CAMPUR ADUK

Friday, July 23, 2021

KISAH PETER SI BANGSAWAN

Indro selesai mengerjakan kerjaannya di dapur, ya masak ini dan itu sih. Indro ke ruang tamu. Di ruang tamu, ya Indro duduk dengan santai dan melihat buku di meja.

"Buku Dono," kata Indro.

Indro mengambil buku tersebut dan membukanya. 

"Kisah Peter Si Bangsawan. Asal cerita dari Norwegia," kata Indro.

Indro membaca buku tersebut dengan baik.

Isi cerita yang di baca Indro :

Dahulu kala ada sebuah keluarga petani yang hidup di tepi hutan. Mereka memiliki tiga orang anak laki-laki. Tidak ada yang tahu pasti nama anak-anak keluarga itu, tetapi beberapa orang memanggil anak bungsu dengan panggilan Peter. Keluarga petani itu sangat miskin. Pada saat petani dan istrinya meninggal dunia, mereka hanya mewariskan tiga buah benda kepada anak-anaknya, yaitu panci, penggorengan, dan seekor kucing. Anak tertua mendapat kesempatan pertama untuk memilih harta warisan. 

"Panci itu sepertinya sangat berguna. Ia bisa digunakan untuk membuat bubur. Aku akan meminjamkannya dan ketika ia kembali, pasti banyak sisa-sisa bubur di dalamnya. Aku akan mengumpulkan sisa-sisa bubur itu," katanya kepada diri sendiri. 

Ia pun memilih panci. Anak kedua memilih penggorengan. Ia berpikir jika wajan tersebut disewakan kepada para tetangga, ia bisa mendapat adonan kue sebagai ongkos sewanya. Maka ia pun mendapat penggorengan sebagai harta warisan dari orang tuanya. Anak bungsu, Peter, tidak mempunyai pilihan lain selain seekor kucing.

"Apakah ada orang yang mau meminjam kucing? Kalaupun ada pastilah sewanya tidak banyak, mungkin hanya sesendok susu. Tapi, aku tidak tega membiarkan kucing ini hidup sendiri. Ia bisa mati kelaparan dan kedinginan. Jadi aku akan memeliharanya," kata Peter kepada saudara-saudaranya.

Anak-anak petani itu kemudian berpisah. Mereka menempuh jalan hidupnya masing-masing. Peter sedang berjalan keluar rumah ketika ia dikejutkan oleh lompatan kucingnya. Kucing itu duduk di hadapan Peter dan berkata, "Terima kasih sudah mau memelihara aku, Peter. Aku berjanji akan membuatmu bahagia."

"…"

"Sekarang dengarkan aku, Peter. Tunggulah aku di sini. Aku akan pergi ke hutan untuk menangkap seekor rusa. Hadiahkan rusa itu kepada Raja dan jika ia bertanya dari mana asalnya, jawablah bahwa itu hadiah dari Peter si bangsawan," lanjutnya. 

Peter terbengong-bengong mendengarkan kucing ajaib itu bicara. Sebelum ia sempat bertanya, kucing itu sudah melesat pergi, meninggalkan Peter sendirian. Tidak lama kemudian, kucing ajaib itu datang kembali dengan menunggangi seekor rusa. 

"Aku tidak menyangka jika kau adalah pemburu yang hebat, Kucing Ajaib! Bagaimana kau bisa mendapatkan rusa ini hidup-hidup?" tanya Peter, takjub.

"Itu soal mudah, Peter. Aku menunggu di dahan pohon dan meloncat ke tengah-tengah tanduknya. Aku mengancam akan menyakiti matanya kalau ia tidak menuruti semua perkataanku," kata kucing menceritakan pengalamannya. 

Keesokan harinya Peter pergi ke Istana. Ia menyerahkan rusa itu kepada koki istana dan berkata "Hadiah kecil bagi Raja". 

Koki itu segera melapor kepada raja dan Peter diundang untuk menemui Raja. 

