CAMPUR ADUK

Wednesday, June 19, 2019

KASUS


Deni pagi-pagi ke kantor untuk menghadap komandan. Ternyata Deni telat dateng dan teman kerja Deni si Boni geleng-geleng kepala. Deni pun meminta maaf sama Boni karena ketelatan dirinya ke kantor. Boni memaafkan Deni dan langsung menghadap komandan Albret di ruangannya.

“Pagi …Pak,” kata Deni.

“Siang,” saut Albret.

Deni dan Boni duduk di kursi masing-masing dan komandan Albret memberikan file tentang penjahat yang harus di tangkap Deni dan Boni karena masuk daftar hitam kepolisian. Deni membaca dengan seksam file yang di berikan komandan Albret begitu juga Boni.

“Pak…..masalahnya orang ini ada kaitannya dengan elit politik. Bagaimana ini Pak….kayanya terlalu berat…kasus ini.”

“Bener….apa..omongan Deni? Karena terlalu riskan…ini Pak…bagi kepolisian mengungkap kasus mereka..ini. Malah bisa berbalik. Apalagi banyak mata-mata yang tersebar di pemerintahan untuk mengamankan kondisi elit politik ini.”

“Maka..itu..lah saya butuh kalian. Polisi yang sering menyamar di lapisan masyarakat. Kalian dianggap polisi bukan dianggap masyarakat ia. Lebih sering di sebut penjahat karena ulah kalian ini banyak masalah. Polisi…banyak pelanggaran di mana-mana. Untuk kalian dapet kasus ini..untuk membersihkan nama kalian di kepolisian. Kalau berhasil naik..pangkat. Kebiasaan bikin ulah. Naik pangkat susahkan. Yang baru masuk aja seperti Handoko yang junior kalian…eeee karena prestasinya banyak menyelesaikan kasus jadi senior kalian. Kasus ini harus bisa kalian selesaikan…sampe bukti-buktinya terkumpul dengan baik baru…target di tangkep.”

“Siap..komandan,” kata Deni dan Boni bersamaan langsung berdiri langsung hormat.

Setelah itu Deni dan Boni keluar dari kantor komandan Albret dengan membawa file tersangka yang harus di tangkap mereka berdua. Komandan Albret santai di dalam kantor telah memberi tugas Deni dan Boni dengan minum kopi hitam yang enak banget.

Deni dan Boni terus ngobrol di ruangan kepolisian sampe di luar untuk menyelesaikan kasus. Mau gak mau mereka jalan bareng dan naik mobilnya Deni. Sampai di sebuah kafe di pinggiran kota Jakarta berdasarkan informasi Deni yang tersebar lewat jaringannya di masyarakat untuk mengetahui target yang di incar adalah Dargo. Deni dan Boni mengawasi dari mobil.

Maunya Deni langsung masuk ke kafe menyergap menangkap Dargo, tapi Boni menyuruh menunggu di mobil agar tahu pergerakan selanjutnya Dargo mau ke mana. Dengan sabar menunggu di mobil Deni dan Boni mengawasi targetnya.

Keluar juga Dargo dari kafe dan masuk mobil pribadinya. Bergeraklah Dargo dengan mobil pribadinya. Deni dan Boni mengikuti dari belakang. Sampai di sebuah gedung pemerintahan Dargo memarkirkan mobilnya. Deni dan Boni pun juga. Dargo masuk ke dalam gedung pemerintah untuk menemui seseorang.

“Ah..benerkan..target ada kaitannya dengan elit politik..gimana Boni?”

“Ya..gimana lagi…harus segera kita selidiki.”

Deni dan Boni mau masuk ke dalam gedung pemerintahan dengan menyamar sebagai wartawan untuk mencari berita di pemerintahan tentang isu ini dan itu. Tapi Deni melihat gerak-gerik mencurigakan dari seseorang yang masuk kantor pemerintahan.

“Kaya….dari KPK…Boni.”

“Mana..Deni.”

“Itu orangnya yang pake baju dines tersebut…yang baru masuk, tapi nyamar. Gaya beda banget dengan anggota pemerintahan yang bekerja di gedung pemerintahan ini,” kata Deni tangannya menunjuk.

“Iya…,” saut Boni.

“Sekarang..misi di bagi dua. Kamu ke arah sana saya ke arah sini. Jangan sampe ketahuan.”

“Ok beres.”

