CAMPUR ADUK

Thursday, January 25, 2018

KENANGAN-KENANGAN

Nama Saya.............................Alisia. Setidaknya, itulah yang Saya ingat. Sejak kejadian itu, Saya tak mampu mengingat apa pun kecuali nama Saya. Saya bahkan tak tahu dari mana Saya berasal, siapa orang tua Saya, dan bagaimana caranya Saya dapat sampai di tempat ini,  pulau kosong tak berpenghuni. Sudah tiga hari Saya di sini, dan Saya masih belum menemukan seorang pun. Saya begitu lapar, Saya tak menemukan apa pun untuk dimakan. Sekali pun Saya menemukan sesuatu, Saya tak akan tahu apakah itu dapat di makan atau tidak.

Setiap hari Saya berjalan menyusuri pantai itu. Pantai itu awalnya nampak seperti pantai biasa, pantai dengan pasir putih, laut yang luas, udara yang menyejukkan, dan sebagainya. Namun suatu hari ketika Saya berjalan masuk agak ke dalam, Saya menemukan suatu keanehan tumpukan tulang belulang. Saya bergidik ngeri, siapakah gerangan yang dapat menghabiskan makanan sebanyak itu? sesaat kemudian Saya mencium suatu aroma, aroma khas yang begitu familiar di ingatan Saya. Aroma itu membuat perut Saya yang telah berbunyi sejak tadi semakin meraung, semakin kencang, hingga Saya pun terkejut olehnya.
Tanpa Saya sadari, kaki Saya melangkah maju menuju sumber aroma itu. Saya tak sadar lama Saya berjalan, mungkin 5 menit, mungkin 10 menit, atau mungkin lebih. Begitu Saya sadar, Saya telah berdiri di belakang semak-semak, semak-semak yang tingginya bahkan melebihi diri Saya. Tak pernah Saya melihat semak-semak setinggi itu, namun hal itu tidaklah penting saat ini. Yang terpenting adalah, apakah yang sedang mereka lakukan di sana? apa arti teriakan-teriakan itu? mengapa kedengarannya mereka sedang berpesta? apa yang membuat mereka begitu bahagia? tanpa sengaja, Saya menginjak sesuatu di bawah kaki Saya. "Tunggu, apa ini? aaaaaaaa!!!!!!" tanpa Saya sadari Saya berteriak begitu kencang. Sebenarnya Saya tak begitu mengerti apa yang sedang terjadi, namun satu hal yang pasti. Tubuh Saya terjaring dan tergantung di atas pohon. Teriakan Saya nampaknya cukup kencang, orang-orang yang tadinya sedang berpesta itu segera berbondong-bondong mendekati Saya.

Saya begitu takut. Sangat takut. Saya mencoba menenangkan diri Saya sendiri. Saya berusaha untuk tetap berpikir positif. Saya terus mengulang-ulang kalimat itu dalam benak Saya. 

"Mereka hanyalah penduduk di pulau ini. Mereka pasti mengira Saya hewan liar yang baru saja terperangkap. Ketika mereka tahu Saya ini manusia seperti mereka, mereka akan melepaskan Saya. Ya, pasti begitu." setidaknya itulah yang Saya pikirkan selama beberapa saat. 

Kalimat-kalimat yang terus berputar dalam benak Saya tersebut langsung pecah begitu saja ketika Saya melihat orang-orang yang menghampiri Saya itu. Sebentar, apakah orang memiliki rambut tebal di sekujur tubuhnya, kulit hitam, dan tinggi lebih dari 7 kaki? lalu, apakah mereka ini?

Mereka berteriak dan bersorai-sorai dengan sangat gembira saat melihat diri Saya. Di saat yang bersamaan, mereka menatap Saya dengan tajam. Saya merasakan sesuatu yang aneh dengan tatapan itu. Tatapan itu nampak seperti ingin membunuh, bagaikan seekor predator yang sedang menatap mangsanya. Lalu, apakah Saya ini mangsanya? pikiran yang terlintas di benak Saya  itu langsung membuat Saya bergidik ngeri.

