CAMPUR ADUK

Thursday, July 22, 2021

RAJA DAN AHLI MEMUJI

Tono keluar dari rumahnya ke taman di depan rumah, ya membawa buku cerita. Tono duduk dengan santai di taman.

"Keadaan lingkungan yang tenang," kata Tono.

Tono  membuka bukunya, ya membaca bukunya dengan baik.

Isi buku yang di baca Dono :

Di Myanmar pada dahulu kala, hiduplah seorang raja yang hebat. Raja itu memiliki istana yang indah dan megah. Ia memerintah dengan adil sehingga disenangi rakyatnya. Kesuksesannya berhasil ia raih tidak hanya karena kehebatannya sendiri, tetapi juga karena bantuan penasihatnya yang cerdas dan bijaksana. Suatu hari, si penasihat mendengar bahwa seorang ahli memuji akan datang ke istana. Ia pun segera menyampaikan berita tersebut kepada sang raja.

“Mohon raja berhati-hati, sebab si ahli memuji itu sangat berbahaya,” ujar si penasihat. “Orang itu merupakan ahli memuji terbaik di seluruh negeri. Biasanya setelah memuji, ia akan meminta imbalan yang besar yang disampaikannya secara sangat halus sehingga orang yang dipuji tidak begitu sadar. Tahu-tahu orang yang dipuji itu sudah kehilangan harta dan tanah dalam jumlah yang sangat banyak.”

“Tenang saja, tidak usah khawatir,” jawab sang raja, mantap. “Aku terlalu pintar untuk di tipu. Tidak ada orang yang bisa menipuku. Jadi biarkan saja dia datang ke sini.”

Si penasihat mengangguk-angguk. Meski demikian, ia tetap merasa khawatir rajanya akan teperdaya oleh si ahli memuji, mengingat sebenarnya sang raja menyimpan bibit-bibit kesombongan. Namun, si penasihat segera menepis kekhawatiran itu. Ia mengisi pikirannya dengan harapan agar sang raja benar-benar bisa menghadapi si ahli memuji tanpa tertipu sama sekali.

Beberapa hari kemudian, si ahli memuji benar-benar datang ke istana. Setelah melalui pemeriksaan yang ketat, ia diizinkan untuk bertemu dengan raja. Si ahli memuji langsung bersimpuh tatkala bertemu dengan raja. Ia pun mulai melancarkan aksinya. Ia berkata dengan penuh perasaan, “Sungguh hamba merasa tersanjung setinggi langit karena diizinkan untuk bertemu dengan raja yang hebat dan rupawan seperti paduka. Sungguh beruntung hamba yang hina dan kotor ini bisa berada dalam satu ruangan dengan bangsawan paling mulia di jagat raya.”

“Hamba benar-benar dibutakan oleh sinar keagungan paduka, tuan raja,” si ahli memuji terus melancarkan puja-pujinya. 

Sementara sang raja hanya diam mendengarkan si ahli memuji berbicara. 

“Hamba dibutakan oleh karisma agung paduka, kemurahan hati paduka, keindahan jiwa paduka. Sungguh, paduka adalah seorang raja yang keistimewaannya tiada bandingannya….”

Si ahli memuji berbicara dengan nada yang indah dan berirama. Hal ini membuat siapa pun yang mendengarnya begitu terpesona. Hanya satu orang yang tetap waspada, yakni si penasihat yang memang sudah meneguhkan hati untuk tidak mempercayai segala perkataan si ahli memuji. Pada satu kesempatan, si ahli memuji berhenti sejenak untuk menarik napas. Kesempatan ini langsung dimanfaatkan oleh si penasihat untuk mengingatkan raja.

“Mohon raja berhati-hati, ucapan dan pujiannya benar-benar dahsyat!”

“Tenang saja, tidak usah khawatir,” sahut sang raja sambil terus memandangi si ahli memuji. 

“Seperti yang pernah aku katakan kepadamu, aku tidak akan teperdaya oleh pujiannya. Nanti jika ia sudah melontarkan pujiannya, aku akan langsung mengusirnya dan melarangnya untuk kembali ke sini. Sejauh ini yang ia katakan hanyalah kebenaran.”

Si penasihat tercengang. Rupanya sang raja sudah jatuh ke dalam tipu daya si ahli memuji, dan hal ini tidak disadari oleh raja. Si penasihat cuma bisa geleng-geleng kepala. Tidak ada lagi yang bisa ia lakukan karena sang raja terus menyangkal nasihat-nasihatnya saat ia sedang berada dalam pengaruh si ahli memuji.

Di akhir pertemuan itu, raja memberikan tanah yang sangat luas dan uang yang sangat banyak kepada si ahli memuji. Raja kehilangan hampir separuh kekayaannya. Beberapa saat setelah ahli memuji pergi, ia pun sadar bahwa ia telah tertipu. Ia sangat menyesal karena tidak berhati-hati seperti yang sudah sering dinasihatkan oleh sang penasihat.