"Terima kasih atas pemberian hadiah yang sangat bagus ini," kata Raja, "kalau boleh aku tahu, siapakah yang telah mengutusmu kemari?" 

"Peter si bangsawan, Yang Mulia," jawab Peter. 

"Peter si bangsawan? Aku belum pernah mendengarnya. Di manakah istananya?" tanya Raja. 

"Maaf, Yang Mulia, Peter si bangsawan melarang saya untuk menceritakan letak istananya," tolak Peter.

"Aku tidak akan memaksamu bercerita, tetapi istirahatlah sejenak di istana ini. Nikmatilah keramahan kami," tawar Sang Raja, "ketika kau pulang, tolong sampaikan terima kasihku kepada Peter si bangsawan atas hadiah yang indah ini." 

Beberapa hari kemudian, Kucing Ajaib membawa seekor rusa merah ke rumahnya. Ia kemudian menyuruh Peter untuk menghadiahkannya kepada Raja. Peter membawa rusa itu ke Istana dan menyerahkannya ke koki istana sambil berkata, "Hadiah kecil bagi Raja". 

Raja terkejut saat Koki memberitahukan kedatangan Peter dan rusa merahnya. Ia langsung berjalan ke dapur dan melihat sendiri rusa merah itu.

"Anak muda, apakah kau tahu berapa harga rusa merah ini?" tanya Raja kepada Peter. 

"Saya tidak tahu, Yang Mulia," jawab Peter. 

"Harganya pasti mahal sekali. Rusa ini adalah binatang langka di sini," kata raja, sambil berdecak kagum, "siapa yang mengirim hadiah ini, Anak Muda?"

"Peter si bangsawan, Yang Mulia," kata Peter.

"Peter si bangsawan?" tanya Sang Raja kaget, "aku sangat penasaran dengan bangsawan ini. Bisakah kau tunjukkan aku di mana istananya berada?" 

"Maafkan saya, Yang Mulia," Peter menolak halus, "Peter si bangsawan melarang saya untuk menceritakan letak istananya." 

"Baiklah, mungkin dia orang yang pemalu," kata Raja, maklum.

Raja kemudian memberikan makanan, minuman, dan beberapa puluh keping emas kepada Peter. Semua itu sebagai ucapan terima kasih Raja atas hadiah yang diberikan oleh Peter si bangsawan. Beberapa hari kemudian, kucing ajaib itu kembali ke rumah Peter dengan membawa seekor Elk, sejenis rusa dengan badan besar dan tanduk lebar yang indah. Peter membawa Elk ke Istana.  Seperti sebelumnya, ia menyerahkannya kepada koki istana seraya berkata, "Hadiah kecil bagi Raja". 

Koki kerajaan bergegas memberitahu Raja perihal kedatangan Peter dan hadiah kecilnya. Raja berjalan tergopoh-gopoh ke dapur Istana dan diam mematung saat melihat Elk di hadapannya. 

"Apakah yang kulihat itu adalah sebuah Elk?" tanya Raja tidak percaya. 

"Benar, Yang Mulia. Itu adalah seekor Elk," jawab Peter dengan sopan. 

Raja menatap Elk itu dengan kagum. Ia lalu bertanya, "Bagaimana caramu mendapatkannya? Elk adalah binatang yang hampir punah di benua ini. Beberapa orang malah menganggapnya sebagai mitos!" 

"Saya tidak tahu, Yang Mulia. Majikan saya, Peter si bangsawan yang menyuruh saya untuk menghadiahkan Elk ini kepada Yang Mulia," Peter menjawab seperti biasanya.

"Jadi, ini adalah hadiah dari Peter si bangsawan?" tanya Raja kaget. 

"Benar, Yang Mulia."

"Apa kau bisa menceritakan di mana ia tinggal?" tanya Raja ingin tahu. 

"Saya tidak bisa memberitahukannya kepada Yang Mulia," Peter kembali menolak. 

