CAMPUR ADUK

Saturday, August 10, 2019

MIMPI

Malam yang begitu tenang sekali. Dono sedang asik minum kopi buatannya sendiri sambil memandang langit yang cerah dan apalagi besok lebaran idul adha. Ya pastinya Dono....kurban kambing dan sudah di titipkan di mesjid. Bejo teman bermain Dono pun dateng main ke rumah Dono setelah dari masjid.

"Asalamualaikum," kata Bejo.

"Waalaikumsalam," jawab Dono.

"Silakan duduk....Bejo," kata Dono.

"Iya....," saut Bejo.

Bejo pun duduk kursi rotan.

"Bejo...mau minum apa?" tanya Dono.

"Gak....usah repot...Don. Saya kesini cuma main aja. Oh..iya. Kenapa buru-buru pulang. Padahal masih takbiran di mesjid?" kata Bejo.

"Saya...ngantuk. Jadi ya... pulang aja. Sampe rumah buat kopi agar tidak ngantuk," penjelasan Dono.

"Oh...begitu. Selama kamu di Jakarta...apa impinan kamu sudah di dapet semuanya?" tanya Bejo.

"Kenapa....nanya begitu?" kata Dono.

"Bukan maksud  menyinggung....sih. Saya ingin tahu pandangan kamu aja. Karena banyak cerita....bahwa banyak orang kandas dengan mimpinya ingin jadi ini dan itu....sampai percintaannya...juga?" penjelasan Bejo.

"Memang....iya...kenyataan hidup....seperti itu. Tapi...pinter bersikap dewasa...aja. Terkadang  mimpi yang diinginkan tidak bisa jadi kenyataan. Ada dua faktor : satu....diri dan kedua lingkungan masyarakat.... mendukung atau tidak...untuk mencapai mimpi tersebut jadi kenyataan. Sebenarnya...ujian berat. Mental harus kuat. Kalau ingin mendapatkannya," penjelasan...Dono yang singkat dan padat.

"Jadi berarti kamu Don pernah gagal, tidak bisa menggapai mimpi....kamu Don?" tanya Bejo.

"Iya. Yang paling utama. Cinta yang telah lama meninggalkan saya. Harapan tinggi. Mimpi bersamanya. Tapi keadaan bercerita lain. Maka itu...semua jadi kenangan saja," kata Dono.

"Cinta...yang paling ironis dalam hidup kamu...Don?" kata Bejo.

"Ya....begitulah. Sudah di pegang...pada akhirnya lepas. Tapi....rasa sedih itu  sudah hilang. Karena qodar...tidak bisa di lawan. Yang harus pergi ya...harus pergi. Tidak bisa di tunda-tunda," kata Dono.

"Jadi...semua di simpulkan hanya sekedar mimpi bersama orang yang di cintai," kata Bejo.

"Begitu..lah," kata Dono.

"Kalau...pekerjaan atau usaha...Don?" tanya Bejo.

"Mimpi tidak bisa selamanya di gapai. Malau di usahakan sekeras apapun tidak akan berhasil. Jawabnya....sudah qodar rezekinya. Tapi di usahakan di lingkungan lain berhasil. Qodar rezekinya bukan satu lubang....situ aja tapi di lubang yang lain. Maka pinter-pinter membaca kesempatan," cerita Dono.

"Jadi...harus mengerti jalan yang di jalani. Kadang bukan di situ rezeki kita tapi di tempat lain," Bejo mencoba memahami omongan Dono.

"Tepat sekali," saut Dono.

"Ya...udahlah saya...pamit pulang. Saya mau istirahat...besok sholat id baru deh potong hewan kurban. Asalamualikum," kata Bejo.

"Waalaikumsalam," jawab Dono.
Bejo pun beranjak dari duduk menuju pulang ke rumahnya. Dono pun lagi asik minum kopinya menikmati indahnya malam yang bertabur bintang. Dono pun merasa sedih tentang impiannya yang yang kandas dan punya harapan. 

"Seandainya...mimpi itu jadi kenyataan...hari ini saya masih bersamanya. Walau...di gantikan....rasa tetap berbeda. Cinta....susah untuk dilupakan. Kalau...urusan menggapai mimpi....yang lain sudahlah....berhasil. Pada hal impian saya...cuma jadi...penulis. Itu pun sudah...tercapailah. Mimpi yang sederhana....tidak ngoyo. Tidak seperti orang-orang mimpi setinggi langit tidak sesuai dengan takaran diri....," celoteh Dono.

Dono pun masuk rumah dan menutup pintu rumahnya. Duduklah Dono sambil menonton Tv dengan acara yang di pilihnya. Hp pun berbunyi dan segera Dono memeriksanya.

"W.A. dari Rara."

Dono segera menjawabnya dengan di kirim ke kekasihnya karena Rara ingin mengetahui keadaan kekasihnya aja "Ya...saya lagi santai di rumah".

Selang berapa saat di jawab oleh Rara lagi dan Dono membacanya "Rara juga. Salam...juga untuk Ibu dari Rara bahwa kangen masakan Ibu".

Dono pun membalesnya dan segera di kirim dengan baik "Ya... Mas..sampaikan ke Ibu..maunya Rara".

Rara pun menerima pesannya Dono dengan baik dan mengirim pesan lagi "Selamat malam Mas Dono".

Dono pun menjawabnya dengan mengetiknya dan mengirimkan pesan tersebut ke Rara "Malem juga adek".

Dono menyelesaikan hubungan jarak jauh bersama Rara lewat W.A. Dono pun melanjutkan nonton Tvnya. Lagi-lagi teringat orang yang lama meninggalkannya "Dulu...kalau ada Wulan....setiap lebaran selalu aja ada kiriman ke rumah ini. Kini Wulan gak...ada. Rasanya sepi banget. Di gantikan yang terbaik untuk jalan masa depan. Yang lama lebih baik....jauh lebih pengertian. Bener-bener ironis jalan cinta....saya".

Dono pun memutuskan untuk tidur di kamarnya dan mematikan Tv yang di tontonnya. Esok harinya. Dono bangun pagi-pagi sekali untuk melaksanakan sholat Id bersama warga lingkungan rumah Dono. Setelah menjalankan sholat Id...baru mulai potong hewan kurban. Kambingnya...Dono pun segera di atur untuk proses pemotongan hewan kurban. Bersama Bejo dan Ustad Arifin. Hewan kurban milik Dono di sembelih.

Semua bekerja sama dengan baik dalam proses penyembelihan hewan kurban. Singkat waktu. Daging sudah di berjejer di terpal untuk masukkan ke dalam pelastik dan menunggu warga sekitar untuk dateng untuk mengambil daging yang jadi hak mereka yang telah mendapatkan kupon dari mesjid.

Urusan tersebut berjalan baik. Sampai hari berganti menjadi malam. Daging kurban pun di olah Dono yang di simpannya di lemari Es...untuk di jadikan sate. Bejo, Selamet dan Tarjo teman masa kecil Dono main ke rumah dan sekalian ikut merasakan masakan sate kambing buatan Dono. Suasana lebaran Idul Adha berjalan dengan baik dan juga Dono bersyukur masih di beri umur panjang sama ALLoh SWT bisa menikmati kebersamaan di hari yang penuh berkah bersama orang-orang baik di kampung halaman.


Karya : No

CAMPUR ADUK

MUMBAI XPRESS

Malam gelap bertabur bintang di langit. Setelah nonton Tv yang acara sepak bola. Budi duduk dengan santai di depan rumahnya sedang baca cerp...

CAMPUR ADUK