“Hanya orang yang rendah hati yang bisa lolos dari tipu daya si ahli memuji,” gumam si penasihat. “Dan sepertinya raja bukan orang yang seperti itu….”

***

Tono berhenti membaca bukunya.

"Cerita yang bagus berasal dari Myanmar tertulis di buku," kata Tono.

Tono membaca pesan moral yang di tulis di buku "Pujian bisa membuat kita lengah dan kehilangan kewaspadaan. Karena itu, bersikaplah sewajarnya dan tetap rendah hati dalam menanggapi pujian. Senang boleh, tapi jangan berlebihan."

Tono memahami pesan moral yang di tulis di buku dan buku di tutup sama Tono. 

"Main game aja!" kata Tono.

Tono beranjak dari duduknya di taman depan rumah, ya masuk ke dalam rumah. Sampai di ruang tengah, ya buku di taruh di rak buku dan Tono segera main game PlayStationnya dengan baik.

HARTA TERPENDAM

Adit selesai bermain dengan Sofo, ya main sepedah keliling komplek perumahan di lingkungan tepat tinggal keduanya. Adit duduk santai di ruang tamu. Adit mengambil buku di meja dan di baca dengan baik.

Isi buku yang di baca Adit :

Sore ini, Signor Bruno pergi mengunjungi rumah kawannya, Gianni. Sudah cukup lama mereka tidak bertemu. Mereka pun membicarakan banyak hal, mulai dari cuaca, pangan, hingga keluarga. Mereka saling tertawa dengan riang. Namun, tiba-tiba wajah Signor Bruno terlihat cemas. Gianni menjadi penasaran.

“Signor Bruno, ada apa? Sepertinya kau mengkhawatirkan sesuatu,” tanya Gianni.

“Aku memikirkan cucuku, Mario. Dia anak yang baik, tapi pemalas. Sepanjang hari, ia hanya berbaring di ranjang gantungnya dan tidak mau bekerja sama sekali. Aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan kepadanya,” ujar Signor.

Gianni berpikir sejenak. Ia lalu memiliki sebuah ide. Ia pun membisikkan idenya ke Signor. Seketika, wajah Signor berubah senang. Ia setuju dengan ide tersebut. Keesokan harinya, Gianni pergi menemui Mario yang sedang tiduran di ranjang gantungnya. Ia menyapa Mario dan memberikan sebuah kertas kusut kepadanya.

“Aku menemukan peta tua ini, tapi sulit untuk dibaca. Sepertinya peta ini menunjukkan bahwa ada 50 keping emas yang terkubur di ladang gersang sebelah sana,” kata Gianni.

Mendengar hal itu, Mario langsung beranjak dari ranjangnya. Ia pergi ke ladang yang gersang dan penuh dengan rumput liar. Gianni lalu menyuruhnya untuk menyingkirkan semua rumput liar, agar bisa menemukan harta itu. Mario pun bergegas ke rumah untuk mengambil peralatan pertanian. Ia membersihkan semua rumput liar itu. Kemudian mencangkuli tanahnya.

Tanah itu menjadi berdebu saat dicangkul. Mario pun menyirami tanah itu dengan air. Melihat ada pupuk kandang, Mario mendapat ide. Ia menyebarkan pupuk kandang itu di ladang, agar tidak ada orang yang bisa mengambil hartanya. Mario sudah menggali seluruh ladang, namun ia sama sekali tidak menemukan emas. Karena kelelahan, akhirnya ia memutuskan untuk kembali ke rumah.

“Mungkin aku tidak membaca peta itu dengan benar. Aku akan pergi selama beberapa hari untuk mencari orang yang dapat membaca peta ini. Jadi, kau tunggulah kabar dariku,” kata Gianni tiba-tiba.

Mario pun menunggu untuk waktu yang cukup lama. Hampir satu bulan lebih ia menunggu. Akhirnya, Gianni datang. Ia meminta Mario untuk ke ladang bersama dengan kakeknya, Signor. Alangkah terkejutnya Mario ketika melihat ladangnya sudah tertutup oleh deretan daun selada.

“Ini semua berkat kerja kerasmu yang telah membersihkan, menyiram, memupuk, dan menggali. Aku hanya menaburkan benih saja bersama kakekmu,” kata Gianni.

“Harga semua selada ini adalah 50 keping emas,” timpal Signor sambil tertawa.

Mario pun baru menyadari, bahwa 50 keping emas itu ternyata bisa ia dapatkan jika ia mau bekerja keras. Sejak saat itu, ia tidak malas lagi.

***

Adit berhenti baca bukunya.

"Cerita yang bagus asal dari Italia, ya di tulis di buku," kata Adit.

Adit membaca pesan moral yang di tulis di buku "Jangan menjadi anak yang malas, ya. Bekerja keraslah dan belajar yang rajin agar kamu memperoleh apa yang kamu inginkan."

