Bola energi berwarna emas terbang di langit malam seperti kunang-kunang. Saat itu Awin sedang berjalan dan melihat bola energi. Sontak Awin mengejarnya dengan cepat bola energi sampai ke sebuah rumah tua. Dengan perlahan-lahan Awin masuk ke dalam rumah tua. Bola energi masuk ke dalam sebuah kotak. Awin langsung menutup kotak kecil tersebut.
"Saya bisa kaya dengan makluk di dalamnya," celoteh Awin.
Awin pun membawa kotak kecil di bawa keluar dari rumah tua. Tapi tiba-tiba ada seorang Bapak-Bapak memergokin Awin keluar dari rumah.
"Kamu...maling...ya?" tanya Bapak-Bapak penjaga rumah.
"Sial...........kayanya kena...batu saya karena ulah saya yang sedikit nakal," gerutu Awin.
Awin diam di tempat. Bapak-Bapak penjaga rumah mendekati Awin. Lalu Awin berpikir pendek.
"Ah...bodok...ah.......yang penting saya kabur," gerutu Awin.
Awin berlari dengan sekuat tenaga.
"Wah....bener...maling," teriak Bapak-Bapak penjaga rumah.
Sontak Bapak-Bapak penjaga rumah mengejar Awin. Lalu Awin membelok di satu gang kecil dan masuk ke dalam rumah yang rimbun dengan pepohonan.
" kayanya saya aman di sini," celoteh Awin dengan suara kecil.
Bapak-Bapak penjaga rumah mencari Awin kesana-kesini. Tapi hal hasil tidak menemukan Awin.
"Sembunyi ke mana anak itu...," gerutu Bapak-Bapak penjaga rumah.
Bapak-Bapak penjaga rumah langsung pergi ke jalan yang lain. Awin duduk diam sampai ketiduran. Hari pun berganti pagi Awin bangun.
"Loh...saya..ketiduran toh di sini sampai pagi," kata Awin.
Awin bergerak keluar dari taman dan menuju jalan utama. Terlihat orang sekitar sibuk dengan aktivitasnya. Awin dengan santai membawa kotak yang berisi bola energi sampai rumah. Selang berapa saat sampai di kontrakannya. Lalu Awin melihat Ibu pemilik kontrakan sudah setembai di depan pintu rumah kontrakan Awin.
"Saya..lupa hari ini..........waktu untuk bayaran....uang kontrakan. Tapi saya....belum punya uang. Lebih baik kabur ah. Hidup di kota Jakarta kalau gak ada sanak famili...ya gelandangan deh," kata Awin.
Awin pun berbalik arah menuju sebuah tempat yang sepi yang cukup jauh dari tempat kontrakannya. Selang berapa lama Awin melihat sebuah gubuk kecil. Dengan perlahan-lahan Awin menuju gubuk kecil di lahan yang tertutup. Tak di sangka dan di duga. Awin melihat ada orang di dalam gubuk. Awin dengan hati-hati mengintip dari balik gubuk.
"Haaaaaaa......mesummmmmmmmmmmmmmmm," kata terkejut Awin.
Awin lupa dan langsung menutup mulut dengan tangan kanan.
"Siapa yang berteriak..itu...?" kata pria.
"Kacau...warga....," kata wanita.
Awin tetap diam di samping gubuk. Pria dan wanita keluar dari gubuk, lalu pergi dengan cepat meninggalkan tempat tersebut. Awin mendengarkan langkah mereka pergi. Makin lama makin menjauh pria dan wanita dari gubuk. Awin bangun dari persembunyiannya dan melihat pria dan wanita terlihat kacau.
"Bener-bener dunia sudah...rusak. Orang nikah gampang. Eh...malah main yang haram.....lebih banyak di lakukan orang berpikir pendek. Orang gila lebih banyak di dunia ini," gerutu Awin.
Awin langsung duduk di sebuah kursi tua. Lalu membuka kotak berisi bola energi. Tiba-tiba terlihat seekor makluk berwarna emas. Awin mencoba untuk memegang makhuk tersebut. Ternyata sang makluk terbangun dan mencoba untuk terbang. Dengan cepat Awin menangkapnya dengan tangan kanannya.
"Mau...lari kemana?," kata Awin.
"Lepaskan...saya...," kata makluk berwarna emas.
"Haaaaa.., kamu bisa bicara....?," tanya Awin.
"Ia...saya..bisa bicara....cepat lepaskan saya. Nanti saya kabulkan permintaan kamu," kata makluk berwarna emas.
"Beneran.......," kata Awin.
"Iya...," saut makluk berwarna emas.
Awin membuka tangan kanannya. Makluk berwarna emas langsung duduk diam di tangan Awin.
"Cepat sebutkan permintaan kamu...., tapi cuma...satu.....saja. Karena saya banyak-banyak saya akan di hukum oleh para Dewa," kata makluk berwarna emas.
"Tunggu...dulu...Dewa...apa saya gak salah denger.......?," tanya Awin.
"Ia...Dewa....Saya ini peri. Wujudnya aja kaya kumbang berwarna emas," kata makluk berwarna emas.
"Kalau...begitu...nama kamu siapa?," tanya Awin.
"Peri.....Nila," katanya dengan tegas.
"Nila..toh. Nama saya Awin," katanya dengan lembut sekali.
"Ya..udah....Awin salam..kenal...cepat.......satu permintaan saja," kata Nila.
"Apa...ya.............? oh...ini saja uang 1 Milyar aja deh," kata Awin.
"Hanya 1 Milyar aja. Sama dengan kontes dangdut yang lagi di perebutkan. Ah..urusan mudah buat kaum seperti...saya mengabulkannya," kata Nila.
Dengan kemampuan sihir Nila memunculkan uang 1 Milyar di dalam koper di atas kursi. Awin pun terkejut dengan kemampuan Nila.
"Sekarang kamu buka koper itu!," perintah Nila.
"Baik," saut Awin.
Awin pun membuka koper dengan pelan-pelan. Telihat uang 1 Milyar.
"Waaw...kerennnn," kata Awin.
"Saya sudah mengabulkan permintaan kamu..jadi saya pergi dulu," kata Nila.
"Ya......sampai jumpa lagi Nila," kata Awin.
"Males...bertemu dengan kamu lagi.....," gerutu Nila sambil terbang ke langit berubah menjadi bola energi.
Awin pun menutup kopernya.
"Sekarang...saya..mau ngapain dengan uang ini ya. Begini saja saya nikahin aja Zaskia.......teman kontrakan saya sekalian bayar kontrakan sama Ibu pemilik kontrakan supaya urusan beres. Setelah itu buat usaha kedai makanan," kata Awin.
Awin bergegas dari gubuk di lahan yang tertutup. Selang berapa saat sampai di kontrakan. Awin segera menyelesaikan urusannya dengan Ibu pemilik kontrakan. Lalu melamar Zaskia. Selang satu minggu Awin dan Zaskia mengadakan pesta pernikahan dan seminggu berikutnya usaha kedai makan Awin di mulai.