"Baiklah, kalau ia tidak ingin diketahui. Aku mengundang majikanmu, Peter si bangsawan, datang ke istanaku. Jika ia tidak datang memenuhi undanganku, aku akan menyatakan perang dengannya," kata Raja tegas. 

Setelah kembali dari Istana, Peter menceritakan perintah Sang Raja kepada Kucing Ajaib. 

"Raja mengundang Peter si bangsawan untuk datang ke istananya. Jika kita tidak memenuhi undangannya, Raja akan menyatakan perang dengan kita," Peter berkata panik, "penyamaran kita akan terbongkar."

"Jangan khawatir, Peter. Aku akan kembali ke sini tiga hari lagi. Aku jamin Peter si bangsawan akan datang untuk memenuhi undangan Raja," Kucing Ajaib berkata yakin, sambil mengedipkan mata kepada Peter. 

Tiga hari kemudian Kucing Ajaib datang membawa sebuah kereta kuda lengkap dengan kusirnya. Selain itu, ia juga membawa pakaian-pakaian keemasan yang sangat indah.

"Peter, pakai pakaian ini dan pergilah ke Istana dengan menaiki kereta kuda yang kubawa," perintah Kucing Ajaib, "sesampainya kau di sana, jika Raja menceritakan tentang isi Istana, katakanlah jika kau punya yang lebih baik dari miliknya."

Setelah semuanya siap, Peter berangkat ke Istana Raja. Di sana, ia disambut dengan baik oleh Raja dan diajak berkeliling Istana. 

"Peter, apakah kau memerhatikan pintu gerbang istanaku? Itu adalah pintu gerbang terbaik di benua ini," Raja mulai bercerita. 

"Gerbang saya lebih baik, Yang Mulia," kata Peter. 

Raja tersenyum mendengar jawaban Peter. Ia lalu mengajak Peter ke ruangannya.

"Peter, lantai ruangan ini terbuat dari marmer utuh. Benar-benar sangat indah bukan?" tanya Raja.

"Lantai saya lebih baik, Yang Mulia," jawab Peter. 

Raja mulai kesal dengan jawaban Peter. Namun ia masih mengajak Peter berkeliling. Ia kemudian menunjukkan singgasananya kepada Peter. 

"Peter, singgasana ini terbuat dari emas dan bertahtakan batu-batu mulia. Sandarannya terbuat dari kulit anak sapi," Raja menjelaskan dengan penuh semangat. Peter kembali berkata, "Singgasana saya lebih baik, Yang Mulia." 

Kekesalan Raja pun memuncak. Ia lalu berkata, "Peter, kamu sombong sekali! Aku ingin tahu di mana istanamu berada dan membandingkan isinya dengan istanaku. Jika kau membohongiku, hidupmu tidak akan lama!" Saat Peter kembali pulang, ia kembali menceritakan semua hal yang terjadi di Istana kepada Kucing Ajaib. Ia benar-benar bingung harus melakukan apa. 

"Kucingku, bagaimana aku bisa mempunyai istana yang lebih baik dari milik Raja? Aku hanya mempunyai gubuk reyot ini saja," tanya Peter dengan wajah sedih. 

"Peter, aku punya sebuah rencana. Pertama, serahkan semua koin emas hadiah dari Raja. Kedua, datanglah ke Istana dan ajaklah Raja ke istanamu, eh, bakal istanamu. Aku akan berjalan mendahuluimu," kata Kucing Ajaib. 

Peter kemudian pergi ke Istana Raja dan mengajaknya pergi ke istananya. Ketika mereka memulai perjalanan, Kucing Ajaib sudah berjalan mendahului rombongan Peter. Saat Kucing Ajaib sampai di sebuah peternakan, ia melihat domba-domba berbulu indah yang sangat banyak. Kucing Ajaib bertanya kepada seorang lelaki tua di sana, "Siapa penggembala domba-domba ini?" 

"Aku," jawabnya. 