"Mmmmm........apa yang sedang kalian lakukan? kalian akan membawa Saya ke mana?" Saya terus bertanya, namun mereka tak menjawab sepatah kata pun untuk Saya. Mereka kemudian mengangkat Saya dan membawa Saya masuk ke dalam pelosok pulau yang gelap. Setelah beberapa saat, mereka menghempaskan tubuh Saya dengan kencang ke tanah. Tubuh Saya seakan remuk, rasa sakit yang membuat Saya sesak, begitu sakit- bagaikan dilemparkan dari atas tebing yang curam. Saya semakin takut, sangat takut. Kini Saya cukup yakin bahwa mereka telah menganggap Saya sebagai mangsa. "tolong Saya!!!!!!!! apa yang kalian lakukan?! lepaskan Saya!!!!!!!!" Saya berteriak. Saya menangis. Saya meraung-raung ketakutan.

Hingga pada akhirnya, Saya menyadari bahwa yang Saya lakukan itu hanyalah sia-sia belaka. Pada akhirnya, Saya hanya diam dan pasrah. Saya sadar, apa pun yang Saya lakukan tak akan membuahkan hasil. Mereka meninggalkan Saya selama beberapa saat, meski masih ada beberapa yang menjaga Saya. Tak lama kemudian, mereka kembali. Kini mereka kembali dengan membawa sesuatu. Tangan mereka menggenggam sesuatu dengan erat-pisau dan tombak. Saat itu juga, Saya yakin betul bahwa Sayalah mangsa mereka. Mereka semakin mendekati Saya. Pisau-pisau dan tombak-tombak itu mereka angkat tinggi-tinggi, siap untuk menusukku. Saya sudah siap, Saya tak peduli lagi. Toh, Saya juga tak tahu  bagaimana caranya untuk kembali.

Saya memejamkan mata Saya, menunggu ajal menjemput. Tak lam kemudian, Saya mendengar suara auman, auman  itu entah mengapa terdengar familiar. Kemudian Saya membuka mata Saya secara perlahan. Saya begitu terkejut dengan kejadian yang berada di depan mata Saya. Seekor harimau besar berwarna oranye dengan loreng-loreng cokelat di sekujur tubuhnya sedang mengejar dan mencakar orang-orang yang tadi membawa Saya ke sini. Saya tak tahu, apakah harimau itu berusaha menyelamatkan Saya, atau ia sedang kelaparan dan berusaha mencari makanan di sini? dengan perlahan, Saya coba melepaskan diri dari jaring yang sedari tadi membelenggu tubuh Saya. Ketika jaring itu hampir lepas, harimau itu berjalan ke arah Saya.

"Tidak, tidak, jangan mangsa Saya. tolong........" Saya memejamkan mata Saya dengan erat, tubuh Saya terpaku di tempat. Meski kelopak mata Saya tertutup, Saya dapat merasakan bahwa harimau itu masih berada dekat dengan Saya. Jaring yang awalnya membelenggu tubuh Saya kini terlepas. 

"Tunggu, harimau itukah yang melakukannya?" gumam Saya dalam hati.

Harimau itu menatap Saya dalam-dalam. Namun tahapan itu tidak membuat Saya takut. Sebaiknya, tahapan itu memberi Saya kehangatan. Harimau itu seakan berkata,"Tenanglah, kau aman di sini," setelah menatap Saya sebentar, harimau itu kembali itu kembali menerkam orang-orang yang berada di dekat Saya.

Tiba-tiba, berbagai macam adegan seperti potongan-potongan memori terputarkan di dalam pikiran Saya. Saya seakan-akan melihat seekor harimau yang sedang terperangkap. Harimau oranye berloreng cokelat itu meraung kesakitan. Saya berjalan mendekatinya, saat itu Saya dapati bahwa  kaki depannya telah tergores lupa yang cukup dalam. Saya berusaha Untuk menyentuhnya, namun jaring itu menembus melewati tangan Saya dan harimau itu seakan-akan tidak menyadari kehadiran Saya. Tak lama, ada seorang perempuan yang berusaha melepaskan harimau itu dari jeratan jaringnya. Wanita itu, nampaknya ia seseorang yang Saya kenal. Ia nampak seperti.....diri Saya?.

Kini Saya mengingat kembali jadi diri Saya. Saya adalah seorang peneliti. Saya datang ke pulau ini karena di beri misi untuk meneliti perilaku hewan-hewan liar khususnya harimau di alam bebas. Sebenarnya Saya datang bersama teman-teman peneliti Saya dan akan kembali bersama mereka juga. Namun, tidak lama setelah kami berlayar pulang, badai mulai berkecamuk dengan kerasnya dan mengguncang kapal yang kami tumpangi. Ombak-ombak kian meninggi, kapal kami mulai goyah, hingga akhirnya kapal kami terbelah dua. Saat ini, Saya tidak tahu bagaimana nasib rekan-rekan Saya.

