang cukup dalam. Saya berusaha Untuk menyentuhnya, namun jaring itu menembus melewati tangan Saya dan harimau itu seakan-akan tidak menyadari kehadiran Saya. Tak lama, ada seorang perempuan yang berusaha melepaskan harimau itu dari jeratan jaringnya. Wanita itu, nampaknya ia seseorang yang Saya kenal. Ia nampak seperti.....diri Saya?.

Kini Saya mengingat kembali jadi diri Saya. Saya adalah seorang peneliti. Saya datang ke pulau ini karena di beri misi untuk meneliti perilaku hewan-hewan liar khususnya harimau di alam bebas. Sebenarnya Saya datang bersama teman-teman peneliti Saya dan akan kembali bersama mereka juga. Namun, tidak lama setelah kami berlayar pulang, badai mulai berkecamuk dengan kerasnya dan mengguncang kapal yang kami tumpangi. Ombak-ombak kian meninggi, kapal kami mulai goyah, hingga akhirnya kapal kami terbelah dua. Saat ini, Saya tidak tahu bagaimana nasib rekan-rekan Saya.

Setelah kejadian itu, Saya tak sadarkan diri. Mungkin Saya terombang-ambing di atas sebuah kayu dan akhirnya terhempaskan kembali ke pulau ini, sehingga Saya dapat selamat. Setelah orang-orang itu berlari ketakutan, harimau tersebut kembali mendekati Saya, dan kini ia duduk di samping Saya. Dengan ragu, Saya mengangkat tangan Saya lalu meletakkannya di atas tubuh harimau tersebut. Saya sedikit tersentak ketika menyadari goresan lupa di ke dua kaki depannya. Saya semakin yakin bahwa ingatan yang tadi berputar di kepala Saya itu benar. Tak lama kemudian, Saya mendengar suara bising dari atas langit. Ketika Saya menengadah ke atas langit, Saya mendapati sebuah helikopter yang sedang terbang tepat di atas Saya.

"Tolong, tolong Say!!!!!" secara insting Saya berteriak dengan kencang meski pada akhirnya Saya sadar bahwa teriakan Saya itu tidak cukup kencang sehingga dapat terdengar dari atas sana. Saya kemudian mencari-mencari apa pun  yang dapat Saya gunakan agar mereka dapat menyadari keberadaan Saya. Saya terus berlari, hingga tanpa sadar Saya menendang sesuatu. Benda itu nampak seperti sebuah keong raksasa. Saya kemudian mengangkatnya, mengamatinya, dan meletakkan benda itu pada mulut Saya. Saya meniup benda itu sekencang-kencangnya. Benda itu kemudian mengeluarkan bunyi yang sangat kencang dan melengking. Saya terus meniupnya semakin lama semakin kencang lagi. Pada akhirnya, helikopter tersebut menyadari keberadaan Saya dan kemudian turun secara perlahan.

Harimau yang sedari tadi berada di samping Saya kemudian mendekati Saya. Ia menghampiri Saya, menggosok-gosok badannya ke tubuh Saya dan menatap Saya untuk terakhir kalinya. Tak sempat saya memeluknya, harimau itu pergi dan berjalan ke arah hutan lebat di seberang Saya tanpa berpaling kembali. Helikopter itu menurunkan tangga kurang lebih 10 meter jauhnya dari Saya. Saya berjalan setengah berlari ke helikopter itu, namun karena  kaki Saya yang begitu lemas, Saya terjatuh karena tak mampu menopang tubuh Saya lagi. Dari atas helikopter, turun seorang pria paruh baya yang wajahnya tak asing bagi saya. Sesaat setelah orang itu melihat Saya, matanya seakan berbinar dan ia pun langsung memanggil Saya dengan penuh rindu, "Alisia!!!!!!" ia berlari dengan sigap ke arah Saya dan langsung memeluk Saya. Pecahan-pecahan memori Saya kembali menunjukkan sesuatu pada Saya. Ya, muka orang ini. Dia adalah rekan kerja Saya sekaligus kekasih Saya yang di tugaskan ke pulau lain.