Adit memahami pesan moral yang di tulis di buku. Adit menutup bukunya dan buku di taruh di meja.

"Belajar ah!" kata Adit. 

Adit masuk ke kamarnya untuk belajar, ya mengulang pelajaran yang di berikan guru di bangku sekolah agar diri Adit jadi pintar berkat dari usahanya.

LAKSAMANA HANG TUAH

Kasino dan Indro di ruang tengah sedang nonton Tv. Acara Tv yang di tonton Kasino dan Indro, ya film yang bagus banget......film Upin dan Ipin. Dono selesai dengan kerjaanya, ya keluar dari kamarnya menuju ruang tamu. Dono duduk dengan baik di ruang tamu dan mengambil bukunya dan membuka bukunya.

"Hari ini aku membaca cerita tentang Laksamana Hang Tuah. Asal cerita dari Malaysia," kata Dono.

Dono membaca bukunya dengan baik.

Isi buku yang di baca Dono :

Pada zaman dahulu kala, di kenal seorang kesatria bernama Hang Tuah. Keti­ka masih anak-anak, ia be­­ser­ta ke­­dua orangtuanya, Hang Mah­mud dan Dang Merdu, menetap di Pu­lau Bintan. Pulau ini berada di perairan Riau. Rajanya ada­lah Sang Maniaka, putra Sang Sapurba raja besar yang bermahligai di Bukit Siguntang. Hang Mahmud berfirasat bahwa kelak anaknya akan menjadi seorang tokoh yang ter­kemuka. Saat berumur sepuluh tahun, Hang Tuah pergi berlayar ke Laut Cina Sela­tan disertai empat sahabatnya, yaitu Hang Jebat, Hang Kasturi, Hang Le­kir, dan Hang Lekiu. Dalam per­jalanan, me­reka ber­­­kali-kali diganggu oleh ge­rom­­bol­­­­an lanun. Dengan segala ke­­­be­ranian­nya, Hang Tuah beserta para sa­ha­­bat­nya mam­­­­­­­­­­pu me­ngalahkan ge­­­rom­­­bolan itu. Ka­­bar terse­but terdengar sam­pai ke te­linga Bendahara Pa­duka Raja Bintan, yang sangat kagum ter­hadap ke­beranian mereka.

Suatu ketika, Hang Tuah dan keempat sahabatnya berhasil mengalahkan empat pe­­ngamuk yang menyerang Tuan Ben­da­­­­hara. Tuan Bendahara kemudian meng­­ang­kat mereka sebagai anak angkatnya. Tuan Ben­­­dahara kemudian melaporkan tentang ke­­­­he­­­­­­bat­­­­­an mereka kepada Baginda Raja Syah Alam. Baginda Raja pun ikut merasa ka­gum dan juga mengangkat mereka se­­­ba­gai anak angkatnya. Beberapa tahun kemudian, Ba­ginda Ra­ja berencana mencari tempat baru seba­gai pusat kerajaan. Ia beserta pung­gawa ke­rajaan, termasuk Hang Tuah dan para sa­­habat­nya, melan­cong ke seki­tar Selat Me­­­laka dan Selat Singapura. Rom­­bong­an akhir­­­nya sing­gah di Pu­lau Ledang. Di sana rom­­bong­­an me­­lihat seekor pelanduk (kancil) pu­tih yang ternyata sulit untuk ditangkap.

Menurut petuah orang tua-tua, jika me­­­­nemui pelanduk putih di hutan maka tem­pat itu bagus di buat negeri. Akhirnya di sana di bangun sebuah negeri dan dinama­kan Melaka, se­suai nama pohon Melaka yang ditemukan di tempat itu. Setelah beberapa lama memerintah, Ba­gin­da Raja berniat meminang seorang putri cantik bernama Tun Teja, putri tung­gal Bendahara Seri Benua di Kerajaan Indrapura. Namun, sayangnya putri itu me­­no­lak pinangan Bagin­da Raja. Akhir­nya, Baginda Raja meminang Raden Galuh Mas Ayu putri tunggal Seri Betara Maja­pahit, raja besar di tanah Jawa.

Sehari menjelang pernikahan, di ista­na Majapahit terjadi sebuah kegaduhan. Ta­ming Sari, prajurit Majapahit yang su­dah tua tapi amat tangguh, tiba-tiba meng­­­­­­amuk. Mengetahui keadaan itu, Hang Tuah kemu­dian menghadang Taming Sari. Hang Tuah mempunyai siasat cerdik de­ngan cara menukarkan kerisnya dengan keris Taming Sari. Setelah keris ber­tukar, Hang Tuah ke­mu­­dian berkali-kali me­­nye­rang Taming Sari. Taming Sari baru ka­lah setelah keris sakti yang dipegang Hang Tuah ter­tikam ke tubuhnya. Hang Tuah ke­mu­dian diberi gelar Laksamana dan dihadiahi keris Taming Sari.