Setelah kejadian itu, Saya tak sadarkan diri. Mungkin Saya terombang-ambing di atas sebuah kayu dan akhirnya terhempaskan kembali ke pulau ini, sehingga Saya dapat selamat. Setelah orang-orang itu berlari ketakutan, harimau tersebut kembali mendekati Saya, dan kini ia duduk di samping Saya. Dengan ragu, Saya mengangkat tangan Saya lalu meletakkannya di atas tubuh harimau tersebut. Saya sedikit tersentak ketika menyadari goresan lupa di ke dua kaki depannya. Saya semakin yakin bahwa ingatan yang tadi berputar di kepala Saya itu benar. Tak lama kemudian, Saya mendengar suara bising dari atas langit. Ketika Saya menengadah ke atas langit, Saya mendapati sebuah helikopter yang sedang terbang tepat di atas Saya.

"Tolong, tolong Say!!!!!" secara insting Saya berteriak dengan kencang meski pada akhirnya Saya sadar bahwa teriakan Saya itu tidak cukup kencang sehingga dapat terdengar dari atas sana. Saya kemudian mencari-mencari apa pun  yang dapat Saya gunakan agar mereka dapat menyadari keberadaan Saya. Saya terus berlari, hingga tanpa sadar Saya menendang sesuatu. Benda itu nampak seperti sebuah keong raksasa. Saya kemudian mengangkatnya, mengamatinya, dan meletakkan benda itu pada mulut Saya. Saya meniup benda itu sekencang-kencangnya. Benda itu kemudian mengeluarkan bunyi yang sangat kencang dan melengking. Saya terus meniupnya semakin lama semakin kencang lagi. Pada akhirnya, helikopter tersebut menyadari keberadaan Saya dan kemudian turun secara perlahan.

Harimau yang sedari tadi berada di samping Saya kemudian mendekati Saya. Ia menghampiri Saya, menggosok-gosok badannya ke tubuh Saya dan menatap Saya untuk terakhir kalinya. Tak sempat saya memeluknya, harimau itu pergi dan berjalan ke arah hutan lebat di seberang Saya tanpa berpaling kembali. Helikopter itu menurunkan tangga kurang lebih 10 meter jauhnya dari Saya. Saya berjalan setengah berlari ke helikopter itu, namun karena  kaki Saya yang begitu lemas, Saya terjatuh karena tak mampu menopang tubuh Saya lagi. Dari atas helikopter, turun seorang pria paruh baya yang wajahnya tak asing bagi saya. Sesaat setelah orang itu melihat Saya, matanya seakan berbinar dan ia pun langsung memanggil Saya dengan penuh rindu, "Alisia!!!!!!" ia berlari dengan sigap ke arah Saya dan langsung memeluk Saya. Pecahan-pecahan memori Saya kembali menunjukkan sesuatu pada Saya. Ya, muka orang ini. Dia adalah rekan kerja Saya sekaligus kekasih Saya yang di tugaskan ke pulau lain.

"Rai!!!!!!!!!!!!!!!!!!!" Saya pun memeluknya dengan erat. Kehangatan yang begitu Saya rindukan membuat Saya menitikkan air mata Saya.

"Ayo kita pergi dari sini." katanya pada Saya sambil mengusap air mata di pipi Saya. Ia pun mengecup kening Saya dan menopang Saya untuk bangun. Entah kelelahan entah terlalu bahagia, Saya kehilangan kesadaran setelah kejadian itu. Saat Saya bangun, Saya telah berada di  suatu ranjang putih dengan jarum infus di tangan kanan Saya. Saya menoleh ke sisi kiri Saya dan mendapati Rai yang sedang duduk terlelap di samping Saya. Wajah itu, wajah yang sama yang tak akan pernah Saya lupakan. Saya megusap rambut di keningnya sambil berbisik, "Terima kasih untuk segalanya."

No comments:

Post a Comment

CAMPUR ADUK

MUMBAI XPRESS

Malam gelap bertabur bintang di langit. Setelah nonton Tv yang acara sepak bola. Budi duduk dengan santai di depan rumahnya sedang baca cerp...

CAMPUR ADUK