"Rai!!!!!!!!!!!!!!!!!!!" Saya pun memeluknya dengan erat. Kehangatan yang begitu Saya rindukan membuat Saya menitikkan air mata Saya.

"Ayo kita pergi dari sini." katanya pada Saya sambil mengusap air mata di pipi Saya. Ia pun mengecup kening Saya dan menopang Saya untuk bangun. Entah kelelahan entah terlalu bahagia, Saya kehilangan kesadaran setelah kejadian itu. Saat Saya bangun, Saya telah berada di  suatu ranjang putih dengan jarum infus di tangan kanan Saya. Saya menoleh ke sisi kiri Saya dan mendapati Rai yang sedang duduk terlelap di samping Saya. Wajah itu, wajah yang sama yang tak akan pernah Saya lupakan. Saya megusap rambut di keningnya sambil berbisik, "Terima kasih untuk segalanya."

SEBUAH KEDOK

Lina dan Yuli datang ke tempat kerjanya Bul dan Cul di sebuah tempat toko penjahit. Melihat Lina Cul mulai berulah begitu dengan Bul. Dengan membuat ulah Bul dan Cul menunjukkan sok kerenya. Membentak karyawan toko penjahit. Sampai karyawan toko penjahit ketakutan karena bentakan mereka berdua seolah menagih utang. Lina yang tahu kebodohan Bul dan Cul karena hendak membohongi. Terlihat dari mata dan tingkahnya yang ngacok. Yuli melihatnya terlihat ketakutan  tetapi karena arahan Lina karena kebohongan mereka berdua pada akhirnya Yuli berani menghadapi Bul dan Cul yang berpura-pura gahar.

Tiba-tiba datang  segerombol orang menagih utang dari kelompok Yaman. Bul dan Cul jadi sok mendengarnya. Kemudian ingin menghajar kelompok tersebut. eh malah jadi takut karena bawa pentungan. Saat kelompok  Yaman datang ke hadapan Bul dan Cul untuk menghajar. Lina menendang sebuah benda berbentuk kursi dengan kaki kanannya. Para kelompok Yaman tersandung dan jatuh terlukup semuanya. Setelah itu di hajar habis oleh Bul dan Cul sampai babak belur. Kelompok yang bikin ulah langsung di usir dari toko penjahit.

Kemudian setelah kejadian tersebut Bul dan Cul mengajak Lina dan Yuli untuk makan di restoran tempat mereka biasa berkumpul dengan bos Akng. Selang beberapa jam mereka sampai di restoran. Bul dan Cul telah memesan makan.  Sambil menunggu bos Akng datang  Di tunggu-tunggu dengan sabar Akng pun datang.

“Ayo teruskan makannya,” kata Akng.

“Bul cepet pesen makan bos Akng,” kata Cul.

“Iya sebentar,” sahut Bul.

Selang berapa lama pelayan datang membawakan pesana bos Akng. Mereka berlima menyantap makan dengan penuh keceriaan.

“Ayo makan yuli,” kata bos Akng.

“Ya.......bos.....,” jawab Yuli.

Dengan sikap Lina yang dingin mereka berempat tetap santai menyantap makan yang lezat itu. Makan pun yang di pesan habis di santap. Perut mereka berempat kenyang. Sedangkan Lina tidak emut makannya karena suasanya tidak begitu bagus. Tapi mereka memaklumi sikap Lina. Kemudian bos Akng permisi ke ke belakang bersama Cul.  Kamar kecil bos Akng muntah-muntah. 

“Bos kenapa kamu ini?,” tanya Cul sambil memegangkan jas bosnya.

“Kayaknya sih masuk angin,” sahut Akng.

“Oh........bos telat makan....sih,” kata Cul.

“Iya kali....,” sahut Akng sambil meneruskan muntahnya.

Di meja restoran Bul, Yuli dan Lina menunggu di meja restoran. Datanglah gerombolan Yaman lagi ingin membalas dendam. 

“Mana orangnya...,” kata pimpinan gerombolan Yaman.

