CAMPUR ADUK

Wednesday, May 7, 2025

AMERICAN PASTORAL

Malam hari, ya keadaan lingkungan sekitar rumah Budi baik gitu. Setelah nonton Tv yang acaranya menarik dan bagus tentang seni dan kebudayaan Cirebon gitu, ya seperti biasa sih....Budi duduk santai di depan rumahnya dengan baik sambil menikmati minum kopi dan makan singkong goreng gitu.

"Baca cerpen saja!" kata Budi.

Budi mengambil buku di bawah meja, ya buku di buka dengan baik dan cerpen di baca dengan baik gitu.

Isi cerita yang di baca Budi :

Pada tahun 1996, pada reuni ke-45 angkatan '51 di SMA Weequahic di Newark, New Jersey, penulis Nathan Zuckerman bertemu dengan salah seorang teman lamanya, Jerry Levov. Mereka berbincang tentang kakak laki-laki Jerry, mantan atlet bintang all-state Seymour "Swede" Levov, angkatan '44, yang baru saja meninggal setelah sakit lama.

Kisah ini bermula ketika seorang pemuda Swedia membujuk ayahnya, raja pembuat sarung tangan Lou Levov, untuk mengizinkannya menikahi kekasih masa SMA-nya, kontestan Miss America tahun 1947 dari New Jersey, Dawn Dwyer. Lou merasa skeptis karena Swede beragama Yahudi dan Dawn adalah penganut Katolik Roma yang taat, tetapi kekuatan dan kejujurannya memengaruhinya. Mereka memiliki seorang putri, Meredith ("Merry"), dan menetap di kota Old Rimrock, tempat mereka membeli sebuah lahan pertanian, dengan Swede menempuh perjalanan sejauh 30 mil ke pabrik sarung tangan Newark.

Merry yang cerdas dan unik berjuang melawan masalah gagap, dan sangat terpengaruh saat berusia 12 tahun oleh aksi bakar diri Thích Quang Duc pada tahun 1963. Saat Merry mencapai sekolah menengah, ia semakin radikal terhadap anarkisme, saat Perang Vietnam berkecamuk, dan sering pergi ke Kota New York untuk mengambil bagian dalam protes antiperang. Ketika Merry menyerang selama kerusuhan Newark 1967, Swede mendesaknya untuk menyalurkan energinya untuk memprotes perang dari dekat rumah. Beberapa hari kemudian, kantor pos dan toko kecil di kota itu dihancurkan oleh bom, menewaskan pemiliknya.

Merry menghilang dan menjadi tersangka utama FBI, meskipun Swede dan Dawn yakin dia tidak bersalah atau, jika terlibat, dipaksa bertindak oleh para radikal tua yang ditemuinya di New York. Swede dan Dawn mengunjungi Penny Hamlin, istri pemilik toko yang terbunuh, untuk meminta maaf. Setelah Swede tidak berhasil memburu FBI untuk mendapatkan informasi tentang keberadaan Merry, mahasiswa Sekolah Bisnis Wharton berusia 22 tahun Rita Cohen mengunjungi pabrik tersebut, yang konon sedang mengerjakan laporan untuk kelas bisnis. Rita memberi tahu Swede informasi yang dapat dipercaya tentang Merry, mengisyaratkan bahwa dia mengetahui keberadaan Merry, lalu memintanya untuk menemuinya di sebuah hotel dengan uang tunai $10.000.

Swede bertemu Rita di kamar hotel, tetapi menolak mentah-mentah usahanya yang jahat untuk merayunya. Rita kabur membawa uang itu dan tidak meninggalkan informasi lebih lanjut mengenai Merry. Ketegangan akibat hilangnya Merry akhirnya menyebabkan Dawn mengalami gangguan saraf. Setelah perawatan, Dawn berusaha melakukan operasi plastik dan mulai berselingkuh dengan tetangganya. Ia memberi tahu Swede bahwa Merry telah menghancurkan kehidupan mereka sebelumnya, dan mencoba membuat Swede melupakan Merry sehingga mereka dapat memulai hidup baru.

