CAMPUR ADUK

Saturday, October 9, 2021

HIDUP BEGINI-BEGINI SAJA

Budi dan Eko duduk di depan rumah Eko, ya sambil menikmati minum kopi dan makan gorengan.

"Hidup rasanya begini-begini saja," kata Budi.

Budi mengambil tempe goreng, ya serta cabe rawit di piring, ya tempe goreng dan jugs di makan Budi lah.

"Hidup begini-begini rasanya karena Budi masih sendiri. Kalau sudah punya cewek, ya rasanya hidup ini ada artinya," kata Eko.

Eko mengambil bakwan goreng, ya serta cabe rawit di piring, ya bakwan goreng dan cabe rawit di makan Eko lah.

"Memang sih. Kalau sudah punya cewek, ya hidup ini ada artinya. Ya aku masih jomlo, ya lagi berusaha dengan baik mendapat cewek yang jadiin pacar, " kata Budi.

"Ada cerita. Kalau salah memilih cewek,  ya hidup jadi ya kecewa," kata Eko. 

"Memang sih Eko. Ada cerita. Kalau salah milih cewek, ya hidup jadi ya kecewa. Sebaliknya juga dengan cewek salah memutuskan cowok jadi kekasih, ya jadi ya hidup ini penuh dengan derita banget, ya kecewa. Cerita kenyataan, ya sinetron sampai film," kata Budi. 

"Pilih cewek yang punya akhlak yang baik, ya agar tidak kecewa," kata Eko. 

"Memang sih pilih cewek yang akhlaknya baik, ya agar tidak kecewa. Kaya Eko memilih cewek dari akhlaknya, ya Purnama, ya jadinya pilihan Eko baik, ya tidak ada rasa kecewa," kata Budi. 

"Itu pun aku, ya doa dan usaha dengan baik, ya sampai akhirnya keputusan ku tepat memilih Purnama, ya tetap aku harus membimbing dan menjaganya dengan baik karena aku pemimpin, ya suatu saat menjalankan rumah tangga," kata Eko. 

"Urusan cinta tetap saja ada ujiannya," kata Budi. 

"Memang sih. Urusan cinta itu ada ujiannya dari hal kecil sampai hal besar, ya sampai putus karena kesalahan orang lain atau kesalahan diri sendiri," kata Eko. 

Eko mengambil gelas yang berisi kopi di meja, ya di minumlah kopi dengan baik. 

"Kebanyakan kesalahan diri sendiri. Keegoisan diri yang tidak di sadari, ya menyatakan benar padahal salah," kata Budi. 

Budi mengambil gelas berisi kopi di meja, ya di minum dengan baik kopi. Eko menaruh gelas berisi kopi di meja. 

"Ego. Kenyataannya memang," kata Eko. 

Budi menaruh gelas berisi kopi di meja. 

"Karena...egolah. Urusan cinta jadi busuk seperti buah yang terlihat bagus di luar ternyata di dalamnya busuk," kata Budi. 

"Emmm," kata Eko. 

"Oooo iya Eko gimana dengan bantuan pemerintahan untuk orang-orang menjalankan usaha kecil, ya berita di Tv lah?!" kata Budi. 

"Sebagai pemuda yang lulusan SMA sih, ya bagus saja sih bantuan dari pemerintahan untuk orang yang menjalankan usaha kecil," kata Eko. 

"Aku dan Eko, ya lulusan SMA. Menanggapi berita di Tv tentang orang-orang yang mendapatkan bantuan pemerintahan, ya usaha kecil, ya bagus sih," kata Budi. 

"Kadang di pikir dengan baik. Lulusan SMA memang omongannya di denger sama pejabat, ya sebagai masukan atau pujian dari kerjaan pemerintahan yang baik. Malahan yang lebih banyak lulusan Universitas karena kemampuannya dapat meneliti ini dan itu dengan baik," kata Eko. 

"Iya sih Eko. Lulusan SMA, ya ilmunya masih kurang dari lulusan Universitas. Ya kurang di denger sama pejabat pemerintahanlah," kata Budi. 

"Karena keadaanlah. Aku tidak melanjutkan pendidikan, ya padahal ingin sih melanjutkan pendidikan untuk meningkatkan kemampuan ku, ya mengikuti perkembangan zaman," kata Eko. 

"Aku mengerti keadaan Eko. Kalau sih Eko, ya tidak ingin melanjutkan pendidikan. Sudah cukup aku lulusan SMA dan juga sudah mendapatkan kerjaan yang baik, ya walau gajinya kecil, ya aku bersyukur dengan baik," kata Budi. 

"Aku sama dengan Budi, ya syukur sudah kerja dan juga gaji kecil. Kadang ada sih harapan mengubahnya, ya agar jadi orang kaya dengan cepat," kata Eko. 

"Tetap berdoa dan usahakan Eko, ya agar harapan tercapai," kata Budi. 

"Berdoa dan berusaha, ya agar segala hal yang di harapan jadi menyatakan dengan baik," kata Eko. 

"Main catur saja!" kata Budi. 

"Ok. Main catur!" kata Eko. 

Eko mengambil papan catur di bawah meja, ya di taruh di atas meja papan catur. Eko dan Budi menyusun dengan baik, ya bidak catur di atas papan catur. Keduanya main catur dengan baik. 

MENGIKUTI PERUBAHAN ZAMAN

Budi duduk di depan rumahnya sedang main gitar dan bernyanyi, ya sambil minum kopi dan juga makan gorengan. 