“Itu orangnya....,” kata anak buahnya yang babak belur.

Pimpinan gerombolan Yaman datang mendorong Bul sampai tersungkur. Lina melihat aksinya pimpinan gerombolan Yaman jadi mutnya jadi jelek.  Saat melangkah lagi mau mendatangi Bul yang terjatuh di sengolnya kaki pimpina gerombolan Yaman sampai jatuh tersungkur. Sontak anak buahnya mau menyerang. Lina bangkit dan langsung menghajar mereka semua dengan tendangan ke arah muka dan serangan tonjokan mematikan ke arah tenggorokan. Satu persatu para penjahat tumbang karena serangan cepat Lina. Bul dan Yuli melihat aksi Lina terkejut. Dengan cepat bangun dari jatuhnya lalu menceritakan kepada bos Akng yang ada di kamar kecil. Karena bos Akng lagi sibuk dengan mualnya mengabaikan cerita Bul begitu dengan Cul. Setelah merasa enakan bos Akng  dan beserta yang lainnya pulang meninggalkan restoran. Sedangkan gerombolan Yaman sudah tungang langgang melarikan diri habis di hajar Lina.

KISAH CINTA DONO

Sore hari yang cerah di persimpangan gang kecil pinggiran kota Jakarta. Dono dengan asik berjalan dengan membawa sekantong belanjaan dari warung Ibu Fatime. Karena cerobohnya Dono pelastik yang berisi belanjaan robek di jalan kebanyakan di goyang-goyang saat di bawa.

"Wah...kacau nie..belanjaan saya banyak jatuh ke tanah dan kotor lagi," gerutu Dono.

Dono mengumpulkan semua belanjaannya yang berceceran di tanah. 

"Saya punya akal....saya taruh aja di baju....., tapi..baju..saya kotor lagi...nanti katain orang gila," celoteh Dono.

Dono terus berpikir mencari solusi agar belanjaan bisa di bawa pulang. Tiba-tiba  dateng lah seorang gadis cantik di hadapan Dono. 

"Bidadari.......cantik banget," kata Dono.

"Mas...Dono......ini Wulan ada plastik kresek..masukin aja ke sini semua belanjaannya," kata Wulan dengan lembut.

"Iya...," jawab Dono.

Dono memasukan semua belanjaan yang jatuh ke tanah ke dalam plastik kresek dari Wulan.

"Terima kasih Wulan atas..bantuannya," kata Dono.

"Iya....sama-sama, kebetulan Wulan lewat sini. Karena Mas  Dono ada masalah....ya..udah Wulan tolong," sedikit penjelasan Wulan.

"Wah....dek Wulan baik...banget sama Mas Dono...," kata Dono.

"Biasa...aja..tuh...," kata Wulan.

"Ya...mulai...deh....ketusnya............ini yang gak enaknya...tadi..mah lebut banget... yang paitnya ini yang Mas Dono gak sukai," kata Dono.

"Masa.......Wulan ketus.....cuma Mas Dono yang ngerasa.... Sedang saya engak tuh," kata Wulan.

"Tambah...lagi.... ya..deh ketusnya.. Mas Dono...minta...maaf...,karena nyeleneh duluan," kata Wulan.

"Gitu...dong.....Mas Dono yang baik...mau mengalah untuk Wulan," kata pujian Wulan.

"Kaya..ada yang aneh....ini....biasanya terlalu lembut....ujung duit," kata Dono.

"Kok...tahu.........," ujar Wulan.

"Ya...tahu..lah..," kata Dono.

"Kalau tahu....Wulan minta uang....yang Mas Dono pinjem kemarin," kata Wulan.

"Awalnya di tolong....eh....malah saya di tegek .........," kata Dono.

"Cepetan....Wulan..lagi butuh untuk urusan kuliah...," kata Wulan.

"Iya.....," kata Dono.

Dono mengeluarkan dompet di saku belakang celananya. Tiba-tiba seorang pemuda membawa belati menodong Dono dan Wulan.

"Serahkan uang kalian atau nyawa kalian melayang," kata Preman Kampung.