Baginda Raja bersama istri dan rom­­­­­­bong­annya kemudian kembali ke Melaka. Selama bertahun-tahun negeri ini aman dan tenteram. Hang Tuah menjadi laksa­mana yang amat setia kepada raja Melaka dan amat disayang serta dipercaya raja. Hal itu menimbulkan rasa iri dan dengki prajurit dan pegawai istana. Suatu ketika tersebar fitnah yang menyebutkan bahwa Hang Tuah telah berbuat tidak sopan de­­ngan seorang dayang istana. Pe­­nyebar fitnah itu adalah Patih Kerma Wijaya yang merasa iri terhadap Hang Tuah. Bagin­da Raja marah mendengar kabar itu. Ia me­me­­­rintahkan Bendahara Paduka Raja agar mengusir Hang Tuah. Tuan Benda­ha­ra sebenarnya enggan melaksana­­­kan pe­­rintah Baginda Raja karena ia menge­ta­hui Hang Tuah tidak bersalah. Tuan Ben­da­hara menyarankan agar Hang Tuah cepat-cepat meninggalkan Melaka dan pergi ke Indrapura.

Di Indrapura, Hang Tuah mengenal se­­­orang perempuan tua bernama Dang Ratna, inang Tun Teja. Dang Ratna kemu­dian menjadi ibu angkatnya. Hang Tuah me­­minta Dang Ratna untuk menyampai­­kan pesan kepada Tun Teja agar mau me­­nya­yangi dirinya. Berkat upaya Dang Ratna, Tun Teja mau menyayangi Hang Tuah. Hu­­­­­­­­­bung­­an keduanya kemudian menjadi sangat akrab. Suatu waktu, Indrapura kedatangan pe­rahu Melaka yang dipimpin oleh Tun Ratna Diraja dan Tun Bija Sura. Mereka me­­minta Hang Tuah agar mau kembali ke Melaka. Tun Teja dan Dang Ratna juga ikut bersama rombongan.

Sesampainya di Melaka, Hang Tuah ke­mu­­­dian bertemu dengan Baginda Raja. Hang Tuah berkata, “Mohon maaf, Tuanku, se­lama ini hamba tinggal di Indrapura. Ham­ba kembali untuk tetap mengabdi se­­­tia ke­pada Baginda.” 

Tun Ratna Diraja me­la­por­­­­kan kepada Baginda Raja bahwa Hang Tuah da­tang bersama Tun Teja, putri yang dulu diidam-idamkan Baginda Raja.

Sing­­kat ceri­ta, Tun Teja akhirnya ber­­­­sedia men­­jadi istri ke­dua Baginda Raja meski­pun se­benarnya ia menya­yangi Hang Tuah. Hang Tuah ke­mu­di­an menjabat lagi se­­bagai Laksamana Mela­ka, yang sangat setia dan disayang raja. Hang Tuah kembali kena fitnah se­te­­lah bertahun-tahun menetap di Melaka. Mende­­­­ngar fitnah itu, kali ini Baginda Ra­­ja sa­­ngat marah dan memerintahkan Tuan Ben­­dahara agar membunuh Hang Tuah. Tuan Ben­­dahara tidak tega mem­bu­­­­­nuh Hang Tuah dan memintanya agar me­­­ng­­­ungsi ke Hulu Melaka.

Hang Tuah me­nitipkan keris Ta­ming Sari ke Tuan Ben­­da­­­­­hara agar di­­se­rahkan pada Baginda Raja. Hang Jebat kemudian menggantikan Hang Tuah seba­gai Laksamana Melaka. Oleh Baginda Raja keris Taming Sari diserahkan kepada Hang Jebat. Sepeninggal Hang Tuah, Hang Jebat lupa diri dan menjadi mabuk kekuasaan. Ia ber­tindak sewenang-wenang. Jebat juga se­­ring bertindak tidak sopan ter­hadap para pem­besar kerajaan dan dayang-dayang. Banyak orang telah menasihati­nya. Na­mun, Hang Jebat tetap keras kepala, tidak mau berubah.

Baginda Raja men­jadi gusar melihat kelakuan Hang Jebat. Tak seorang pun prajurit yang mam­pu mengalahkan Hang Jebat. Baginda lalu ter­ingat kepada Hang Tuah. Tuan Ben­­da­hara memberitahu kepada Baginda Raja, “Maaf Baginda, se­­­be­­na­r­nya Hang Tuah masih hidup. Ia me­­ngungsi ke Hulu Melaka.” Atas perintah Ba­­gin­­­da Ra­ja, Hang Tuah bersedia ke Melaka.