Deni mau masuk ke dalam kantor pemerintahan di halangan petugas penjaga. Untung wartawan yang lain yang ingin meliput berita tentang komentarnya Pak Wiranto tentang keamanan di Indonesia. Deni berhasil masuk bersama wartawan yang lain untuk wawancarai Pak Wiranto.

Sedangkan Boni berhasil masuk dengan cara nyelinepnya lebih baik lagi saat kerumunan dan masuk ke dalam gedung. Sambil ikutan wawancara Pak Wiranto….Deni mencari kesempatan untuk bisa masuk ke ruangan lainnya. Kesempatan ada saat Pak Wiranto…bla..bla alias bicara di depan kamera langsung deh Deni masuk ke ruangan di mana Dargo terlihat di situ.

Ternyata urusan Dargo dan elit politik di dalam ruangan terlalu singkat dan padat. Deni belum dapet hasil apa-apapun? Di tambah lagi anggota KPK ikutan juga lagi mengincar elit politik tersebut jadi targetnya.

Dargo keluar dari kantor setelah pembicaraan selesai dengan elit politik. Tahu- tahu anggota KPK nyamar nangkap elit politik tersebut dengan bukti uang yang di serahkan oleh Dargo di simpan pada kotak berkas sepatu.

“Kacau..urusannya..ini mah…ketangkap KPK…Pak Ruhut ini mah,” kata Deni melihat kejatian tersebut.

Langsung heboh semuanya Pak Ruhut di tangkap KPK. Wartawan lagi wawancarai Pak Wiranto langsung meninggalkan sementara waktu untuk meliput Pak Ruhut di tangkap KPK. Pak Wiranto langsung geleng-geleng melihat Pak Ruhut di tangkap KPK begitu juga dengan anggota pemerintahan yang lain.

Deni tambah bingung karena kerjannya KPK duluan menangkap orang yang masuk target kepolisian.

“OTT lagi…OTT lagi...,” kata kesal Deni.

Dargo pun keluar dari gedung pemerintahan langsung deh meninggalkan kehebohan di dalam gedung pemerintahan mengenai OTT. Dargo mengambil mobilnya di parkiran dan segera pergi. Deni masuk mobilnya di parkiran dan ternyata Boni sudah ada di mobil.

“Lama amat Deni….ayo cepet bawa mobilnya!”

“Iya..sabaran.”

Deni membawa mobilnya dengan baik mengikuti Dargo. Di dalam mobil sambil ngobrol Deni dengan Boni mengenai hasil mengumpulkan data target. Boni memberikan kabar baik pada Deni yang bagus banget. Boni berhasil mendapatkan file data kerja Pak Ruhut dengan Dargo sebelum anggota KPK menyergap alias menangkap Pak Ruhut.

Sampai di sebuah gedung kantoran di pinggiran kota Jakarta. Dargo memarkirkan mobilnya. Deni pun memarkirkan juga, tapi agak sedikit jauh. Dargo keluar dari mobil menuju tujuannya. Deni dan Boni juga keluar dari mobil juga. Di perkirakan Deni bahwa Dargo mau masuk gedung perkantoran. Eeeee ternyata di sampingnya ada gang menuju sebuah kafe, tapi lewat belakang untuk mengelabui orang sekitar kalau tempat tersebut tempat yang baik.

Deni dan Boni langsung memberanikan diri untuk masuk ke dalam kafe lewat belakang mengikuti Dargo. Setelah pintu di buka oleh Deni dan Boni. Walah….gila banget. Ternyata pabrik narkoba. Dargo langsung melihat Deni dan Boni dan menguruh anak buahnya menghabisi mereka berdua.

Deni dan Boni mau gak mau menghajar mereka semuanya. Terjadi pertarungan yang sengit sampe satu persatu para penjahat di bikin babak belur sama Deni dan Boni. Dargo melihat kekalahan di pihaknya langsung kabur dengan berlari lewat pintu depan kafe. Deni mengejar Dargo dengan secepat mungkin. Sedangkan Boni mengeluarkan pistol untuk mendiamkan para penjahat untuk jongkok di langtai, lalu menelpon rekan kepolisian yang terdekat untuk menangkap para penjahat.