Pada tahun 1970, Swede melihat Rita di jalan New York City. Rita membawanya ke daerah kumuh Newark tempat Merry sekarang tinggal. Selama dua kunjungan singkat, Merry mengaku kepada Swede bahwa dia membuat dan menanam total 3 bom, menewaskan 4 orang. Dia bercerita tentang bagaimana dia kemudian meluncur ke bawah tanah, di mana dia dirampok dan diperkosa. Dia telah menarik diri dari masyarakat, dan mempraktikkan asketisme ekstrem dalam agama Jain India, yang oleh Swede dikaitkan dengan penebusan dosanya. Dalam ketenangan gaya hidupnya yang tidak terawat dan sederhana, kegagapannya telah berhenti. Dia tidak memiliki keinginan untuk kembali ke rumah, dan mengatakan bahwa jika dia mencintainya, dia akan membiarkannya. Tahun-tahun berlalu ketika Swede sesekali kembali untuk berdiri di luar rumah kosong tempat dia terakhir kali menemukan Merry tanpa pernah melihatnya lagi.

Saat ini, di pemakaman Swede, Nathan merenungkan bahwa kita tahu kita masih hidup saat kita menyadari bahwa "sepanjang waktu... kita salah" tentang asumsi kita "tentang semua orang". Saat para pelayat pergi, Merry yang sudah setengah baya dan sudah bersih datang, berjalan melewati paman dan ibunya tanpa suara saat dia berjalan ke makam Swede.

***

Budi selesai baca cerpen yang ceritanya bagus, ya buku di tutup dan buku di taruh di bawah meja gitu.

"Emmm," kata Budi.

Budi menikmati minum kopi dan makan singkong goreng gitu. Eko datang ke rumah Budi, ya motor Eko di parkirkan di depan rumah Budi gitu. Eko duduk dengan baik dekat Budi. Yaaa di meja memang Eko melihat dengan baik ada anglo kecil di atasnya ada tekok kaleng seperti biasa isinya air panas, yaaa piring yang ada singkong goreng gitu, yaaa mainan mobilan dari kardus gitu.

"Mainan mobilan," kata Eko.

"Emmm," kata Budi.

Eko mengambil mainan mobil gitu.

"Budi...buat mainan mobil Damkar yang terbuat dari kardus, ya Budi?" kata Eko.

"Iya Eko....aku buat mainan mobil Damkar yang terbuat dari kardus," kata Budi.

Eko memeriksa dengan baik mainan mobil Damkar gitu.

"Bagus...mobil mainan buatan Budi!" kata Eko.

"Terima kasih Eko atas pujiannya!" kata Budi.

"Emmm," kata Eko.

Eko menaruh mainan mobil Damkar di meja gitu.

"Kenapa Budi buat mainan mobil Damkar?" kata Eko.

"Kenapa aku buat mainan mobil Damkar? Yaaa karena film, sinetron, dan berita Tv berkaitan dengan mobil Damkar gitu," kata Budi.

"Ooo begitu toh...karena film, sinetron, dan berita Tv yang berkaitan dengan mobil Damkar toh jadi Budi membuat dengan baik mainan mobil Damkar," kata Eko.

"Emmm," kata Budi.

"Film dan sinetron berkaitan dengan mobil Damkar, ya ceritanya bagus sih," kata Eko.

"Nama juga film dan sinetron, ya pastinya ceritanya bagus," kata Budi.

"Seperti biasa sih....Budi membuat mainan mobil Damkar, ya nilai kreatifitas Budi!" kata Eko.

"Memang nilai kreatifitas aku!" kata Budi.

"Ada kemauan pasti bisa membuat mainan yang di sukai," kata Eko.

"Omongan Eko...benar sekali!" kata Budi.

"Emmm," kata Eko.

"Emmm," kata Budi.

"Main kartu gaplek saja Budi!" kata Eko.

"Okey main kartu gaplek!" kata Budi.

Budi mengambil kartu gaplek di bawah meja, ya kartu gaplek di kocok dengan baik dan kartu gaplek di bagikan dengan baik gitu. Eko dan Budi main kartu gaplek dengan baik gitu.

CAMPUR ADUK

SHEHZADA

Malam hari, ya keadaan lingkungan sekitar rumah Budi baik gitu. Setelah nonton Tv yang acara menarik dan bagus Kontes Swara Bintang di chene...

CAMPUR ADUK