CAMPUR ADUK

Friday, January 4, 2019

EDUCATION

Indro lagi santai nonton Tv salah satu chenel luar negeri. Dengan asiknya Indro mengamati tema yang diangkat acara tersebut dengan latar belakang pengambilan. Indro langsung geleng-geleng kepala.

"Maju benar sistem kerjanya dalam proses pertanian di negara Jepang," celoteh Indro.

Indro pun terus memperhatikan tontonannya. Dateng Dono  yang baru pulang dari kafe Kasino langsung masuk rumah dan tak lupa mengucap salam "Asalamualaikum warohmatulloh wabarokatuh."

"Waalaikum salam warohmatullah wabarokatuh," jawab Indro.

Dono langsung duduk bersama Indro di ruang tengah.

"Bagus ya...acaranya temanya tentang kemajuan pertanian di negara Jepang,"  kata Dono.

"Memang bagus. Karena penanganannya telah terkonsep rapih. Untuk hasil yang memuaskan," saut Indro.

"Tapi tetap saja Dono. Proses pengambilannya pun di perhitungkan oleh tim produksi untuk di lihat para penonton bagus," penilaian Dono.

"Saya..sudah tahu. Proses pembuatan film, sinetron, atau jenis produksi apapun yang berkenaan dengan rekaman," kata Dono.

"Dari mana kamu tahu Dono?" tanya Indro.

"Dari......You Tobe dan Blog yang EDUCATION tentang pembuatan film," sedikit penjelasan Dono.

"Otodidak.....toh," saut Indro.

"Jelaslah...zaman now gini. Belajar sendiri saja setingkat sarjana atau terjun sendiri duduk di bangku kuliah. Ya....sama aja  hasilnya. Cuma lebel lesensinya saja," kata Dono.

"Anak pinter. Tetap saja mantan anak kuliahan banyak alasan," kata Indro.

"Ini...perlu di nikmati. Harus banyak belajar ilmu apa pun. Siapa tahu jadi sukses," kata Dono.

"Sukses .....semua mau Dono. Tapi tetap harus di imbangi dengan ilmu yang bermanfaat untuk diri kita dulu. Setelah kita menguasai kita bisa memberikan manfaatnya untuk orang banyak. Supaya mereka mengerti pentingnya ilmu itu demi kemajuan diri sendiri dan orang banyak. Contohnya tontonan kita tentang pertanian di daerah Jepang. Berarti kita harus bisa dan sama bagaimana caranya meningkatkan produksi pertanian di Indonesia," kata Indro yang cukup luar biasa.

"Itu sih benar Indro. Setelah saya tanya sama saya di kampung. Ya....ada kemajuan dari tingkat produksinya. Cuma kendalanya adalah cuaca saja. Kalau cuaca baik hasil panen baik. Tapi kalau cuaca buruk .....eeeeeeee gak bisa di bayangkan lagi sudah kenyataan. Kehancuran bener-bener. Karena usaha yang di jalankan gagal total. Ya....harus sabar-sabar dan mencari alternatif lain untuk bertahan hidup di dunia ini," kata Dono.

"Pasti gak jauh-jauh dari jenis tanaman yang bisa bertahan dari jenis cuaca buruk kan," saut Indro.

"Itu benar sekali. 100 untuk Indro," kata Dono.

"Semua kegiatan yang di lakukan manusia ini pasti ada kendala atau masalah. Pandai-pandai menyikapi agar hidup kita tidak terjebak oleh keadaan," kata Indro.

"Survei membuktikan dari 100 orang yang di tanya. Pada akhirnya jawabannya sama dengan Indro," kata Dono dengan berlebihan.

"Sudah dulu ah ngobrolnya. Saya mau mengambil beberapa data-data yang penting untuk urusan kerjaan," kata Dono langsung beranjak dari duduknya dan masuk ke kamar.

Indro asik menonton Tv. Lagi-lagi Indro terpukau dengan hasil pertanian yang di atur dengan teknik moderen.

"Bener-bener penanganan yang akurasi demi hasil yang memuaskan," celoteh Indro.

Dono pun keluar dari kamar dengan membawa map berwarna biru.

"Indro saya mau kerja dulu. Santai-santai di rumah ya," kata Dono.

"Beres ...Dono," saut Indro.

Dono keluar dari rumah tak lupa mengucap salam "Asalamualaikum."

Indro mendengar ucapan Dono, lalu menjawabnya "Walaikum salam."

Indro pun terus menonton Tv dengan seksama. Sampai suatu ketika acara di Tv dengan proses makan bersama dengan keluarga besar orang-orang Jepang, tapi bintang tamunya ada orang Vietnam yang sedang belajar proses pertanian moderen di negara Jepang.

"Benar-benar..acara yang mendidik. Banyak poin-poin yang bagus untuk menambah khasanah ilmu pengetahuan di bidang pertanian dan hubungan sosial di masyarakat," celoteh Indro.