"Wah..kacau......nie..mah," kata Dono.

"Mas Dono....Wulan takut.....," katanya sambil bersembunyi di belakang Dono.

Preman Kampung terus mendesak Dono dan Wulan untuk menyerahkan dompet mereka berdua.

"Gimana....Mas Dono...?" tanya Wulan.

"Tenang...Mamas tangani ini semuanya," kata Dono.

Dono mengeluarkan sebuah benda dari saku celananya. 

"Jangan..bergerak.......," kata Dono.

"Pistol........," terkejut Wulan.

"Waaw   pistollll...takut...," kata Preman Kampung.

"Kalau macem-macem lagi...saya dor....," kata Dono.

"Saya..tidak ...takut..itu cuma pistol mainan........," kata Preman Kampung.

"Loh...kok tahu........," kata Dono.

"Wah...beneran Mas Dono..ini pistol mainan.....," kata Wulan.

"Benerkan pistol...mainankan... Cepetan serahkan benda-benda berharga kalian," kata Preman Kampung dengan menodongkan pisau.

"Kalau..begini..saya harus bertindak," kata Dono.

Dono mulai menembak pistol airnya ke seluruh muka si Preman Kampung berkali-kali.
"Cuma..air......isi pistol itu," kata Preman Kampung.

"Iya...tapi..efeknya...............dari air tersebut..adalah air cabe...," kata Dono.

"Panas...panas...panas.....," teriak Preman Kampung.

Di saat lengah si Preman Kampung karena air cabe yang membuat di siwur dalam pandangan matanya. Wulan dengan berani menendang perut Preman Kampung sampai jatuh. Dono segera mengambil pisau dari tangan Preman Kampung, lalu di buang pisau tersebut ke dalam selokan yang berbau busuk. Preman Kampung yang kalah telak berusaha bangun dan pergi dengan keadaan siwur pandangan matanya.

"Hati-hati jalan," kata Dono.

"Iya..saya tahu...," jawab Preman Kampung.

Baru di beri tahu oleh Dono. Ehhhhh Preman Kampung ke peleset jalan yang licin dan masuk ke dalam comberan yang kotor.

"Haaaaaaaahaaaaaaaa," tertawa Dono.

"Haahhaaaaa," tertawa Wulan.

"Baru ....di bilangin...hati-hati malah ke jebur ke dalam comberan," kata Dono.

"Bener....lucu...Mas Dono," kata Wulan sambil tertawa  kecil di belakang Dono.

"Ternyata..selama ini........Wulan cinta...sama Mas Dono...kan," kata Dono.

"Ihhhh...gak..........tuh," ujar Wulan sambil menjaga imetnya.

"Kok..gitu..lagi, ketus banget..........," kata Dono.

"Mana uang Wulan?," tanya  Wulan dengan tegas.

"Ehhh..urusan duit..cepet.....," kata Dono.

"Niiih..........uangnya Rp 100.000,- nya...," kata Dono.

"Kok..cuma seratus ribu.....bunga...mana?," tanya Wulan.

"Kan..cuma...seratus ribu..minjemnya..itu pun baru satu hari...udah ada bunganya?," tanya Dono.

"Ayolah...Mas Dono...," kata Wulan.

Dono pun mengalah demi Wulan. Di keluarkan lagi uang Rp 100.000,-.

"Terima kasih Mas Dono...," kata Wulan sambil mengambil uang dari Dono.

"Ya...sama-sama," kata Dono.

"Wulan pamit dulu mau...ke kampus," katanya dengan lembut.

"Iya..hati-hati di jalan," jawab Dono.

Wulan pun pergi meninggalkan Dono begitu saja.

"Entar dulu ...kalau di menoleh ke belakang ....berarti di menyukai saya....," celoteh Dono sambil berdiam di tempat.

Wulan pun menoleh kebelakang melihat Dono.

"Yessssssssssssssssssssssssssss.............................bener...Wulan sayang sama Mas Dono," teriak Dono.

Sontak Wulan pun mendengar teriakan Dono. 