Dargo terus berlari dan mau masuk ke dalam mobilnya. Tapi Deni dateng langsung menendang pintu mobil. Tapi Dargo berhasil menghindar dan tidak terjepit di pintu mobil. Dargo tidak ada pilihan untuk melawan Deni. Dargo menyerang Deni dengan tendangan dan pukulan. Deni pun bisa mengimbangi serangan Dargo. Sampe Dargo di hajar Deni di bagian mukanya sampe muntah darah. Langsung deh Dargo di tangkap oleh Deni.

Segera Dargo di bawa di kantor polisi oleh Deni untuk intrograsi. Di dalam ruangan intrograsi Deni menghabisi Dargo dengan pertanyaan dan sebuah ancaman yang sifatnya menyakitkan demi membuka mulut siapa yang terkait. Susah payah Deni membuat aksinya di dalam intrograsi akhirnya Dargo buka mulutnya dan menjelaskan kronologis yang sebenarnya sampe Pak Ruhut di tangkap KPK.

Deni  dan Boni baru tahu ternyata Pak Ruhut di jadikan korban demi menyelamatkan elit politik yang hendak pergi luar negeri tepatnya Singapura karena ikut dalam permainan memanipulasi suara untuk memuluskan jalannya jadi anggota DPR. Sampai di bandara Deni dan Boni langsung menangkap Pak Yusril karena ada surat penangkapan yang sah dari pihak kepolisian. Setelah Pak Yusril di tangkap oleh Deni dan Boni langsung data-data anggota yang terkait dalam memanipulasi suara di daerah-daerah segera di tangkap oleh jajaran kepolisian.

Komandan Albret senang dengan kehebatan anak buahnya yang bisa menyelesaikan kasus dan segera di naikkan pangkat Deni dan Boni. Setelah pangkat Deni  di naikkan minta cuti karena lelah menangkap penjahat begitu juga Boni. Ya…komandan Albret memberikan cuti kepada Deni dan Boni secara khusus karena berhasil mengungkap kasus.

Baru sampe di hotel di pinggir pantai untuk bersantai. Deni dan Boni dapet panggilan tugas oleh komandan Albret untuk menyelesaikan kasus di Malaysia berkenaan gembong narkotika dan TKI ilegal. Ya…namanya juga tugas. Deni dan Boni segera meninggalkan hotel langsung ke bandara menuju Malaysia untuk menyelesaikan kasus.


Karya : No

KEPASTIAN

Langit yang bertabur bintang di malam ini. Doni memandang langit. Setelah itu Doni dateng ke rumah Kasno. Ternyata sudah di depan rumah Kasno dan Doni menghentikan laju motornya di depan Kasno.

"Lama baget datengnya?"

"Maaf......proses berjalan ke sini. Sambil liat pemandangan sekitar."

"Iya..saya...maafkan. Lain kali tidak."

"Kok..lain kali tidak di maafkan. Harus di maafkan."

"Iya. Ayo..kita berangkat. Temen -temen sudah nunggu ngumpul di kafe."

"Ayo..cepet naik."

Kasno naik motornya Doni duduk di jok belakang. Segera Doni membawa motornya dengan baik. Baru berapa lama Doni menghentikan laju jalan motornya. 

"Kok..berhenti Don..?"

"Lihat...Silfi keluar rumah. Baru...bayar makan yang pesannya lewat sistem jaringan internet. On line alias devilery..gitu."

"Iya..saya tahu. Tapi tujuan kamu sebenarnya apa berhenti?"

"Lihat..Silfi."

"Capek...deh..kalau suka sama cewek cuma bisa melihat dari jauh samperin. Toh..Silfi itu teman kita kita..juga."

"Kalau di samperin..nanti...ngumpul di kafe sama teman-teman telat deh."

"Ini...udah hampir telat. Ayo makanya..cepetan...jangan berhenti..lajuin motornya."

"Iya..sebentar. Saya lajuin. Tapi..nyapa Silfi dulu."

"Terserah..kamu."

Doni melajukan motornya ke depan rumah Silfi dan segera mencet klakson pada motor "Tinnnn". Selfi terkejut sekali "Astaga...Doni ngagetin aja. Apa ada apa main ke tempat saya?"

"Cuma...mampir..Silfi."

"Ah...kangen...Selfi," tambahan Kasno.

"Hus....," saut Doni.

"Oh....gitu..kangen," kata Selfi.