Hang Tuah menghadap Bagin­da Raja dan menyata­­­kan kesiapannya me­lawan Hang Jebat. Hang Tuah ke­mu­dian diberi keris Purung Sari. Terjadi pertempuran yang sangat hebat antara dua sahabat yang sangat setia dan yang mendurhaka. Suatu ketika Hang Tuah berhasil merebut keris Taming Sari dan dengan keris itu, Hang Tuah dapat me­nga­­lah­kan Hang Jebat. Ia mati di pangkuan Hang Tuah. Hang Tuah kembali diangkat sebagai Lak­sa­mana Melaka. Sete­lah itu, Melaka kem­bali tenteram.

Laksamana Hang Tuah sering melawat ke luar negeri hingga ke negeri Judah dan Rum untuk memperluas pengaruh kera­jaan Me­laka di seluruh dunia. Suatu saat Baginda Raja mengirim utus­an dagang ke Kerajaan Bijaya Naga­ram di India, yang dipimpin oleh Hang Tuah. Setelah sampai di India, rombongan me­­­­­­­lanjut­­­­kan pelayaran ke negeri Cina. Di pe­­labuh­­an Cina, rombongan Hang Tuah berselisih de­ngan orang-orang Portugis, karena mereka sangat sombong, tidak te­rima Hang Tuah melabuhkan kapalnya di sam­ping kapal Portugis.

Setelah mengha­­dap Raja Cina, rombongan Hang Tuah ke­­­­­­­­mu­­­­di­­an me­lanjut­­kan perjalan­an­nya kemba­li ke Me­laka. Di tengah per­jalanan, me­­­re­­ka di­se­rang oleh perahu-perahu Por­­­tu­­gis. Hang Tuah mampu meng­­­atasi se­­rang­­­an me­re­­ka. Kap­ten dan se­o­rang pe­r­­wi­­ra Por­­­tu­gis melari­kan diri ke Ma­nila, Fili­­pi­­na. Rom­­bong­­an Hang Tuah akhir­­nya tiba di Melaka dengan selamat.

Suatu hari raja Melaka beserta ke­lu­arga­nya berwisata ke Singapura diiringi Lak­sa­mana Hang Tuah dan Bendahara Pa­­du­­ka Raja dengan berbagai perahu ke­­be­sar­­an. Ketika sampai di Selat Si­ngapu­ra Raja Syah Alam melihat seekor ikan ber­si­sik emas ber­­­matakan mutu manikam di se­kitar pe­­­­ra­hu Syah Alam. Ketika mene­ngok ke per­­­mukaan air, mahkota Raja ter­jatuh ke dalam laut.

Hang Tuah langsung menyelam ke dasar laut sambil menghunus keris Taming Sari untuk mengambil mahkota tersebut. Ia ber­­hasil mengambil mahkota itu tetapi ketika hampir tiba di perahu, seekor buaya putih besar menyambarnya sehingga mah­ko­­ta beserta kerisnya terjatuh lagi ke laut. Hang Tuah kembali menyelam ke dasar la­ut­­­an mengejar buaya tersebut. Tetapi ter­­­­­nyata mah­kota beserta kerisnya tetap ti­dak di­te­mu­kan. Sejak kehilangan mah­ko­ta dan keris­­ Taming Sari, Raja dan Hang Tuah men­jadi pe­murung dan sering sakit-sakitan.

Sementara itu, Gubernur Portugis di Ma­nila sangat marah mendengar laporan ke­­kalahan dari perwiranya yang berhasil me­­­lari­kan diri. Setelah beberapa bulan me­­l­aku­kan persiapan, angkatan perang Por­tugis berangkat menuju Selat Melaka. Di tempat ini, mereka memulai serangan ter­hadap Me­­­laka yang menyebabkan ba­nyak prajurit Melaka kewalahan. Pada saat itu, Hang Tuah sedang sakit keras.

Baginda Raja memerintahkan Tuan Ben­da­­hara untuk meminta bantuan Hang Tuah. Meski sakit, Hang Tuah tetap ber­se­­­dia ikut memimpin pasukan me­lawan Por­­t­ugis. Kata Hang Tuah kepada Bagin­­da Raja, “Apa yang kita tunggu? Kita se­cepat­nya harus mengusir mereka dari sini.”

Dengan keteguhannya, Hang Tuah ma­­sih mampu menyerang musuh, baik de­ngan pedang maupun meriam. Namun, se­­­buah peluru mesiu Portugis berhasil meng­­­­hantam Hang Tuah. Ia terlempar se­jauh 7 meter dan terjatuh ke laut. Hang Tuah berhasil diselamatkan dan kemudian di­bawa de­ngan perahu Mendam Birahi kem­bali ke Melaka. Seluruh perahu pe­tinggi dan pasukan Mela­ka juga kembali ke keraja­an. Demikian pula halnya pasukan Portugis kembali ke Manila karena banyak pe­mim­pinnya yang terluka. Peperangan ber­akhir tanpa ada yang menang dan yang kalah.