Hp Indro pun berdering. Segera Indro mengangkatnya. Dengan seksama Indro proses pembicaraan dari Hpnya. Ternyata Indro ada kerjaan tambahan dari Kasino untuk membantunya di kafenya. Indro langsung beres-beres diri dan tak lupa mematikan Tv.  Indro pun bergerak menuju kafenya Kasino dengan menggunakan motor antiknya.


Karya: No

KALAU CINTA BERSEMI MAU DI KATA APA

Malam begitu larut di pinggir pantai. Dono menunjukkan pada Lesti pemandangan yang indah di malam yang bertabur bintang. Bulan pada saat itu menunjukkan wujud aslinya yang sempurna yaitu purnama. 

"Coba tanganmu di keataskan Lesti!" suruh Dono.

"Iya saut Lesti langsung mengangkat tangannya ke atas," kata Lesti.

Dono mengarahkan tangan Lesti ke langit tepat pada purnama.

"Rasakan seakan-akan kamu menyentuh bulan," kata Dono.

"Iya ...saya rasakan seakan-akan menyentuh bulan. Benar-benar sejuk dan lembut," kata Lesti.

Lestipun menarik tangannya begitu dengan Dono. Sedangkan Riski melihat pemandangan purnama yang indah dan berkata "Udah yuk sudah malem pulang," kata Riski.

"Ayo," saut Lesti.

"Baiklah sudah waktunya pulang," kata Dono.

Lesti pun pulang bersama Riski dengan di bonceng dengan motor metik. Sedangkan Dono mengikuti dari belakang pake motor metik juga. 

Sampai di rumah. Lesti langsung masuk rumah. Ternyata kakaknya Lesti bernama Wulan sudah menungu di ruang tamu.

"Kak..," kata Lesti.

"Larut pulangnya. Sudah sana mandi dengan air hangat!" kata Wulan.

"Iya kak," jawab Lesti dengan rasa bersalah pulang malam-malam.

Lesti pun melihat ulah kak Wulan di meja sebuah lukisan pemandangan yang indah. Baru Lesti masuk ke dalam untuk berbenah diri. Sedangkan Wulan terus memandangin hasil lukisannya bagus.

"Masa lalu, masa sekarang, saya telah melewati satu persatu. Apa yang di lakukan Lesti. Tak jauh beda dengan masa lalu saya....jalan-jalan melihat indahnya dunia di pinggir pantai," celoteh Wulan.

Wulan pun beres-beres urusan kerjaannya dan untuk tidur. Keesokan harinya. Wulan sudah menyiapkan makan untuk sarapan di meja makan. Lesti dengan rapih langsung ke meja makan. Di comotnya makanan.

"Duduk dulu!" perintah Wulan.

"Maaf Kak.... Lesti buru-buru. Kesiangan."

Sang Ayah baru menyelesaikan pekerjaannya sama kerabatnya dan masuk ke dalam rumah untuk sarapan dan duduk. Lesti segera berpamitan dengan Ayah dan kakaknya. Dengan terburu Lesti keluar rumah.

Wulan pun menyajikan makan untuk Ayahnya.

"Hari ini...Wulan masak sayur lodeh dan ayam goreng krispi. Cobain Ayah masakan Wulan yang enak ini!"

"Iya. Tapi ngomong-ngomong. Jam berapa Lesti pulang kemarin malam?. Kelakuannya liar seperti anak laki-laki. Pada hal Ayah mendidiknya menjadi gadis baik-baik."

"Jam 8......Ayah," kata Wulan yang berbohong pada Ayahnya untuk menutupi kelakuan Lesti.

"Kalau jam segitu gak apa-apa," kata Ayah yang menikmati makan Wulan yang enak.

Lesti dengan terburu-buru membawa motor metiknya melewati jalan-jalan pinggir kota. Ketika persimpangan Lesti di ledek beberapa pemuda yang salah satunya menyukai Lesti. Tetap saja dengan sikap Lesti bertindak semau-maunya membiarka para pemuda yang mengodanya. Terus melajukan motornya sampai ke tokonya. Lesti dengan segera membuka tokonya. Pelanggan pun berdatangan. Lesti segera melayani pelanggan tersebut. 

Pemuda yang menggoda Lesti pun menghampiri tokonya. Pemuda itu bernama Ridho mencoba untuk membeli sesuatu di dalam toko Lesti. Sedangkan teman-temannya Ridho bernegoisasi.

"Kita taruhan jika Ridho bisa keluar bersama gadis yang di sukainya," kata Reza.

"Oke..saya ikutan kalau bisa. Berapa taruhannya?" tanya Fildan.

"Gimana kalau Rp 100.000," saran Adit.

"Apa gak terlalu mahal taruhannya," kata Iksan.

"Ah..gak terlalu mahal. Untuk gadis cantik yang di sukai Ridho," kata Reza.

