CAMPUR ADUK

Saturday, October 7, 2023

DIL SE

Budi duduk santai di depan rumahnya, ya sedang baca cerpen yang ceritanya menarik gitu, ya sambil menikmati minum kopi dan makan singkong rebus. 

Isi cerita yang di baca Budi :

Amarkant Varma adalah eksekutif program untuk All India Radio, ya yang dikirim dari New Delhi untuk meliput perayaan di Assam. Dalam perjalanan ke sana, saat malam hujan, Amar terdampar berjam-jam di stasiun kereta Haflong untuk naik Barak Valley Express. Saat dia menunggu, dia mencoba untuk merokok dan meminta korek api atau korek api kepada orang misterius. Tiba-tiba hembusan angin kencang bertiup dari selendang orang tersebut, menampakkan seorang wanita cantik. Amar mendekat, memberitahunya bahwa dia cantik, dan mencoba memulai percakapan. Dia mengabaikannya. Dia bersikeras dan dia akhirnya meminta dia untuk secangkir teh. Ketika dia kembali dengan teh, dia melihat dia menaiki kereta berikutnya dengan tiga penumpang pria dan pergi ke kejauhan.

Amar mencapai tujuannya dan melihat wanita yang sama di Silchar. Dia mencoba untuk berbicara dengannya, tapi dia bilang dia tidak ingat pernah bertemu dengannya sebelumnya. Sebagai bagian dari tugas pelaporan beritanya, dalam rangka lima puluh tahun Kemerdekaan India, Amar mewawancarai banyak warga Assam, dan seorang pemimpin ekstremis, ya yang menyalahkan Pemerintah India atas pelanggaran hak asasi manusia dan kemiskinan di wilayah tersebut. Negara-negara utama, kaum Liberasionis tidak ingin melakukan dialog apa pun dengan pemerintah, dan membenarkan perlawanan mereka di India Timur Laut. 

Beberapa waktu kemudian, Amar menceritakan pertemuannya dengan wanita tersebut, melalui radio yang didengarnya. Dia kembali melihatnya di kantor pos. Pada saat ini, dia menyuruhnya untuk meninggalkannya sendirian; tapi dia mengikutinya dan mengatakan padanya bahwa dia jatuh cinta padanya. Dia menolak dan memberi tahu Amar bahwa dia sudah menikah.

Amar memutuskan untuk meminta maaf padanya, tapi dia datang dengan dua pria yang memukulinya hingga pingsan. Selama pemukulan, Amar mengetahui bahwa laki-laki tersebut kemungkinan adalah saudara laki-lakinya dan bahwa dia telah berbohong tentang pernikahannya. Dia bersukacita atas penemuan ini, meski mengalami memar parah dan berdarah. Dia sampai di rumahnya dan mengetahui dari penduduk setempat bahwa dia telah pergi. Amar kemudian pergi ke kantor pos di mana dia awalnya melihatnya dan menyuap pemilik PCO agar memberinya rincian kontaknya dan mengetahui bahwa dia menelepon ke Ladakh. Selanjutnya, Amar melakukan perjalanan ke Leh, dan saat merekam Festival Sindhu Darshan, ya seorang pembom bunuh diri dikejar dan ditembak mati oleh militer India. Amar melihat wanita itu lagi. Saat wanita tersebut dan Amar menaiki bus, petugas militer menanyai setiap penumpang sebelum bus diizinkan berangkat. Amar memberi tahu petugas bahwa dia melaporkan festival tersebut, dan wanita tersebut secara salah memberi tahu petugas bahwa dia bepergian bersama Amar.

Setelah beberapa perjalanan, bus mogok dan penumpang harus berjalan kaki ke desa terdekat. Dalam perjalanan, wanita itu mengungkapkan namanya: Meghna. Amar terus mengejar Meghna, meski dia memprotes. Meghna memberi tahu Amar bahwa takdirnya menghalangi dia untuk bersamanya. Dia mengungkapkan sejarah pribadi yang traumatis dan mengatakan bahwa jika mereka ingin bersama, dia ingin delapan anak. Ambivalensi dan ketertarikan mereka digambarkan dalam adegan tarian lamunan di padang pasir. Keduanya akhirnya bepergian bersama dan memulihkan diri di dekat satu sama lain di gurun, dalam semalam. Di pagi hari, Amar bangun dan menemukan Meghna telah pergi.