Setelah sembuh, Hang Tuah tidak lagi men­­­­­jabat sebagai Laksamana Melaka kare­na sudah semakin tua. Ia menjalani hidup­nya dengan menyepi di puncak bukit Jugara di Melaka. Baginda Raja juga sudah tidak lagi memimpin, ia diganti­kan oleh anaknya, Putri Gunung Ledang.

***

Dono selesai membaca bukunya.

"Bagus cerita asal dari Malaysia," kata Dono.

Dono menutup bukunya dan menaruh buku di meja. Dono beranjak duduknya di ruang tamu ke ruang tengah untuk nonton Tv bersama Kasino dan Indro. Ya Kasino dan Indro masih asik nonton film Upin dan Ipin karena memang bagus sih. Dono duduk bersama Kasino dan Indro, ya asik nonton film Upin dan Ipin.

FAKTA ATAU MITOS

Dono di ruang tamu sedang baca bukunya. Kasino dan Indro duduk di ruang tengah, ya nonton Tv. Acara Tv yang di tonton, ya berita.

"Kasino," kata Indro.

"Apa?" kata Kasino.

"PPKM di perpanjang untuk menanggulangi covid-19," kata Indro.

"Beritanya seperti itukan yang kita tonton di Tv," kata Kasino.

"Sebenarnya benar enggak sih....covid-19 itu ada?" kata Indro berpikir dengan panjang.

"Meragukan tentang pemberitaan ini dan itu di Tv?" kata Kasino.

"Iya sih. Nama juga aku cuma penonton yang baik. Tidak menemukan bukti tentang covid-19," kata Indro.

"Kalau Indro menemukan tentang itu penyakit covid-19....berarti Indro kerjaannya Dokter," kata Kasino.

"Aku memang kerjaannya bukan Dokter sih. Ya sudahlah. Aku akui saja....covid-19 itu ada, ya mewabah di mana-mana. Maka itu perlu di tanggulangi dengan baik. Dengan cara manusia harus di vaksin semuanya!" kata Indro.

"Emmmm," kata Kasino.

Kasino dan Indro terus menonton Tv dengan baik.

"Acara Tv tentang kesehatan, ya ada Dokternya sih. Selalu membahas tentang Fakta dan Mitos," kata Indro.

"Di Youtobe juga sama, ya membahas tentang Fakta dan Mitos," kata Kasino.

"Trennya sekarang ini ternyata membahas tentang Fakta dan Mitos," kata Indro.

"Emmmm," kata Kasino.

Kasino dan Indro terus menonton Tv dengan baik.

"Kalau pake kemampuan Dono yang bisa mendengarkan Roh. Maka bisa tahu tentang kebenaran....tentang penyakit covid-19, ya ada atau tidak gitu. Gimana Kasino?!" kata Indro.

"Dono kan males membahas tentang Roh. Jadi tidak boleh di bahas!" kata Kasino.

"Kalau begitu aku hanya harus mengikuti keadaan saja. Sebagai penonton yang baik saja!" kata Indro.

"Lebih baik begitu kan. Ya sudahlah tidak perlu di bahas lagi. Fokus nonton Tv!" kata Kasino.

"Iya," kata Indro.

Indro dan Kasino fokus nonton Tv. Acara Tv yang di tonton tetap masih berita ini dan itu...pokoknya menarik di tonton gitu. Dono masih asik baca bukunya.

KUCING BERSEPATU BOT

Amar di ruang tengah, ya selesai nonton film kartun di Tv. Amar mengambil buku di meja, ya buku yang Amar pinjam dari temannya Irwan. Amar membaca buku tersebut dengan baik.

Isi buku yang di baca Amar :

Di sebuah tempat bernama Provence, tinggalah seorang pemilik penggilingan padi. Ia memiliki tiga anak laki-laki. Sebelum ia meninggal, ia mewariskan penggilingannya untuk putra sulungnya, seekor keledai untuk putra kedua, dan seekor kucing untuk putra bungsunya.

“Kedua kakakku akan hidup enak dengan warisan itu,sedangkan aku? Aku pasti akan hidup susah dengan seekor kucing yang tak berguna ini,” gerutu si bungsu, kesal.

“Oh tuanku, janganlah kau bersedih. Aku janji, aku akan berguna untukmu. Percayalah kepadaku,” kata si kucing, menghibur si bungsu.

“Terserah kau saja, yang pasti jangan sampai kau menyusahkanku!” seru si bungsu, memperingatkan kucingnya.

“Tentu saja, tuanku. Aku akan berguna jika kau mau memberiku sebuah karung dan sepasang sepatu bot. Kau pasti akan senang nantinya,” ujar Si kucing.

“Baiklah, aku akan menuruti keinginan konyolmu itu,” gerutu si bungsu, lalu pergi untuk membeli sepatu bot dan sebuah karung.

