Setelah nonton Tv yang acara sinetron tema cinta, ya Budi duduk di depan rumahnya sedang menikmati minum kopi dan makan singkong rebus gitu.
"Baca buku ah!" kata Budi.
Budi mengambil buku di meja, ya buku di buka dengan baik, ya di pilih-pilih dengan baik cerpen yang ingin di baca. Terpilihlah salah satu cerpen yang di baca Budi dengan baik gitu.
Isi cerita yang di baca Budi :
Pada tahun 1900-an, Kausalya Mukherjee dengan senang hati menerima surat tentang kedatangan putranya Devdas dari London setelah dia tinggal di sana selama sepuluh tahun untuk sekolah hukum. Kausalya memberi tahu tetangga dan teman dekatnya Sumitra, yang putrinya Parvati "Paro" memiliki hubungan baik yang dekat dengan Devdas ketika mereka masih kecil. Ketika Devdas dikirim ke London, Paro disarankan untuk menyalakan lampu agar dia kembali dan tidak pernah mengizinkannya padam. Devdas tiba dan persahabatannya dan Paro berubah menjadi cinta yang mendalam; Kausalya tidak setuju, karena Paro memiliki garis keturunan gadis pelaut dan pemain mautanki dari pihak ibu, yang menurutnya tidak pantas untuk seorang Zamindari keluarga seperti miliknya. Kumud, adik ipar Devdas yang manipulatif, menyulut pikiran ibu mertuanya.
Saat baby shower Kumud, Sumitra secara terbuka mengajukan lamaran untuk pernikahan Paro-Devdas tetapi Kausalya menolak lamaran tersebut dengan arogansi yang merendahkan, menyatakan bahwa Sumitra berasal dari keluarga kelas bawah dan melontarkan tuduhan pada duo ibu-anak tersebut. Sumitra bersumpah mencari aliansi yang lebih kaya untuk Paro. Paro kemudian menyelinap ke rumah Devdas untuk menemuinya tetapi Narayan Mukherjee, ayah Devdas, melihat mereka dan mempermalukan dia dan Sumitra. Devdas dengan marah meninggalkan rumah namun gagal mengumpulkan keberanian untuk menentang orang tuanya. Dia menulis kepada Paro, memintanya untuk melupakannya dan secara salah menyatakan bahwa cinta tidak pernah ada di antara mereka. Rusak, Paro setuju untuk menikah dengan seorang bangsawan: Bhuvan Choudhry, seorang duda berusia empat puluh tahun dengan tiga anak yang sudah dewasa. Teman Devdas, Chunnilal, mengajaknya mengunjungi rumah bordil, di mana Devdas berkesempatan bertemu pelacur murah hati bernama Chandramukhi, ya yang jatuh cinta padanya. Devdas menyadari kesalahannya, mengunjungi Paro di hari pernikahannya, dan terus-menerus memintanya untuk menikah dengannya tetapi dia menegurnya karena meninggalkannya.
Paro menikahi Bhuvan dan berangkat ke rumah mertuanya di mana Bhuvan mengaku bahwa pernikahan mereka diperlukan untuk memenuhi posisi Lady of the Estate dan bahwa cintanya hanya untuk mendiang istrinya. Devdas berjalan menuju penderitaan dan alkoholisme, secara permanen pindah ke rumah bordil Chandramukhi. Paro melakukan tugasnya dengan tulus, namun tidak bisa melupakan Devdas. Narayan, di ranjang kematiannya, meminta maaf dari Paro dan ingin bertemu Devdas, yang tiba di pemakamannya dan pingsan. Devdas mulai tinggal bersama keluarganya sementara Kumud mencuri kunci lemari besi; Devdas memintanya mengembalikannya tapi Kumud menuduhnya mencuri, menyebabkan Kausalya tidak mengakuinya.
Paro mengunjungi Chandramukhi dan menganggap dia bertanggung jawab atas kecanduan Devdas terhadap alkohol tetapi menemukan bahwa Chandramukhi mencintai Devdas. Dia mengundangnya ke Durga Puja di rumah mertuanya dan memperkenalkan Chandramukhi sebagai temannya, menyembunyikan profesinya untuk menghindari perselisihan. Meski demikian, menantu Bhuvan, Kalibabu, berniat membalas pertemuan sebelumnya dengan Chandramukhi yang tidak beres. Dia mengeksposnya dan mempermalukannya di depan umum. Chandramukhi mengambil sikap sendiri, menampar Kalibabu dan menyatakan bahwa kunjungan orang-orang seperti dia ke rumah bordilnya membuatnya sukses. Kalibabu mengungkapkan kepada Bhuvan dan ibunya tentang perselingkuhan Paro sebelumnya dengan Devdas. Paro dilarang keluar dari istana oleh Bhuvan.