Lirik lagu yang di nyanyikan Budi dengan judul 'Ngobrol Di Warung Kopi' :

Nongkrong di warung kopi
Nyentil sana dan sini
Sekedar suara rakyat kecil
Bukannya mau usil
Sambil minum kopi ngobrol sane-sini
Sambil ngaduk-ngaduk kopi
Eh jangan bawa ke hati (ke jantung bolehlah)
Boleh kita berbeda pilih pemimpin (asal yang bener)
Tapi kalau NKRI sudah harga mati (gak bisa ditawar)
Nongkrong di warung kopi
Nyentil sana dan sini
Sekedar suara rakyat kecil
Bukannya mau usil
Hai kau pemuda, ayo naik kuda (dari pada naik odong-odong)
Hai kau pemudi, boleh juga nyoba (ya nyoba odong-odong)
Mari kita bersatu
Serta waspada
Mengobarkan semangat perang
Melawan narkoba (setuju, koruptor juga ya)
Nongkrong di warung kopi
Nyentil sana dan sini
Sekedar suara rakyat kecil
Bukannya mau usil
Bukannya mau usil

***

Abdul sampai di rumah Budi, ya markirkan motornya dengan baik di halaman depan rumah Budi lah. Abdul duduk dengan baik. Budi telah selesai menyanyi dan main gitarnya.

"Budi. Eko main kesini?!" kata Abdul.

"Eko lagi ada urusan dengan Purnama, ya biasa urusan cinta. Apalagi hari ini malam minggu," kata Budi.

"Oooo Eko ada urusan sama Purnama," kata Abdul.

"Gimana dengan kerjaan mu Abdul?!" kata Budi.

"Baiklah," kata Abdul.

"Gimana dengan keamanan di pasar?!" kata Budi.

"Keamanan di pasar sih di jaga dengan baik sih. Tujuannya jaga-jaga dari orang-orang belinger gitu, ya berbuat kejahatan dari mencuri dan menipu," kata Abdul.

"Oooo iya Abdul. Yang dagang di pasar, ya ruko gitu. Masih kebanyakan orang cina?!" kata Budi.

"Bertahun-tahun kerjanya orang cina kan dagang di kota Bandar Lampung, ya ruko di pasar gitu. Hasil kerja keras mereka orang cina yang kerja dagang kan ada yang punya rumah mewah, ya di kawan perumahan elit, ya kawasan orang cina lah. Kebiasaannya orang cina," kata Abdul.

"Orang cina itu ada yang baik dan buruk kan...Abdul?!" kata Budi.

"Ya iyalah. Orang cina itu ada yang baik dan buruk. Sama aja dengan kita yang masih di bilang suku pribumi. Ya ada yang baik dan ada yang buruknya," kata Abdul.

"Jadi yang membentuk orang jadi baik, ya didikan orang tua berdasarkan agama yang di anut dengan baik kan Abdul?!" kata Budi.

"Ya iyalah. Untuk membentuk orang jadi baik, ya awalnya sih didikkan orang tua dari dasar agama sih," kata Abdul.

"Pergaulan yang membuat orang jadi liar, ya lupa diri," kata Budi.

"Memang pergaulan yang buruk yang membuat orang menjadi liar, lupa diri. Jadinya melanggar aturan dari aturan yang ada di tetapkan di masyarakat untuk kebaikkan bersama," kata Abdul.

"Ngopi nggak Abdul?!" kata Budi.

"Ada lain enggak tawaran minumnya," kata Abdul.

"Ada sih. Susu, teh, dan minum rasa-rasa gitu," kata Budi.

"Minum yang rasa-rasa saja!" kata Abdul.

"Rasa apa yang mau?!" kata Budi.

"Jeruk saja!" kata Abdul.

"Ok!" kata Budi.

Budi beranjak dari duduknya masuk ke dalam rumah, ya bawa gitar sih dan gitar di taruh di meja ruang tamu. Abdul mengambil tahu goreng di piring bersama cabe rawit, ya di makanlah dengan baik tahu goreng dan cabe rawit. Budi membuat minuman dengan rasa jeruk di dapur. Minuman rasa jeruk jadi, ya di bawa ke depan rumah. Di depan rumah, ya Budi menaruh minuman rasa jeruk di meja.

"Minuman mu Abdul!" kata Budi.

"Iya," kata Abdul.

"Oooo iya Abdul. Gimana tentang usaha orang yang menjalankan usahanya dengan jaringan online?!" kata Budi.

"Usaha yang kaitan dengan jaringan online, ya bagus sih. Barang di antar sampai tujuan dan barang itu sesuai dengan pesan online gitu," kata Abdul.

Abdul mengambil gelas minuman rasa jeruknya di meja, ya di minum dengan baik.

"Bagus toh. Usaha yang kaitan dengan jaringan online di kota Bandar Lampung ini," kata Budi.

Abdul menaruh gelas minumannya di meja.

"Kerjaan sekarang sih, online ini dan itu. Mengikuti perubahan zaman sih," kata Abdul.

"Majunya suatu kota, ya harus mengikuti perubahan zaman. Teknologi ini dan itu," kata Budi.

"Emmmm," kata Abdul.

"Ya sudahlah. Lebih baik main catur saja!" kata Budi.

"Ok main catur!" kata Abdul.

Budi mengambil papan catur di bawah meja, ya di taruh di atas meja papan catur. Budi dan Abdul, ya menyusun dengan baik bidak catur di papan catur. Keduanya main catur dengan baiklah.

CAMPUR ADUK

MUMBAI XPRESS

Malam gelap bertabur bintang di langit. Setelah nonton Tv yang acara sepak bola. Budi duduk dengan santai di depan rumahnya sedang baca cerp...

CAMPUR ADUK