Beberapa saat kemudian, si kucing sudah mengenakan sepatu botnya sambil membawa karung. Setelah pamit dengan tuannya, ia menuju ke sebuah bukit rumput. Dia meletakkan dedaunan segar di dalam karung dan membiarkan karung itu terbuka. Ia lalu bersembunyi di sebuah semak-semak. Tak lama kemudian, seekor kelinci muncul. Olala, kelinci itu masuk ke dalam karung rumput itu. Dengan perasaan gembira, kucing itu segera mengikat karung itu, kemudian pergi membawanya ke istana.

“Yang Mulia, saya membawakan sebuah hadiah dari tuanku, Marquis de Carabas. Semoga engkau menyukainya,” ucap si kucing sambil memberikan hasil tangkapannya.

Raja pun sangat senang mendapatkan hadiah itu. Hal tersebut berlangsung selama satu minggu. Kucing itu selalu membawa hasil tangkapan untuk raja. Ia juga selalu mengatakan bahwa hadiah itu adalah pemberian tuannya yang bernama Marquis de Carabas. Tentu saja raja merasa gembira.

“Izinkan aku untuk menemui tuanmu besok. Aku sangat penasaran dengan tuanmu yang bernama Marquis de Carabas itu. Aku pun ingin mengucapkan terima kasih atas hadiahnya. Aku akan mengajak putriku ikut denganku,” ujar raja kepada kucing.

Si kucing pun sangat senang. Ia tak menyangka jika rencananya akan berhasil. Ia sudah tidak sabar menunggu esok hari. Ia ingin segera melihat wajah bahagia tuannya. Wah, ia kucing yang baik, bukan?. Keesokan paginya, si kucing membangunkan si bungsu. Namun, si bungsu masih tidur dengan pulas. Ia juga masih enggan membuka matanya,

“Ayolah, tuanku! Cepat bangun! Kalau tidak, kau pasti akan terlambat!” seru si kucing.

Si bungsu tetap tidak mau membuka matanya. Rupanya, hari ini raja akan datang mengunjungi tuan si kucing. Si kucing pun tidak menyerah begitu saja untuk membawa tuannya. Dengan susah payah, ia menyeret tuannya keluar. Tak lama kemudian, mereka berdua sampai di tepi danau. Si bungsu terkejut mendapati kucingnya membawanya ke tepi danau. Tak hanya itu, si kucing juga menyuruhnya untuk melepaskan pakaiannya dan melompat ke dalam air.

“Bila kau mendengar suara kereta kuda, berteriaklah dan mencepuk-cepuk. Berpura-puralah kau tidak bisa berenang,” perintah si kucing.

Si bungsu pun melakukan semuanya, meskipun ia sendiri masih sangat bingung.

“Tolong, tuanku Marquis de Carabas tenggelam!” seru si kucing.

Raja yang mendengar teriakan si kucing, langsung memerintahkan pelayannya untuk menolong si bungsu. Kemudian, si bungsu mendapatkan baju ganti yang sangat bagus. Raja pun mempersilakannya untuk naik ke kereta kuda. Olala, raja terlihat sangat senang karena akhirnya ia bertemu dengan Marquis de Cara-bas.

Putri raja pun tak kalah senang. Sepertinya ia terpesona dengan Marquis de Carabas. Setelah lama berbincang-bincang, raja memutuskan untuk membawa Marquis de Carabas ke istananya. Ia lalu menceritakan semua perbuatan si kucing.

“Kucingku sengaja merencanakan semuanya agar aku bisa tinggal di istana. Sungguh, ia sangat baik,” batin si bungsu.

Beberapa hari kemudian, raja menikahkan putrinya dengan si bungsu. Alangkah bahagianya si bungsu. Ia pun sangat berterima kasih kepada si kucing. Sementara itu, kedua kakak si bungsu turut berbahagia atas kesuksesan adik mereka menjadi seorang pangeran.

***

Amar berhenti membaca bukunya.

"Cerita yang bagus, ya asal cerita asalnya dari Prancis di tulis di buku," kata Amar.

Amar membaca hikmah dari cerita Kucing Bersepatu Bot "Sayangilah binatang. Agar binatang itu juga menyayangi kita. Membuat teman selalu bahagia itu menyenangkan. Jadi berbuatlah kebaikan dengan agar temanmu senang!"

Amar memahami hikmah dari cerita yang baru ia baca. Amar menutup buku.

"Belajar ah. Dengan belajar aku menjadi anak yang pintar," kata Amar.

Amar membawa beranjak dari duduknya di ruang tengah, ya membawa bukunya. Amar ke kamarnya untuk belajarlah, ya mengulas pelajaran yang telah di berikan padanya di bangku sekolah sama guru.

MARSA DAN BERUANG

Ziva ingin main ke rumah Lyodra. Ziva pun izin sama Ibu.

"Ibu. Ziva main ke rumah Lyodra," kata Ziva.

"Pulang jangan ke malaman ya!" kata Ibu.

"Iya Ibu," kata Ziva.