"Pak Tua, aku ingin meminta sedikit bantuanmu. Jika nanti rombongan Raja lewat di daerah ini dan bertanya siapa pemilik domba-domba ini, katakan padanya bahwa ini semua milik Peter si bangsawan," kata Kucing Ajaib, "ini ada beberapa keping emas sebagai upahmu." 

Tak lama kemudian, rombongan Raja dan Peter melewati peternakan domba itu. Raja kemudian bertanya kepada penggembala domba-domba itu, "Banyak sekali domba-domba di peternakan ini. Bulu-bulunya juga sangat bagus. Siapa pemilik domba-domba ini?"

"Peter si bangsawan," jawab penggembala itu. 

Saat Peter dan Raja berada di peternakan domba, Kucing Ajaib sudah sampai di sebuah peternakan sapi. Ia kemudian menemui pengurus peternakan dan berkata, "Sebentar lagi rombongan Raja akan melewati peternakan ini. Jika ia bertanya milik siapa sapi-sapi ini, maka jawablah milik Peter si bangsawan. Ini ada beberapa keping emas sebagai upahmu." 

Tak lama berselang, rombongan Raja dan Peter melewati peternakan sapi itu. Raja kemudian bertanya kepada pengurus peternakan, "Banyak sekali sapi di peternakan ini. Mereka juga sangat gemuk. Siapa pemilik sapi-sapi ini?" 

"Peter si bangsawan," jawab pengurus peternakan. 

Kini Kucing Ajaib tiba di sebuah istal kuda yang sangat besar. Ia mencari pengurus istal itu dan berkata, "Aku akan memberimu beberapa keping emas jika kau mau membantuku. Aku hanya ingin kau bilang kepada Raja bahwa kuda-kuda ini milik Peter si bangsawan." 

Ketika rombongan Raja dan Peter tiba di istal kuda yang sangat besar itu. Raja turun dari kereta dan mengagumi kuda-kuda yang ada di sana. Raja sungguh kagum dengan kuda-kuda itu, ia pun bertanya kepada pengurus istal, "Kuda-kuda ini sangat besar dan gagah. Siapa pemiliknya?"

"Peter si bangsawan," jawab pengurus istal. 

Setelah berkeliling, rombongan Raja dan Peter akhirnya sampai di sebuah kastil dengan tiga buah gerbang. Gerbang yang pertama terbuat dari timah, gerbang yang kedua terbuat dari perak, dan gerbang yang terakhir terbuat dari emas. Kastil itu juga memiliki lantai dan dinding yang terbuat dari pualam. Ketika matahari menyinarinya, kastil itu akan tampak sangat indah. Kucing Ajaib berbisik kepada Peter untuk mengatakan kepada Raja bahwa kastil tersebut adalah istananya. Ia juga menyuruh Peter untuk mengajak Raja berkeliling. Raja sungguh takjub melihat istana Peter. Ia mengagumi semua meja dan kursi yang terbuat dari emas dan bertahtakan batu mulia. Singgasana Peter juga jauh lebih indah dari pada singgasananya. 

"Peter, kau memiliki barang-barang yang lebih baik dibanding milikku. Belum lagi peternakan domba, sapi, dan kuda milikmu. Kau sangat kaya sekali," puji Raja. 

Peter tersenyum mendengar pujian Raja. Ia kemudian mengajak Raja makan malam dan menginap di kastilnya. Saat tengah malam, terdengar ketukan keras di pintu kastil. Rupanya, Troll pemilik kastil telah datang. 

"Siapa yang mengunci pintu kastilku!" teriaknya dengan suara serak. 

Kucing Ajaib keluar dari kastil dan berkata, "Troll, duduklah, aku akan menceritakan sebuah cerita yang mengasyikkan." 

Troll menuruti perintah Kucing Ajaib. Ia duduk dan mendengar kucing ajaib itu bercerita. Troll begitu senang dengan cerita Kucing Ajaib hingga tidak menyadari jika matahari akan segera terbit. Ketika matahari benar-benar terbit, tubuh Troll mulai terbakar. Ia berusaha masuk ke dalam kastilnya, tetapi usahanya sia-sia. Pintu kastil tetap tertutup dan Troll itu habis terbakar. Siang itu Kucing Ajaib menemui Peter. 

