"Berita di Tv masih membicarakan tentang intoleransi dan juga radikalisme," kata Budi.
"Nama juga berita di Tv," kata Eko.
Eko mengambil bakwan goreng di piring, ya di makan dengan baik bakwan goreng.
"Kadang berita seperti itu di abaikan, ya tidak di anggap karena manusia terlalu sibuk dengan kerjaan dan juga keilmuannya rendah, ya dari tingkat SD sampai SMA. Sedangkan dari tingkat perkuliahan sampai mendapat gelar sarjana, ya telah memahami dengan baik berita tentang intoleransi dan radikalisme, ya sangat berbahaya jika di jalankan karena menimbulkan kekacauan dan juga perpecahaan antara suku sampai agama," kata Budi.
"Orang yang berpendidikan tinggi kan lebih banyak lagi membedah isi buku dan juga penelitian ini dan itu. Di sebut golongan intelektual lah," kata Eko.
Eko yang telah habis makan bakwan goreng, ya mengambil lagi bakwan goreng di piring, ya di makan lah bakwan goreng.
"Lulusan SMA. Banyak kurang ilmunya. Ya harus banyak belajar dari keadaan saja, ya dari berita di Tv saja di manfaatkan dengan baik untuk menambah khasanah keilmuan ku," kata Budi.
Budi mengambil tahu goreng di piring, ya di makan dengan baik tahu goreng.
"Yang penting mau belajar," kata Eko.
Eko mengambil gelas berisi kopi di meja, ya di minum dengan baik kopi lah.
"Iya sih. Aku sadar dengan keadaan ku. Jadinya aku belajar dengan baik," kata Budi.
Budi mengambil gelas berisi kopi di meja, ya di minum dengan baik kopi lah. Eko menaruh gelas berisi kopi di meja.
"Sedangkan berita di Tv tentang artis, ya masih saja berita ini dan itu....penuh dengan kontraversi kan....Budi?!" kata Eko.
Budi menaruh gelas berisi kopi di meja.
"Ya....berita artis dari dulu sampai sekarang, ya selalu kontraversi ini dan itu. Sensasi ini dan itu," kata Budi.
"Tetap saja sekedar berita saja," kata Eko.
"Iya sih sekedar berita saja," kata Budi.
"Ya lebih baik main catur," kata Eko.
"Ok main catur," kata Budi.
Eko telah mengambil papan catur di bawah meja dan papan catur di taruh di atas meja. Eko dan Budi menyusun dengan baik bidak catur di atas papan catur.
"Eko. Kenapa orang telah mendapatkan gelar Haji dan juga gelar pendidikan agama, ya gelar profesor, ya tetap tidak bisa mendengarkan roh?!" kata Budi.
"Kalau itu sih. Aku tidak tahu lah. Aku cuma lulusan SMA?!" kata Eko.
"Memang sih aku dan Eko lulusan SMA saja sih. Masalahnya kenapa pemuda itu bisa mendengarkan roh ya?!" kata Budi.
"Mungkin karena semua dasar ilmu. Kalau ilmu benar, ya berarti bisa mendengarkan roh," kata Eko.
"Berarti. Pemuda yang bisa mendengarkan roh, ya orang jujur karena ilmu agamanya benar. Sedangkan yang tidak bisa mendengarkan roh, ya ilmu tidak jujur, jadi ilmu agama tidak benar, ya Eko?!" kata Budi.
"Yaaaaa main kemungkinan saja," kata Eko.
"Jadi main kemungkinan, ya antara iya dan tidak. Ya sudahlah. Sekedar obrolan saja!" kata Budi.
"Eeeeemmmmm," kata Eko.
Eko dan Budi main catur dengan baik.