Devdas jatuh sakit dan melakukan perjalanan dengan kereta api, di mana dia menemukan Chunnilal, yang mendesaknya untuk minum. Devdas yang sakit parah, ingin menepati janji yang dia buat kepada Paro bahwa dia akan mengunjunginya sebelum kematiannya, melakukan perjalanan ke desa mertua Paro. Devdas dijatuhkan di depan istana Bhuvan; Paro berlari menemuinya tapi Bhuvan menentangnya, meminta semua pintu keluar dari istana ditutup dan Paro ditahan. Gerbang istana ditutup sebelum Paro bisa mencapai Devdas. Devdas hanya melihat gambaran kabur Paro berlari ke arahnya. Paro terisak sementara Devdas membisikkan namanya dan mati, menyebabkan lampu berkedip padam.
***
Budi selesai baca cerpen, ya buku di tutup dan buku di taruh di bawah meja. Eko datang ke rumah Budi, ya motor di parkirkan di depan rumah Budi. Eko duduk dengan baik, ya dekat Budi.
"Hidup ini!" kata Budi.
"Yaaa hidup ini!" kata Eko.
"Tetap antara baik dan buruk!" kata Budi.
"Memang realitanya tetap begitu," kata Eko.
"Orang-orang yang berkelakuan buruk, ya tidak akan bisa berubah jadi baik, ya tetap memakai topeng pura-pura demi menutupi keburukan dan menunjukkan nilai citra baik di depan masyarakat. Antara kaya dan miskin. Apalagi orang-orang itu, ya tetap meninggalkan agama dengan baik," kata Budi.
"Yaaaa mau gimana lagi. Realita keadaan lingkungan, ya manusia tinggal di mana pun. Padahal hidup ini di butakan segala hal," kata Eko.
"Yaaa sekedar bahan obrolan lulusan SMA!" kata Budi.
"Memang sekedar bahan obrolan lulusan SMA!" kata Eko.
"Sedang kalau ngomongin tentang urusan cinta," kata Budi.
"Cinta!!!" kata Eko.
"Cowok miskin yang melepaskan cewek yang di sukai. Ya cewek itu menikah dengan cowok kaya. Hidup ini, ya enak kaya. Ya kaya jaminan hidup ini. Cowok miskin itu, ya dapat masukan dari orang-orang yang baik, ya melepaskan itu baik. Ya seperti melepaskan burung terbang, ya membiarkan burung itu menentukan pilihannya yang terbaik untuk hidupnya!" kata Budi.
"Masukan ini dan itu. Jadi memutuskan dengan baik toh!" kata Eko.
"Dia bahagia. Ya aku tenang keadaannya, ya kata cowok miskin itu," kata Budi.
"Emmm," kata Eko.
"Yaaa kalau begitu. Main catur saja!" kata Budi.
"Oke!!!" kata Eko.
Budi mengambil papan catur di bawah meja, ya papan catur di taruh di atas meja. Eko dan Budi menyusun bidak catur di atas papan catur. Keduanya main catur dengan baik.
"Ngomongin acara Tv. Kenapa, ya berapa chenel di Tv menayangkan sinetron India? Ya memang sih sinetronnya ceritanya bagus-bagus!. Gimana pendapat Eko?" kata Budi.
"Yaaaa aku bukan kerja di stasiun Tv. Aku cuma buruh kerjaannya. Gimana menjawab pertanyaan Budi itu?" kata Eko.
"Aku paham sih omongan Eko!" kata Budi.
"Emmm," kata Eko.
"Mungkin itu. Ya pasarnya lagi naik tentang sinetron India," kata Budi.
"Pasar. Minat yang menonton. Mungkin sih terjadi. Hidup ini!" kata Eko.
"Emmm," kata Budi.
Budi dan Eko terus main catur dengan baik.
No comments:
Post a Comment