Saat menginap, siswa sekolah menengah Tomoko dan Masami mendiskusikan legenda urban tentang rekaman vidio yang mengutuk pemirsanya untuk mati dalam tujuh hari setelah panggilan telepon yang menimbulkan firasat buruk. Tomoko kemudian mengaku bahwa minggu lalu dia dan teman-temannya menonton rekaman video aneh dan menerima panggilan telepon yang tidak dapat dijelaskan setelahnya. Mereka menerima panggilan telepon alarm palsu, dan kemudian Masami pergi ke toilet. Tomoko menyaksikan TV menyala dengan sendirinya dan terbunuh oleh kehadiran yang tidak terlihat.
Reiko Asakawa, bibi Tomoko dan seorang jurnalis yang menyelidiki legenda urban ini, menghadiri pemakamannya dan mengetahui bahwa tiga teman Tomoko, yang menonton rekaman itu bersamanya, semuanya meninggal pada saat yang sama. Reiko mengunjungi kabin resor tempat mereka berempat menginap dan menemukan rekaman video tanpa tanda. Ini berisi adegan-adegan singkat yang tampaknya tidak berhubungan disertai dengan suara melengking, dan diakhiri dengan bidikan sebuah sumur. Setelah menonton, Reiko melihat penampakan dan menerima panggilan telepon yang mengeluarkan suara melengking dari rekaman itu. Yakin dia telah dikutuk, Reiko mengambil rekaman itu dan meninggalkan kabin.
Reiko meminta bantuan mantan suaminya yang psikis, Ryuji Takayama. Saat memeriksa salinan rekaman yang dibuat Reiko, pasangan tersebut menemukan pesan samar yang diucapkan dalam dialek Oshima dan bersiap untuk pergi ke Oshima. Sebelum berangkat, Reiko menangkap Yoichi, putranya bersama Ryuji, sedang menonton rekaman itu setelah didesak oleh "Tomoko".
Di Oshima, Reiko dan Ryuji mengetahui tentang Shizuko Yamamura, wanita dalam rekaman itu. Sebelum bunuh diri, Shizuko mendapatkan ketenaran setelah demonstrasi publik atas kemampuan psikisnya yang diselenggarakan oleh peneliti ESP Dr Heihachiro Ikuma, yang berselingkuh dengannya. Saat menghadapi saudara laki-laki Shizuko, Takashi, pasangan tersebut mengetahui melalui penglihatan bahwa selama demonstrasi, putri kecil Shizuko, Sadako, yang namanya disebutkan dalam rekaman itu, secara psikis membunuh seorang jurnalis yang mencela kemampuan Shizuko. Setelah gagal melacak Sadako, Reiko menyadari bahwa Ryuji tidak pernah menerima panggilan telepon setelah menonton rekaman itu seperti yang dia lakukan di kabin di Izu.
Kembali ke kabin, Reiko dan Ryuji menemukan sumur tertutup di ruang penjelajahan. Melalui penglihatan lain, mereka mengetahui bahwa Dr. Ikuma menjebak Sadako di dalam sumur. Mereka menyimpulkan bahwa Sadako masih hidup dan kutukan itu muncul ketika rekaman video "merekam" kemarahan yang dia proyeksikan. Saat menguras air, mereka menemukan sisa-sisa Sadako. Batas waktu tujuh hari Reiko telah berlalu dan dia masih hidup, membuat mereka percaya bahwa kutukan telah dipatahkan.
Keesokan harinya, TV Ryuji menyala dengan sendirinya, menampilkan sumur di akhir rekaman. Semangat dendam Sadako terhuyung-huyung dari sumur dan keluar dari TV, mendekati Ryuji dan membunuhnya. Reiko, yang saat itu mencoba menelepon Ryuji, mendengar saat-saat terakhirnya melalui telepon. Dipandu oleh penampakan, dia menyimpulkan cara sebenarnya untuk bertahan dari kutukan: menyalin rekaman itu dan menunjukkannya kepada orang lain dalam waktu tujuh hari. Reiko masih hidup karena dia tidak sengaja melakukan ini. Putus asa untuk menyelamatkan Yoichi, Reiko pergi ke rumah ayahnya untuk menunjukkan rekaman itu kepadanya.
"Hidup ini tetap sama!" kata Eko.
