“Eko,” kata Budi.
“Apa?” kata Eko.
“Kenapa ada orang yang mencuri uang temannya sendiri?” kata Budi.
“Namanya hidup di dunia ini. Tidak semua di katakan baik. Pastinya ada orang seperti di omongin Budi, ya mencuri uang temannya sendiri. Ya biasanya orang itu sih, ya jauh dari ajaran agama. Ya agama yang di tekunin tuh orang ilmu-ilmu mistik gitu,” kata Eko.
“Ilmu-ilmu mistik. Padahal ilmu-ilmu itu di tekunin bisa menjadi fatal karena ada menciptakan kesialan-kesialan pada orang yang menekuninnya,” kata Budi.
“Memang sih realitanya. Ada ceritanya sih di masyarakat. Orang-orang yang menekunin ilmu-ilmu mistik, ya hidupnya sial. Bukan kaya jadi miskin. Hidupnya penuh dengan celaka ini dan itu,” kata Eko.
“Kenapa orang-orang itu memilih jalan kebodohan seperti itu?” kata Budi.
“Mana aku tahu lah,” kata Eko.
“Padahal. Yang menjalankan ilmu-ilmu agama, ya ada yang tersesat juga,” kata Budi.
“Ya realita di masyarakat. Ceritanya ya ada sih. Orang-orang yang tersesat padahal menekunin ilmu-ilmu agama,” kata Eko.
Budi mengambil gelas berisi kopi di meja, ya di minum dengan baik kopi lah.
“Sebentar lagi bulan Ramadhan,” kata Eko.
Eko mengambil gelas berisi kopi di meja, ya di minum dengan baik lah kopi. Budi menaruh gelas berisi kopi di meja.
“Ia sebentar lagi bulan Ramadhan. Apakah orang-orang yang tersesat bisa kembali ke jalan yang benar di bulan Ramadhan ?” kata Budi.
Eko pun menaruh gelas berisi kopi di meja.
“Mungkin bisa kembali ke jalan yang benar, ya orang-orang yang tersesat. Mungkin juga tidak kembali tuh orang-orang yang tersesat,” kata Eko.
“Susah menyadarkan orang-orang yang tersesat itu, ya Eko?” kata Budi.
“Memang susah. Hati dan pikirannya tertutup. Apalagi yang menguasai ilmu-ilmu mistik. Sudah tahu diri dan keluarganya sial karena ilmu mistik. Tetap saja di tekunin dengan baik. Tujuannya kaya. Kaya enggak. Miskin juga iya,” kata Eko.
“Ada orang-orang kaya. Ya kepinginnya sih hura-hura. Ingin menikmati kehidupan kaya gaya orang-orang barat. Kebebasan ini dan itu,” kata Budi.
“Orang-orang kaya yang ingin kebebasan ini dan itu seperti orang-orang barat. Kaya cerita di film-film saja,” kata Eko.
“Rasa malu hilang. Yang di tampakkan, ya kegilaannya melebihin takarannya seperti binatang. Contohnya : sex bebas gitu,” kata Budi.
“Benar-benar gila. Kalau rasa malu itu hilang. Kehancuran di mana-mana di buat orang gila,” kata Eko.
“Nama juga orang-orang yang jauh dari agama,” kata Budi.
“Memang sih. Orang-orang yang jauh dari ilmu agama, ya ulahnya melebihin takarannya seperti binatang,” kata Eko.
“Apakah orang-orang itu sadar, ya sebentar lagi di bulan Ramadhan?” kata Budi.
“Mungkin sadar. Mungkin juga tidak,” kata Eko.
“Hidup di masyarakat. Penuh dengan orang-orang yang berjalan di jalan kebaikan dan keburukan,” kata Budi.
“Antara baik dan buruk. Hidup ini,” kata Eko.
“Untung saja kita memilih jalan kebaikkan. Karena demi kebaikkan kita sendiri, keluarga dan teman,” kata Budi.
“Karena kita berpikir baik untuk masa depan yang baik, demi kebaikan bersama. Beda dengan orang-orang yang ingin baik jalan hidupnya tapi tersesat karena kebodohannya sendiri dengan cara mencuri uang temannya sendiri dan juga menekunin ilmu-ilmu mistik, ya jauh banget dari ilmu-ilmu agama,” kata Eko.
“Maka itu itu. Orang-orang ahli agama terus memberikan nasehat pada orang lain. Agar berjalan di jalan kebaikan dan juga mengembalikan orang-orang yang tersesat kembali ke jalan yang benar. Dan ahli –ahli agama menyambut baik bulan Ramadhan,” kata Budi.
“Bulan Ramadhan. Bulan penuh pengampunan,” kata Eko.
Abdul sampai di rumah Eko, ya memarkirkan dengan baik motor Abdul di depan rumah Eko lah. Abdul duduk bersama dengan Eko dan Budi.
“Eko dan Budi. Asik ngobrolin tentang apa?” kata Abdul.
“Ngomongin hal biasa-biasa aja sih,” kata Eko.
“Ya ngomongin….orang-orang yang tersesat. Dari mencuri uang temannya sendiri, ya sampai pergaulan bebas,” kata Budi.
“Ooooo kelakuan-kelakuan orang-orang yang jauh dari agama toh,” kata Abdul.
“Memang sih. Orang-orang yang jauh dari agama dan juga ada yang tersesat juga dalam hal menekunin ilmu agama sih,” kata Budi.
“Ya nama juga imannya lemah, ya pastinya tersesat juga lah,” kata Eko.
“Ujian hidup kan?” kata Abdul.
“Memang ujian hidup. Antara baik dan buruk,” kata Budi.
“Baik dan buruk…hidup ini,” kata Eko.
“Sebentar lagi...bulan Ramadhan. Penuh dengan pengampunan. Moga-moga di bulan Ramdhan. Orang-orang yang masih buruk, ya kembali ke jalan yang benar,” kata Abdul.
“Semoga saja orang-orang itu kembali ke jalan yang benar,” kata Budi.
“Semoga saja,” kata Eko.
“Kalau begitu main kartu remi saja!” kata Abdul.
“Ok….main kartu remi!” kata Budi.
“Main kartu remi!” kata Eko.
Eko mengambil kartu remi di bawah meja dan segera di kocok dengan baik. Eko pun membagikan kartu remi dengan baik. Eko, Budi dan Abdul main kartu remi dengan baik lah dan seperti biasanya permainan kartu remi, ya main cangkulan lah.