"Ok..saya setuju," kata Fildan.

"Ya..ok..lah," kata Adit.

"Gak ada masalah saya ikut saya,"kata Iksan.

Reza, Fildan, Adit, dan Iksan mengumpulkan uang di sebuah topi. Lalu keempat pemuda duduk di kedai kopi di depannya toko Lesti. Keempatnya memperhatikan tingkah Ridho yang ingin mendapatkan perhatian Lesti.

Pemilik kedai menyajikan makan yang makan dan minuman enak. Apalagi penampilan cantik banget kaya foto model. Tetap saja Reza, Fildan, Adit, dan Iksan cuwekin cewek cantik yang mendatangin merekan. Pemilik kedai sedikit kesal dengan ulah 4 pemuda.

"Cantik-cantik gini di cuwekin. Malah ngurusin cewek toko seberang lagi," kata hati pemilik kedai yang bernama Auliya sambil menyajikan makan dan minuman yang di pesan.

Ridho berusaha mendekati Lesti, tapi susah ngomongnya. Tetap Ridho memberanikan diri setelah Lesti melayani pembeli dengan baik dan keluar dari tokonya. Ridho mendekati orang yang di sukai dan mengajaknya keluar bersama. Lesti sudah tahu gerak-gerik Ridho dan menyuruh keluar dari toko.

"Susah juga ya menaklukkan hati gadis yang di sukai," kata hati Ridho.

Ridho mau keluar dari toko. Tapi melihat di seberang teman-temannya lagi nungguin dia dan berkompromi dengan taruhan. Ridho pun kembali untuk bicara dengan Lesti. Seperti biasanya Lesti tidak menerima Ridho. Karena Ridho sabar menghadapi gadis yang di sukai walau berkali-kali di tolak.

"Lesti keluar sama saya nanti uang taruhannya untuk kamu," kata Ridho.

"Maksudmu?" tanya Lesti.

"Teman-teman saya lagi buat permainan untuk urusan kita ini di depan toko sana," kata Ridho.

Lesti mencoba memastikannya dari dalam toko.

"Ternyata mereka berkompromi," kata Lesti.

"Gimana mau keluar sama saya," ajak Ridho.

"Iya," jawab Lesti.

Lesti dan Ridho keluar dari toko dan menghampiri para pemuda yang asik ngopi di depan tokonya. Keempat pemuda malu di datengin Lesti. 

"Terima kasih kalian berempat mendonasikan uang kalian untuk anak yatim piatu," kata Lesti dengan tegas mengambil uang di meja.

Para pemuda pun diam saja dan tidak ada nyali. Lesti pun kembali ke tokonya. 

"Sebenarnya gadis itu kerjanya apa sih?" tanya Reza.

"Kerja jualan di toko itu. Sambilannya jadi guru di sebuah yayasan yatim piatu," kata Ridho.

"Jadi uang kami disumbangkan ke yayasan yatim piatu?," tanya Fildan.

"Iya...," jawab Ridho.

"Jadi kamu mengerjain kami," kata Adit.

"Ya...gak juga....," kata Ridho.

"Entar dulu. Tapi gak ada masalahkan uang kita sumbangkan ke yayasan yatim piatu. Nolong mereka lebih baik. Dari pada kita foya-foya uang kita gak ada manfaatnya," kata Iksan.

"Iya..bener..juga," kata Reza, Fildan, dan Adit bergantian.

"Ayo kita kembali ke asrama!" kata Ridho.

"Iya..kembali ke asrama. Tapi yang bayar makan ini kamu," kata Reza.

"Saya..," kata Ridho.

"Sekali-sekali teraktir kamilah teman baik," kata Adit.

"Iya deh," kata Ridho.

Ridho pun mengeluarkan uangnya membayarkan makan untuk teman-temannya. Dan pemilik kedai senang dan tersenyum sama Ridho. Dalam hati Ridho agak sedikit resah "Aneh juga pemilik kedai ini. Cantik dan penampilannya sedikit seronok mau gaet cowok." Lalu Ridho meninggal kedai beserta teman-temannya kembali asrama.

Seusai berjualan di toko segera Lesti menutupnya. Walau sebenarnya hari masih siang hari. Lesti dengan terburu-buru bertemu dengan Riski di suatu tempat yang aman dan nyaman untuk berpacaran. Dono pun ada di situ tapi setelah menyelesaikan beberapa pekerjaan. Dono, Lesti dan Riski berkeliling daerah sekitar yang moment bagus untuk diambil untuk foto-foto urusan kerjaan Dono sebagai fotografer.

Ketiga bersenang-senang sampai ke pantai melihat keindahannya.


Karya: No

CAMPUR ADUK

MUMBAI XPRESS

Malam gelap bertabur bintang di langit. Setelah nonton Tv yang acara sepak bola. Budi duduk dengan santai di depan rumahnya sedang baca cerp...

CAMPUR ADUK