Budi duduk santai di depan rumahnya sambil menikmati minum kopi dan makan singkong rebus.
"Nyanyi saja dan main gitar!" kata Budi.
Budi mengambil gitar yang di taruh di samping kursi, ya gitar di mainkan dengan baik dan bernyanyi dengan baik gitu.
Lirik lagu yang dinyanyikan Budi :
***
Budi selesai menyanyi, ya gitar berhenti di mainkan dan gitar di taruh di samping kursi gitu.
"Emmm," kata Budi.
Budi menikmati minum kopi dan makan singkong rebus gitu.
"Baca cerpen saja!" kata Budi.
Budi mengambil buku di bawah meja, ya buku di buka dengan baik dan cerpen di baca dengan baik gitu.
Isi cerita yang di baca Budi :
Mima Kirigoe, anggota grup idola J-pop bernama "CHAM!", memutuskan untuk keluar dari grup untuk menjadi aktris penuh waktu. Banyak penggemarnya yang frustrasi dan kecewa dengan perubahan citranya, terutama penggemar obsesif yang dikenal sebagai Mamoru Uchida atau Me-Mania, yang mulai menguntitnya. Mengikuti arahan dari surat penggemar, Mima menemukan sebuah situs web bernama "Ruang Mima" yang berisi entri buku harian publik yang ditulis dari sudut pandangnya, yang mencatat kehidupan dan pemikiran sehari-harinya dengan sangat rinci. Selama karir aktingnya, ia bergabung dengan manajer dan mantan idola pop Rumi Hidaka dan agennya, Tadokoro. Mima curhat pada Rumi tentang "Kamar Mima", namun disarankan untuk mengabaikannya.
Pekerjaan pertama Mima adalah peran kecil dalam drama detektif televisi berjudul Double Bind ; Namun, Tadokoro melobi produser Double Bind, dan berhasil mendapatkan peran lebih besar bagi Mima yang melibatkan adegan pemerkosaan. Meskipun Rumi keberatan, Mima menerima peran tersebut, meskipun hal ini membuatnya sangat terpengaruh. Dalam perjalanan pulang, dia melihat bayangannya mengenakan pakaian mantan idolanya. Refleksinya mengklaim dia adalah "Mima yang asli". Di antara tekanan yang terus-menerus dalam pembuatan film Double Bind, penyesalannya yang berkepanjangan karena meninggalkan CHAM!, paranoianya karena dikuntit, dan obsesinya yang semakin meningkat terhadap "Kamar Mima", Mima mulai menderita psikosis : khususnya, berjuang untuk membedakan kehidupan nyata dari pekerjaannya di bisnis pertunjukan, dan mengulangi penampakan yang tampaknya tidak nyata dari dirinya yang dulu, "Mima yang sebenarnya".
Beberapa orang yang terlibat dalam aktingnya dibunuh. Mima menemukan bukti yang membuatnya tampak sebagai tersangka utama, dan ketidakstabilan mentalnya membuatnya meragukan ingatan dan kepolosannya, saat dia mengingat pembunuhan brutal terhadap pornografi Murano. Mima berhasil menyelesaikan syuting Double Bind, adegan terakhir yang mengungkapkan bahwa karakternya membunuh dan mengambil identitas saudara perempuannya karena gangguan identitas disosiatif yang disebabkan oleh trauma. Setelah staf pembuatan film lainnya meninggalkan studio, Me-Mania, bertindak berdasarkan instruksi email dari "Mima yang asli" untuk "menghilangkan si penipu", mencoba memperkosa dan membunuhnya, tetapi Mima membunuhnya dengan pukulan ke kuil dari palu.
Mima ditemukan di belakang panggung oleh Rumi dan dibawa kembali ke rumah Rumi, di mana dia terbangun di sebuah ruangan yang meniru kamar Mima sendiri, hanya untuk menemukan bahwa Rumi adalah pelaku di balik "Kamar Mima", pembunuhan berantai, dan folie à deux .yang memanipulasi dan mengkambinghitamkan Me-Mania. Rumi sebelumnya mengembangkan kepribadian kedua yang percaya dirinya sebagai "Mima yang sebenarnya", menggunakan informasi dari pengakuan Mima padanya sebagai dasar untuk "Kamar Mima". Dia juga mengungkapkan motifnya: dia tidak senang dengan pensiunnya Mima dari industri idola dan karenanya, berusaha untuk menghancurkan dan menggantikannya untuk 'menebus' citranya. Pada akhirnya, kepribadian "Mima" Rumi mengejar Mima ke seluruh kota untuk membunuhnya. Mima melumpuhkan Rumi dengan pecahan cermin untuk membela diri. Setelah membebaskan dirinya, Rumi berhalusinasi lampu truk yang melaju sebagai lampu panggung dan melangkah keluar ke jalan untuk berpose di depan kendaraan yang mendekat, namun Mima berhasil menyelamatkannya agar tidak tertabrak di detik terakhir. Dengan itu,
Beberapa waktu kemudian, Mima kini menjadi aktris terkenal dan mengunjungi Rumi di rumah sakit jiwa. Dokter Rumi mengatakan bahwa dia masih percaya bahwa dia adalah seorang idola pop sepanjang waktu. Mima mengatakan dia belajar banyak dari pengalamannya, berkat Rumi. Saat Mima meninggalkan rumah sakit, dia mendengar dua perawat membicarakannya. Mereka mengira dia mirip, karena Mima Kirigoe yang asli seharusnya tidak punya alasan untuk mengunjungi rumah sakit jiwa. Saat Mima memasuki mobilnya, dia tersenyum pada dirinya sendiri di kaca spion sebelum menyatakan, "Tidak, aku nyata."