"Masa..bodok dengan cinta... Wulan.....mau kuliah dulu," jawab Wulan dengan teriak.

"Wah.....lagi-lagi...saya..di kerjain...lagi," celoteh Dono.

Wulan pun tertawa tersipu malu dengan tingkah Dono. Lalu Wulan pun berteriak keras saat Dono mulai pergi menjauh dari tempatnya.

"Wulan sayang  Mas Dono...," katanya dengan berteriak.

"Haaaaaaa..............," sok Dono mendengar pernyataan Wulan.

Wulan pun berlari meninggalkan Dono sendirian di gang tersebut.

"Yes..........Alloh SWT....mengambulkan doa saya.......," teriak Dono.

Tiba-tiba ada Ibu dan anaknya yang masih kecil lewat gang tersebut melihat tingkah Dono.

"Berisik tahu," kata Ibu.

"Orang gila......ya..kan Bu," kata Anak kecil.

Dono pun menunduk malu dengan tingkahnya yang konyol dan segera bergerak menuju pulang ke rumahnya.

GARA-GARA KULIT PISANG

Siang hari di jalan tortoar dekat rumah. Dono sedang asik makan pisang sambil jalan. Tapi kulit pisangnya di buang Dono sembarangan tempat. Dono tetap jojong kaya orang acuh tak acuh. Indro pun geleng-geleng dengan ulah Dono. Kasino pun hanya mengelak nafas ulah Dono yang sedikit nakal. Lalu Indro mulai menegur Dono saat di tengah perjalan pulang ke rumah.

"Pungut........gak kulit pisangnya...yang kamu buang sembarangan," perintah Indro.

"Iya...Dono...sebagai warga  yang baik buang sampah lah pada tempatnya....," saran Kasino.

"Iya...deh...........saya pungut kulit pisang yang saya buang sembarangan," kata Dono.

"Gitu...dong....," kata Indro.

"Sip....deh........," saut Kasino.

Dono bergerak menuju kulit pisang yang di buangnya di pinggir jalan. Tiba-tiba lewat orang yang berjalan tidak memperhatikan langkahnya karena sibuk nelpon. 

"Awas......Bakkkkkk," teriak Dono.

Cewek cantik terpeleset kulit pisang dan jatuh ke tortoar.

"Aduhhhhh.......siapa yang buang kulit pisang sembarangan?," kata Cewek cantik.

"Waduh...saya ketiban sial...ini mah," kata Dono.

"Ayo...Kasino bantun Cewek cantik yang jatuh," kata Indro.

"Ayo...kita..tolong," saut Kasino.

Dono, Kasino, dan Indro membantu Cewek cantik yang terpeleset di tortoar. Dateng seorang yang tinggi besar di hadapan Dono, Kasino, dan Indro.

"Kalian bertiga....cari kesempatan....ya...," tanya Pacarnya Cewek cantik.

Dono, Kasino, dan Indro melepaskan tangan mereka ke Cewek yang di tolong. 

"Aduh....niat nolong gak sih.....," kata Cewek cantik.

"Maaf...Mbak........., pacarnya marah...," kata Indro.

"Iya..pacarnya..marah..," saut Kasino.

"Iya.........bener...Gorilanya marah...eh..maksutnya pacarnya marah," ujar Dono.

"Ehhhhh...gara-gara kamu lagi," kata Cewek cantik.

"Maaf deh...sayang.....," kata Pacarnya sambil menolongnya berdiri.

Dono segera memungut pisang tanpa ketahuan mereka semuanya saat menolong Cewek cantik tersebut. 

"Kenapa kamu jatuh...?," tanya Pacarnya.

"Gara-gara orang buang sampah  kulit pisang sembarangan di tortoar. Loh....mana kulit pisangnya...ya," kata Cewek cantik.

Dono, Kasino, dan Indro dengan santai pergi meningalkan mereka berdua. 

"Jangan-jangan ulah mereka bertiga....yang buat Cewek saya cilaka," kata Pacarnya.

"Jangan buruk sangka...ah.., paling orang lain," kata Cewek cantik.