Ziva telah dapet izin main, ya segera keluar dari rumah. Ziva berjalan menuju rumah Lyodra. Selang berapa saat. Ziva sampai di rumah Lyodra. Ya Lyodra ada di rumah sih, jadi menyuruh Ziva masuk di rumah. Keduanya pun sepakat untuk bermain bonekaan sampai belajar bernyanyi dengan karokean gitu karena cita-cita keduanya ingin menjadi penyanyi terkenal gitu yang di puja-puja banyak penggemar. Sampai waktunya istirahat dari bernyanyi di karokean. Ziva mengambil buku di meja dan segera di baca dengan baik.

Isi buku yang di baca Ziva :

Di sebuah desa, ada seorang kakek yang tinggal bersama cucunya. Cucunya bernama Masha. Suatu hari, Masha ingin pergi ke hutan untuk mencari jamur. 

“Jangan pergi terlalu lama. Cepatlah pulang,” pesan si kakek.

Masha terus berlari ke hutan tanpa mempedulikan ucapan si kakek. Sesampainya di hutan, Masha memetik jamur. Karena terlalu asyik berjalan memetik jamur, Masha tersesat. Ketika sedang mencari jalan pulang, Masha melihat sebuah gubuk. Dia pun segera membuka pintu gubuk itu. Karena kelelahan, Masha pun tertidur. Pondok itu sebenarnya milik beruang. Ketika beruang pulang, dia terkejut melihat ada manusia di rumahnya.

“Sejak hari ini kau harus bekerja untukku. Kau harus membersihkan rumah, memasak, dan mencuci,” kata beruang. 

Masha pun menurut. Suatu hari, Masha membuat sebuah kue. 

“Beruang yang baik, aku ingin sekali memberikan kue ini untuk kakekku,” kata Masha.

“Kau tidak boleh pergi. Biar aku saja yang akan mengantarkannya,” kata beruang.

“Baiklah, tapi kau harus janji tidak akan memakan kue ini. Aku akan mengawasimu dari atas pohon,” kata Masha.

Akhirnya, beruang pergi ke desa. Diam-diam, Masha bersembunyi di dalam keranjang kue. Di tengah perjalanan, beruang merasa lapar. Dia berencana untuk memakan sedikit kue yang dibawanya. 

Ketika akan membuka keranjang, Masha langsung berteriak, “Kau tidak boleh makan kuenya! Aku mengawasimu, Beruang!”

Beruang pun tidak jadi memakan kue itu. Dia melanjutkan perjalanan ke desa. Sesampainya di depan rumah Masha, seekor anjing menyerang beruang itu. Mendengar keributan, kakek Masha segera keluar rumah. Melihat hal itu, Masha pun segera keluar dari keranjang. Dia berlari memeluk kakeknya. Masha menangis  sambil meminta maaf karena tidak mendengarkan nasihat kakek.

“Syukurlah kamu sudah kembali," kata kakek sambil memeluk Masha.

Sejak saat itu, Masha menuruti nasihat kakeknya dan lebih berhati-hati lagi kalau mencari jamur di hutan.

***

Ziva berhenti baca bukunya.

"Cerita yang bagus. Di tulis di buku dari Rusia," kata Ziva.

Ziva terus membaca pesan moral yang di tulis di buku "Patuh Nasihat Orangtua. Patuhilah nasihat orangtua. Saat bermain, jangan pergi terlalu jauh. Jika sudah waktunya pulang, maka kalian harus cepat pulang."

Ziva memahami buku yang ia baca dengan baik dan buku di taruh di meja. Hari sudah sore, ya menjelang magrib.

"Aku keasikan main. Aku pulang ke rumah bisa kemalaman ini mah," kata Ziva.

Ziva pamitan sama Lyodra untuk pulang. Ya di persilakan sama Lyodra. Ziva segera berjalan cepat menuju rumahnya. Sedang Lyodra membereskan semuanya setelah bermain agar ibu tidak marah. Ziva berhenti berjalan. Dono yang berada di atas motor melihat Ziva dan menghampirinya.

"Ziva naik motor. Mas anter pulang ke rumah!" kata Dono menawarkan dirinya jadi ojek untuk Ziva.

"Iya. Mas Dono," kata Ziva.

Ziva naik motor, ya duduk di belakanglah. Dono membawa motor dengan baik. Selang beberapa saat sampai di rumah Ziva.

"Terimakasih Mas Dono," kata Ziva.

"Iya," kata Dono.

Dono segera meninggalkan tempat tersebut, ya membawa motornya dengan baik menuju arah pulang ke rumah. Ziva, ya masuk rumah dan segera berbenah diri dengan baik. Setelah itu. Nonton Tv bersama ibu di ruang tengah. Ayah masih sibuk dengan kerjaanya di ruang kerja.

CAMPUR ADUK

MUMBAI XPRESS

Malam gelap bertabur bintang di langit. Setelah nonton Tv yang acara sepak bola. Budi duduk dengan santai di depan rumahnya sedang baca cerp...

CAMPUR ADUK