"Peter, sekarang hidupmu telah bahagia dan berkecukupan. Tugasku sudah selesai. Kini, saatnya aku meninggalkanmu selamanya. Tetapi sebelum aku meninggalkanmu, aku punya satu permintaan." 

"Apa permintaanmu, sahabatku?" tanya Peter. 

"Penggal kepalaku," jawab Kucing Ajaib. 

Peter terkejut dan spontan menggeleng cepat, "Apa kau sudah gila? Aku tidak dapat melakukan hal itu."

"Peter, lakukan permintaanku atau aku akan mencakar mukamu hingga cacat," ancam Kucing Ajaib.

Meski tidak tega, Peter memenggal kepala kucing ajaib itu. Tiba-tiba muncul asap putih yang cukup tebal. Seorang gadis yang amat cantik tampak berdiri anggun ketika asap putih itu mulai menghilang.

"Siapa kamu?" tanya Peter keheranan. 

"Aku adalah jelmaan dari Kucing Ajaib. Dahulu Troll, penghuni kastil ini, mengutukku menjadi seekor kucing. Orang tuamu yang mengetahui hal itu lalu memeliharaku. Aku bisa kembali ke wujud asliku karena sihir Troll hilang setelah dia mati," cerita gadis itu. 

Peter terpana melihat kecantikan gadis itu. Mereka kemudian mengurus kastil bersama-sama. Tak lama kemudian, Peter menikahi gadis itu dan mereka hidup bahagia selamanya. 

***

Indro selesai baca bukunya.

"Cerita yang bagus. Pinter yang membuatnya," kata Indro.

Indro menutup buku dan buku di taruh di meja. 

"Main game ah!" kata Indro.

Indro main game di Hp-nya dengan baik banget. Kasino di ruang tengah, ya asik nonton Tv dengan acara olahraga....Olimpiade Tokyo 2020.

"Bagus acara olahraga," kata Kasino.

Kasino terus nonton acara Tv tentang olahraga. Sedangkan Dono di kamarnya sedang sibuk mengetik di leptopnya.

MOTIVASI

Dono ada keperluan keluar rumah, ya menemui Rara di rumahnya.. Kisah cinta Dono dan Rara tetap berlanjut dengan baik. Di rumah Rara. Dono duduk di ruang makan dengan baik. Rara menyanjikan makanan di meja makan, ya makanan yang di buat Rara dari daging sapi. Keluarga Rara qurban daging sapi di hari raya Idul Adha. Dono menikmati makan buatan Rara dengan baik, ya di temanin dengan Raralah. Pokoknya rasanya sama aja ceritanya kaya orang pacaraan atau suami istrilah yang makan berduaan dengan penuh keromantisan. Kasino dan Indro, ya di rumah sedang nonton Tv. Acara Tv yang di tonton Kasino dan Indro, ya acara berita seputar ini dan itu......pokoknya menarik deh.

"Kasino. Hari ini hari anak ya?!" kata Indro.

"Beritanya kan memberitakan tentang hari anak. Presiden Joko Widodo sedang bicara dengan anak-anak lewat jaringan internet, online," kata Kasino.

"Memang beritanya begitu sih," kata Indro.

"Emmmm," kata Kasino.

"Aku ini sifatnya aja kekanak-kanakan tapi sebenarnya aku dewasa kan Kasino?!" kata Indro.

"Memang. Sifatnya Indro kekanak-kanakkan saja," kata Kasino yang tegas.

"Oooo iya Kasino. Boleh enggak bicara tentang cewek hari ini?!" kata Indro.