Patah hati, Amar kembali ke rumahnya di Delhi, di mana keluarganya memperkenalkan dia kepada Preeti Nair dari Kerala sebagai calon pengantin untuknya. Preeti mengaku bahwa dia baru-baru ini ditolak cintanya dan membuat Amar mengungkapkan bahwa dia juga baru saja dicampakkan. Pada kencan mereka, Amar melihat salah satu rekan Meghna, Kim, yang telah mengusirnya sebelumnya. Amar mengejarnya ke Connaught Place, di mana dia kehilangan jejak pria itu. Tanpa sepengetahuan Amar, pria tersebut bunuh diri dengan pil sianida setelah dihentikan oleh polisi setempat. Karena situasi yang bersifat ekstremis, polisi menyerahkan kejadian tersebut kepada CBI. 

Kembali ke rumah, Amar setuju untuk menikahi Preeti dan persiapan pernikahan segera dimulai. Yang sangat mengejutkan Amar, Meghna muncul di pesta pertunangannya dan meminta tempat tinggal dan membantu Amar untuk mendapatkan pekerjaan di kantor Radio All India milik Amar, dan dia melakukannya.

Amar terus merindukan Meghna, tanpa mengetahui dia tiba di Delhi sebagai bagian dari kelompok Liberasionis yang telah merencanakan beberapa serangan bunuh diri di New Delhi pada parade & perayaan Hari Republik Delhi yang akan datang. Dia tinggal di kediaman Amar untuk melarikan diri dari operasi penyelidikan CBI. Pada satu titik, Meghna mengungkapkan keraguannya tentang rencananya untuk membunuh warga sipil yang tidak bersalah. Dia dimarahi oleh salah satu anggota kelompoknya dan diingatkan akan tugasnya untuk tujuan mereka.

Berdasarkan identifikasi saksi mata kejadian Connaught Place, Amar kini menjadi tersangka utama CBI. Dia diinterogasi oleh polisi dan menyimpulkan bahwa Meghna terlibat dalam sesuatu yang berbahaya. Amar menemukan Meghna dan mempertanyakan motifnya. Dia akhirnya mengungkapkan kepada Amar bahwa namanya sebenarnya Moina, dan sebagai seorang anak, dia pernah menjadi korban pemerkosaan oleh tentara. Dia menggambarkan desa-desa dibakar habis, dan anggota keluarganya diperkosa dan dibunuh. Dia menuduh Amar tidak memahami sejarahnya. Dia mengatakan dia mencari keadilan dan pembebasan melalui aktivitasnya. Amar menyimpulkan dia merencanakan serangan bunuh diri terhadap tentara India dan Presiden India selama Hari Republik. Saat mencoba mengambil kalung sianida yang tergantung di lehernya, Amar ditangkap karena melecehkan wanita tersebut.

Dalam adegan terpisah, CBI meyakinkan jenderal Angkatan Darat India untuk memberikan izin melakukan pemeriksaan keamanan terhadap semua konvoi dan kapal tanker Angkatan Darat yang berpartisipasi dalam parade tersebut. Rekan Moina mengetahui rahasia rencana keamanan rahasia pemerintah.

Rekan Moina menyuap petugas polisi yang menahan Amar untuk membebaskannya. Mereka mengikutinya keluar dari kantor polisi dan menyerangnya lagi. Amar melawan dan membuat penyerangnya tidak sadarkan diri. Dia kemudian menjawab panggilan dari Moina, yang dia lakukan ke ponsel penyerangnya. Amar memohon pada Moina untuk menghentikan semua ini dan menikah dengannya. Moina sambil menangis mengatakan bahwa ini sudah terlambat dan nasibnya sudah ditentukan. Adegan diakhiri dengan suara peluru yang menandakan Amar telah tertembak dan terbunuh.

Tapi Amar kembali ke rumah, dipukuli dan berdarah, hanya untuk mengetahui dari Preeti bahwa ibu Amar juga sedang diinterogasi dan lokasi Moina berada di Sunder Nagar. Preeti bertanya apakah dia berniat menikahinya, dan Amar mengatakan dialah satu-satunya yang bisa menghentikan Moina.