"Kaya..nya mereka yang bikin ulah," kata Pacarnya yang penasaran.

"Terserah kamu ajalah.....," kata Cewek cantik.

Pacarnya Cewek cantik mendatengin Dono, Kasino, dan Indro yang lagi santai berjalan.

"Tunggu dulu...kalian bertiga.....jangan-jangan kalian  bertiga yang membuat ulah sampai Cewek saya jatuh...gara-gara kulit pisang," kata Pacarnya Cewek cantik.

"Gimana..nie..Indro.....Gorilanya marah?" tanya Dono.

"Tenang Dono...kita hadapin dengan kepala dingin," kata Indro.

"Bener....kata Indro kita hadapin dengan kepala dingin," kata Kasino.

Pacarnya Cewek cantik tersebut terus menyudutkan Dono, Kasino, dan Indro. Dengan sifatnya yang ngesok dengan tubuhnya yang besar. Pacarnya Cewek cantik mau melancarkan tinjuan. Dono langsung mengeluarkan pestolnya dari saku celana sebelah kanan.

"Jangan..macem-macem nanti saya dor....," kata Dono menakut-nakuti.

"Haaaa...pistol," terkejut Pacarnya Cewek cantik.

"Haaaa...pistol," terkejut juga Indro dan Kasino.

"Ampun...deh...Bang...saya..nyerah..deh.....," kata Pacarnya Cewek cantik.

"Kalau begitu pergi dari...sini....," kata Dono.

"Iya...saya...pergi dari sini," saut Pacarnya Cewek cantik.

Dengan cepat si Gorila menjauh pergi meningalkan Dono, Kasino, dan Indro menghampiri pacarnya.

"Dek...pergi cepat dari sini," ketakutan Pacarnya.

"Iya...iya..pergi dari sini..tapi jangan buru-buru gitu dong... Masalahnya bokong saya sakit terbentur tortoar tahu," kata Cewek cantik.

"Ya..udah saya papah...aja..," kata Pacarnya.

Si Gorila pun pergi dengan pacarnya yang cantik menjauh dari Dono, Kasino, Indro. 

"Dono..kamu beneran bawa senjata api...nanti di tangkep polisi?," tanya Indro.

"Iya ...Dono...sejata api itu..berbahaya loe..," saut Kasino.

"Kata siapa pistol ini beneran?  cuman pistol mainan yang di isi air," kata Dono sambil menembakan air ke mulutnya lagi.

"Wah.....kita...kena..nyelenehnya Dono," kata Indro.

"Iya...saya..kena lagi..nyelenehnya Dono," saut Kasino.

"Saya..gak nyeleneh...tapi haus," kata Dono sambil membakan air ke dalam mulutnya.

Dono, Kasino, Indro berjalan sampai di persimpangan gang yang ada sebuah tempat sampahnya.

"Cepetan buang kulit pisangnya di sini," perintah Indro.

"Iya..cepetan...buang kulit pisang yang bikin masalah hari ini," saut Kasino.

"Iya.....saya buah kulit pisang pembawa musibah," ujar Dono.

Kulit pisang di keluarkan dari saku celananya bagian kiri, langsung di masukkan ke dalam tempat sampah.

"Selamat jalan kulit pisang.......," kata Dono.

"Sudah...jangan dramatisir," kata Indro.

"Kaya sinetron  bertemakan cinta saja," saut Kasino.

"Oh ya ...Dono, lain kali jangan buang sampah sembarangan lagi. Buang lah pada tempatnya," peringatan Indro.

"Bener kata Indro. Jangan terulang lagi yang ke dua kalinya...masalah seperti ini...namanya bodoh....," peringatan Kasino.

"Kalian berdua ini....kalau nasehat pahit banget...," ujar Dono.

Dono, Kasino, Indro meningalkan tempat tersebut menuju pulang ke rumah.

CAMPUR ADUK

MUMBAI XPRESS

Malam gelap bertabur bintang di langit. Setelah nonton Tv yang acara sepak bola. Budi duduk dengan santai di depan rumahnya sedang baca cerp...

CAMPUR ADUK