"Bukan..gitu Silfi. Gimana kamu Kasno. Jadian belum sama Silfi udah di komporin yang bukan-bukan. Saya yang bingung. Jadi maksudnya saya...cuma mampir saja. Ya..niat hati siapa tahu kalau keadaan telah  menunjukkan sebenarnya. Walau kenyataan begitu...saya..sih memang ingin dekat lagi dengan Silfi."

"Eeee..sama aja. Itu sih..ungkapan perasaan," tambahan Kasno.

"Iya," saut Kasno.

"Jadi..nembak nih...momentnya. Kok gak sepesial amat ya?"

"Silfi..kan cuma mampir saja. Kalau moment sepesialnya...ya kalau mau di ulang lagi sih boleh. Nunggu...dapet uang jajan dari Mami. Maklum masih sekolah belum bekerja."

"Jadi...cowok terus terang amat kamu Don."

"Iya..harus....terus teranglah dengan keadaan saya biar gak dianggap gombal. Maksudnya....kepastian yang di berikan kepada pihak cewek. Maksudnya begitu...Kasno."

"Tapi..momentnya..gak pas. terlalu..berani. Silfinya jadi mikir..tuh."

"Ya...saya bingung..juga deh jadinya. Di ganggu kamu Kasno."

"Saya..gak...ada masalah...mau ditembaknya..moment sepesial atau tidak. Yang penting sih...jangan mempermainkan hati..saya saja," kata Silfi yang terus terang.

"Iya...saya tidak mempermainkan Silfi. Janji...kalau saya suka sama Silfi."

"Saya...terima," saut Silfi.

"Cepet..banget..jadiannya. Kaya..udah janjian..ini mah?"

"Udah..di sekolah," kata Doni dan Silfi bersamaan.

"Dasar...moment di ulang. Kangen dua-duanya. Ayo...Doni berangkat..nanti telat ngumpul...di kafe sama teman-teman!"

"Iya..... Kalau..begitu..Silfi..saya pamit dulu ya."

"Iya...Doni."

"Daaaaa...," kata perpisahaan Doni.

"Daaa...," saut Silfi sambil melambaikan tangan.

Doni melajukan motornya dengan baik menuju kafe. Silfi masuk rumahnya. Selang berapa saat sampai di kafe. Doni segera memarkirkan motornya baru masuk ke kafe sama Kasno. Baru juga duduk di kafe Doni dan Kafe mau minum sesuatu. Eeee....temen-temen sudah mau keluar dari kafe...untuk pergi nonton acara yang di sepakatin mereka semua. Doni dan Kasno ikut saja mau teman-temannya walau gagal gak minum enak di kafe. Untung aja bisa di minuman bisa di bungkus pake gelas khusus jadinya bisa nikmati minum di jalan...itu semua idenya Kasno yang terlalu berlian.

Doni dan Kasno ngikut motor teman-temannya beriringan di jalanan kota Jakarta sampai di tujuan. Sampai di tempat langsung di parkirkan motor dengan baik oleh Doni dan teman-temannya segera masuk ke sebuah gedung pertunjukkan.

"Mau..apa kita kesini?" tanya Doni.

"Mau..nonton..live musik lah?" jawab Kasno.

Sampai di dalam gedung pertunjukkan langsung semuanya mencari tempat untuk duduk. 

"Dangdut Star....ya..Kasino?"

"Iya, Kamu jagoin...siapa Doni?"

"Siapa..ya? Temen-temen...yang lain gimana?"

"Mereka..punya..jagoan sendiri..yang sesuai selera mereka. Maksudnya sudah jadi penggemar."

"Ohhhh..begitu. Kalau begitu yang simpel aja..ya. Silfi."

"Eeeee..itu..sih..nyamain..nama..pacar kamu..Sifli."

"Kan..gak apa-apa. Yang penting suka aja. Namanya juga penggemar."

"Iya.... ."

"Kalau..kamu Kasno.....?"

"Putri."

"Eeeee....itu..sih..nyamain..nama adek kamu..namanya Putri."

"Biarin..suka-suka saya."

"Iya..terserah..kamu Kasno."

Doni dan Kasno asik nonton live musik dangdut dengan baik beserta teman-teman mereka satu sekolah sampai acara  musik selesai baru deh pulang ke rumah masing-masing untuk istirahat.


Karya : No

CAMPUR ADUK

MUMBAI XPRESS

Malam gelap bertabur bintang di langit. Setelah nonton Tv yang acara sepak bola. Budi duduk dengan santai di depan rumahnya sedang baca cerp...

CAMPUR ADUK