Amar ditangkap lagi dan tidak dapat meyakinkan CBI bahwa dia tidak bekerja dengan teroris. Dia bilang dia jatuh cinta dengan Moina dan dia bertemu dengannya saat mewawancarai seorang pemimpin ekstremis. Dia bilang dia ingin mencegah mereka melakukan serangan. CBI tidak yakin. Mereka membiusnya untuk diinterogasi lebih lanjut nanti. Berkat kemauan belaka, Amar mampu menahan efek obat penenang dari suntikan yang diterimanya. Dia melarikan diri dari CBI dan terus mengejar Moina tanpa henti.

Keesokan harinya Moina bersiap untuk perannya dalam serangan bunuh diri, karena alat peledak disembunyikan di balik gaunnya. Amar menemukannya. Dia mengungkapkan cinta abadinya dan keinginannya untuk bersamanya. Dia memohon padanya untuk pergi bersamanya, sehingga mereka berdua bisa memulai hidup baru di tempat baru. Dia memintanya untuk mengatakan bahwa dia mencintainya. Ketika dia tidak menjawab, dia bersikeras. Putus asa, dia memintanya untuk setidaknya membiarkan dia mati bersamanya. Dia menariknya ke arahnya, dan terus memohon padanya untuk mengatakan dia mencintainya. Dia memeluknya. Saat keduanya berpelukan, mereka menangis, dan bom yang dibawa Moina meledak, membunuh mereka berdua.

***
Budi selesai baca cerpen, ya buku di tutup dan buku di taruh di bawah meja. Budi menikmati minum kopi dan makan singkong rebus. Eko datang ke rumah Budi, ya memarkirkan motornya dengan baik di depan rumah Budi. Eko duduk dengan baik, ya dekat Budi. 

"Hidup ini, ya kita menikmatinya dengan keadaan sederhana!" kata Eko. 

"Realitanya begitu!" kata Budi. 

"Lebih enak hidup, ya orang kaya. Ya kerjaannya bisa liburan kesana kesini yang di inginkan. Contoh : liburan yang bagus-bagus, ya acara Tv tentang daerah yang bagus-bagus untuk liburan gitu," kata Eko. 

"Realitanya begitu kehidupan orang kaya," kata Budi. 

"Ya tetap kaya di bagi dua. Kaya yang baik itu, ya dermawan. Kaya yang buruk, ya menindas yang miskin," kata Eko. 

"Aku paham omongan Eko!" kata Budi. 

"Emmm," kata Eko. 

"Aku punya cerita," kata Budi.

"Budi. Punya cerita," kata Eko.

"Emmm," kata Budi.

"Ceritanya seperti apa?" kata Eko.