"Omongin cewek sih. Bolehlah. Indro dewasalah. Hal lumrah sih. Nama juga cowok. Kalau jomlo yang di omongin cewek. Kalau cowok sudah punya cewek tetap saja ngomongn cewek. Satu sudah di dapetin, ya maunya sih dua. Kaya lagu gitu 'Senang dalam hati beristri dua',...." kata Kasino.

"Yang aku mau omongin adalah artis siapa ya?!" kata Indro berpikir.

"Artis cewek yang baru kita tonton acara di Tv saja," saran Kasino.

"Gimana dengan Maria Vania?!" kata Indro.

"Ibunda Maria saja yang di bicarakan!" kata Kasino.

"Urusannya dengan agama Kristen itu mah. Semua umat Kristen menghormati Ibunda Maria dengan baik," kata Indro yang tegas.

"Jadi siapa yang mau di bicarakan?" tanya Kasino.

"Maria Vania saja!" kata Indro yang tegas.

"Maria Vania itu....cewek cantik dan juga seksi penampilannya," kata Kasino yang tegas.

"Kan kenyataan begitu sih. Jadi bentuk pujian gitu ya?!" kata Indro berpikir baik.

"Memang bentuk pujian. Kita kan cowok biasa memuji cewek cantik, ya sekedar saja. Kan niat berteman saja. Itu bisa di terima dengan baik," kata Kasino.

"Kasino. Kalau cewek yang jomlo, ya bisa di taklukin dengan cara pujian gitu," kata Indro.

"Memang bisalah. Dengan pujian, ya bisa mendapatkan cewek jomlo. Meluluhkan hatinya. Kalau cewek lugu. Kalau ceweknya punya prinsip hidup yang kuat, ya susahlah jugalah. Maksuknya itu pujian atau gombalan tidak mempan sama sekali," kata Kasino.

"Cewek zaman sekarang. Hidup tidak cukup makan cinta. Hidup itu yang terpenting materi. Cewek materalistis, ya wajarlah. Ingin hidup senang dari pada hidup susah. Makan sepiring berdua di gubuk derita mana mau kaya lagu saja!" kata Indro.

"Cewek zaman sekarang sudah pinter. Semua karena di pintarkan sama orang tua. Dari pada hidup menderita dengan cowok nggak jelas, ya cewek milih hidup sendiri dengan karir yang gemilang jadinya kaya rayalah," kata Kasino.

"Apalagi banyak cewek yang berhasil dengan karir yang bagus di bidang apapun, ya kaya raya. Jadinya termotivasilah cewek yang lain untuk maju dan sejajar dengan cowoklah," kata Indro.

"Ada seorang pengusaha, ya bisa di bilang teman sih. Orang itu selalu memberikan saran seperti ini 'Belajarlah memotivasi diri untuk menjadi orang pintar. Pasti bisa jadi sukses dan kaya raya. Semua data motivasi bisa di ambil dari orang-orang hebat di mana pun, ya jadi contoh dengan baik. Contoh yang paling tepat saja....Presiden Joko Widodo'....," kata Kasino.

"Memotivasi diri. Dari nol menjadi nilai seratus. Pinter, sukses dan juga kaya raya," kata Indro.

"Generasi sekarang ini berarti harus berlomba-lomba menjadi pinter dengan belajar agar di masa depan menjadi orang sukses dan kaya raya," kata Kasino.

"Belajarlah dengan baik maka akan menjadi orang yang pintar. Benarlah omongan Kasino," kata Indro menegaskan omongan Indro.

"Ya sudahlah tidak perlu membahas lebih jauh. Fokus nonton Tv!" kata Kasino.

"Iya," kata Indro.

Indro dan Kasino, ya fokus nonton Tv dengan baik lah. Dono masih di rumah Rara, ya urusan kisah cinta Dono dan Rara berjalan dengan baik gitu.

CAMPUR ADUK

MUMBAI XPRESS

Malam gelap bertabur bintang di langit. Setelah nonton Tv yang acara sepak bola. Budi duduk dengan santai di depan rumahnya sedang baca cerp...

CAMPUR ADUK