***
Budi selesai baca cerpen, ya buku di tutup dan buku di taruh di bawah meja. Ya Budi menikmati minum kopi dan makan singkong rebus. Eko datang ke rumah Budi, ya motor di parkirkan di depan rumah Budi. Eko duduk dengan baik, ya dekat Budi.
"Emmm," kata Eko.
"Hidup ini....masih pilihan manusia yang menjalankan hidup ini, ya kan Eko?" kata Budi.
"Memang hidup ini masih pilihan manusia yang menjalankan hidup ini," kata Eko.
"A dan B," kata Budi.
"Apa maksudnya A dan B, ya Budi?" kata Eko.
"A, ya tidak terpengaruh. Dan B, ya terpengaruh. A dan B berkaitan dengan pergaulan di masyarakat tentang orang-orang main dukun," kata Budi.
"Ooo A dan B berkaitan pergaulan di masyarakat tenang orang-orang main dukun toh," kata Eko.
"Ya gimana pendapat Eko," kata Budi.
"Pendapat aku. Ya aku memahami ilmu-ilmu agama. Jadi aku milih A, ya tidak terpengaruh," kata Eko.
"Eko milih A. Ya Karena Eko memahami ilmu-ilmu agama. Berarti bagi yang tidak memahami ilmu agama, ya pasti mengikuti alur pergaulan jadi milih B," kata Budi.
"Yang milih B, ya berdasarkan data pergaulan yang di dapatkan Budi kan?" kata Eko.
"Iya sih. Berdasarkan data aku dapatkan di pergaulan sih," kata Budi.
"Jadi Budi milih A, ya kan?" kata Eko.
"Iya aku milih A. Ya aku kan memahami ilmu-ilmu agama," kata Budi.
"Emmm," kata Eko.
"Emmm," kata Budi.
"Sekedar bahan obrolan lulusan SMA, ya kan Budi?" kata Eko.
"Memang sekedar bahan obrolan lulusan SMA!" kata Budi.
"Emmm," kata Eko.
"Emmm," kata Budi.
"Main kartu remi!" kata Eko.
"Oke!" kata Budi.
Budi mengambil kartu remi di bawah meja, ya kartu remi di kocok dengan baik dan di bagikan dengan baik gitu. Eko dan Budi main kartu remi dengan baik, ya main permainan cangkulan gitu.
"A dan B," kata Eko.
"Apa maksudnya A dan B, ya Eko?" kata Budi.
"A, ya kecewa. Dan B, ya tidak kecewa. A dan B berkaitan dengan orang yang lahir duluan dan memahami ilmu agama lebih dulu tapi tidak bisa melampaui batasannya sampai mendengarkan Roh. Apa pilihan Budi sebagai generasi sekarang?" kata Eko.
"Ya aku milih A, ya kecewa," kata Budi.
"Budi milih A toh," kata Eko.
"Sedangkan Eko milih apa?" kata Budi.
"Ya aku sih...milih A sih," kata Eko.
"Aku dan Eko sama pilihannya," kata Budi.
"Orang-orang yang lebih dulu lahir, ya tidak bisa menunjukkan kebenaran apa pun. Cuma mengikuti apa yang ada di tulis dalam kitab ajaran. Jika ada ajaran kesalahan, ya tidak tahu apa-apa. Ironis banget," kata Eko.
"Ironis memang," kata Budi.
"Emmm," kata Eko.
"Jadi yang milih B, ya orang lain kan Eko?" kata Budi.
"Iya. Yang milih B, ya orang lain!" kata Eko.
"Emmm," kata Budi.
"Orang-orang yang lahir duluan, ya berharap banget pada generasi sekarang dengan tujuan ini dan itu," kata Eko.
"Ya realitanya begitu," kata Budi.
"Emmm," kata Eko.
"Emmm," kata Budi.
Budi dan Eko tetap asik main kartu remi, ya main cangkulan.