"Yaaaa realitanya," kata Budi.
"Emmm," kata Eko.
"Manusia tetap di butakan segala hal, ya antara kaya dan miskin," kata Budi.
"Yaaaa begitu realitanya," kata Eko.
"Emmm," kata Budi.
"Main kartu remi saja!" kata Eko.
"Oke!" kata Budi.
Budi mengambil kartu remi di bawah meja, ya kartu remi di kocok dengan baik dan di bagikan dengan baik gitu. Eko dan Budi main kartu remi dengan baik, ya main permainan cangkulan.
"Ngomongin berita di Tv, ya tentang perang di negara lain," kata Budi.
"Emmm," kata Eko.
"Perang itu, ya sama halnya cerita di masa lalu, ya sejarah yang di tulis di buku," kata Budi.
"Kekuasaan. Wilayah. Agama," kata Eko.
"Egonya manusia," kata Budi.
"Kadang ada omongan orang yang tinggal di tempat wilayah perang, ya katanya bisa seperti ini "Sudah ibadah dengan baik. Masih perang. Apa jalan agama yang aku jalanin salah ya?".....," kata Eko.
"Jawabannya. Ujian hidup. Musibah yang terjadi karena keegoan manusia yang ini dan itu," kata Budi.
"Bisa sih, ya jawabannya seperti omongan Budi," kata Eko.
"Berlarut-larut perang yang membawa penderitaan. Jadinya agama di tinggalkan," kata Budi.
"Bisa terjadi dengan baik, ya karena keadaan," kata Eko.
"Jika terjadi pada kita, yaaaaa andai-andai terjadi perang karena keegoan. Seperti cerita sejarah di negeri ini, ya di jajah atau pemberontakan. Gimana kita menjalankan hidup ya?" kata Budi berpikir panjang.
"Kita mungkin bertanya juga seperti ini "Apa salah agama yang aku jalanin?"....," kata Eko.
"Yang gelar profesor sampai duduk di pemerintahan saja, ya jika terjadi perang jadi kalang kabut. Jawaban, ya mungkin ujian hidup ini," kata Budi.
"Agama tidak bisa menolong. Jadinya kalau terjadi perang," kata Eko.
"Kacau," kata Budi.
"Memang kacau," kata Eko.
"Emmm," kata Budi.
"Sekedar bahan obrolan lulusan SMA!" kata Eko.
"Aku paham omongan Budi!" kata Budi.
Budi dan Eko terus main kartu remi dengan baik.
"Kalau ngomongin urusan cinta. Yaaa tak harus mendapatkan cewek kaya, ya apalagi janda," kata Budi.
"Mendapat cewek kaya. Kaya sih, ya ingin hidup enak. Janda di dapatkan. Emangnya zaman, Muhammad dalam membentuk ajaran agama Islam. Muhammad menikahi janda, ya Siti Khodijah. Sekarang ini perawan banyak!" kata Eko.
"Memang perawan banyak!" kata Budi.
"Emmm," kata Eko.
Eko dan Budi main kartu remi dengan baik banget.
"Oooo iya. Ngomong-ngomong, ya gimana keadaan dari Agus Salim yang tinggal di jalan Samratulagi gang bukit, ya kota Bandar Lampung, ya rumah Agus Salim dekat mesjid LDII?" kata Eko.
"Agus Salim, ya baik keadaannya. Kalau lingkungan, ya tetap sama antara baik dan buruk antara kaya dan miskin. Samahalnya dengan daerah di jalan Samratulagi gang pisang, ya Daniel pernah tinggal di daerah tersebut. Manusia itu, ya pandai menutupi keburukan dirinya dengan citra yang baik di depan masyarakat karena ada yang menutupi, ya sanak family dan juga RT termasuk," kata Budi.
"Topeng. Pura-pura," kata Eko.
"Urusan agama. Ya antara paham agama dan tidak," kata Budi.
"Yang paham agama, ya tidak ada masalah. Yang tidak paham agama ini, ya bisa membuat kekacauan dengan pola omongan dan tingkah laku," kata Eko.
"Yaaa realita hidup ini, ya tinggal di Lampung," kata Budi.
"Emmm," kata Eko.
Eko dan Budi terus main kartu remi dengan baik gitu.