"Ceritanya seperti ini. Ya Budi seorang pemuda yang baik, ya tapi keadaan berasal dari keluarga tidak mampu. Budi menjalin kisah cinta dengan Tasya. Ya Tasya berasal dari keluarga tidak mampu gitu. Budi kerja dengan baik di sebuah tempat, ya tokonya Abdul sebagai karyawan gitu. Ya Abdul punya dua karyawan di tokonya untuk membantu kerjaan gitu, ya Budi dan Jhon. Hasil yang kerja Budi lumayan sih, ya cukup untuk diri. Sebagai anak laki-laki berbakti pada orang tua, ya Budi terus memberikan gajinya pada Ibunya untuk kebutuhan sehari-hari dan membayar utang yang masih di angsur dengan baik. Ayah meminjam uang pada Ibu Minah, ya dengan tujuan membayar biaya sekolah Andi, ya adiknya Budi. Sampai utang terbayar lunas, ya Ibu dan Ayah merasa tenang gitu. Tasya bicara dengan baik sama Budi, ya urusan tentang Budi kapan melamar Tasya?. Karena Tasya telah di desak Ayahnya untuk menikah dengan Mahesa. Ya Mahesa berasal dari keluarga kaya gitu. Sebenarnya Budi ingin melamar Tasya. Tapi usaha Abdul mengalami masalah, ya Budi jadinya berhenti kerja sementara waktu karena Abdul mengurangi karyawan toko gitu. Budi bersabar dengan keadaannya. Budi pun memutuskan untuk kerja berjualan di depan rumah, ya kelontongan dari modal tabungannya untuk di gunakan melamar Tasya. Budi tidak bisa melamar Tasya. Budi masih berusaha untuk menanggulangi ekonominya demi hidup ini gitu. Tasya di suruh Ayahnya untuk memutuskan memilih Mahesa atau putus dengan Budi. Ya Tasya tidak ingin putus dengan Budi karena cinta. Ya Budi tidak ingin putus dari Tasya, ya karena cinta. Budi bertemu dengan Eko, ya untuk urusan masalahnya dengan Tasya. Eko menyarankan untuk Budi, ya ibadah dengan baik, ya meminta petunjuk sama Tuhan. Budi menerima saran Eko dengan baik, ya menjalankan ibadah dengan baik. Sampai hari ke 40, ya Budi tidak bisa bersama Tasya. Ya Tasya menikah dengan Mahesa. Budi dan Tasya telah bicara dengan baik, ya keputusan ada pada Tasya. Ya Tasya telah menjalankan ibadah dengan meminta petunjuk pada Tuhan, ya Tasya memilih Mahesa dan Tasya putus hubungan kisah cinta dengan Budi. Ya Budi merasa sakit di hati di putusin Tasya gitu, ya tapi di terima dengan baik. Tasya menikah dengan Mahesa, ya hidupnya bahagia karena di jamin kekayaan demi hidup ini. Budi memang merasa dirinya, ya tidak mampu membahagiakan Tasya karena keadaan dari keluarga tidak mampu, ya maka menerima putus dengan Tasya baik, ya karena Eko memberikan masukan baik, ya agar Budi tenang dengan keadaanya. Budi terus menjalankan kerjaannya, ya warung di depan rumahnya. Abdul tidak lagi masalah dengan urusan kerjaan, ya tokonya jadi meminta Budi jadi karyawannya lagi. Kerja warung di depan rumah, ya di jalankan Ibunya dengan baik dan di bantu adiknya Budi, ya Andi. Budi sebenarnya telah menjalankan ibadah dengan baik, ya meminta petunjuk pada Tuhan. Dirinya merasakan sesuatu yang di tunjukkan kebenaran tentang Tasya, ya maka itu menerima di putus Tasya. Seiring jalan kerjaan Budi baik, ya Budi bertemu dengan seorang cewek baik, ya bernama Nia. Budi jadian dengan Nia, ya jalannya mulus sampai menikah gitu. Budi mengerti dengan baik, ya jodoh sebenarnya adalah Nia, ya bukan Tasya. Budi dan Nia, ya hidup bahagia!" kata Budi.

"Cerita yang bagus!" kata Eko.

"Dunia ini. Masih banyak yang lebih baik bercerita dari pada aku. Yang lebih baik itu, ya sinetron atau film," kata Budi.

"Aku paham omongan Budi!" kata Eko.

"Emmm," kata Budi. 

"Kisah cinta yang lika liku yang di pengaruhi urusan kaya dan miskin. Kaya jaminan hidup ini, ya hidup enak. Kebanyakan cewek, ya realita hidup ini, ya sebenarnya ingin mendapatkan cowok kaya, ya demi hidup ini," kata Eko. 

"Emmm," kata Budi.

"Jadi jodoh yang sebenarnya, ya berdasarkan menjalankan ibadah dengan baik, ya meminta petunjuk pada Tuhan. tokoh Budi bersama tokoh Nia," kata Eko.

"Begitulah ceritanya!" kata Budi.

"Tuhan Maha yang Mengatur dunia ini," kata Eko.

"Emmm," kata Budi. 

"Ya bahan obrolan lulusan SMA, ya kan Budi?" kata Eko. 

"Memang bahan obrolan lulusan SMA!" kata Budi. 

"Ya kalau begitu. Main catur saja!" kata Eko.

"Oke. Main catur!" kata Budi.

Budi mengambil papan catur di bawah meja, ya papan catur di taruh di atas meja. Eko dan Budi menyusun bidak catur di atas papan catur. Keduanya main catur dengan baik gitu.

"Ngomongin berita Tv, ya urusan pemerintahan. Aku menilainya pro dan kontra," kata Budi.

"Penilaian penonton," kata Eko.

"Emmm," kata Budi.

"Aku sependapat dengan Budi. Pro dan kontra," kata Eko.

"Emmm," kata Budi.

Budi dan Eko terus main catur dengan baik. 

CAMPUR ADUK

MUMBAI XPRESS

Malam gelap bertabur bintang di langit. Setelah nonton Tv yang acara sepak bola. Budi duduk dengan santai di depan rumahnya sedang baca cerp...

CAMPUR ADUK