Isi cerita yang baca Budi :
Di hutan terdalam Peru yang Paling Gelap, seorang ahli geografi Inggris menemukan spesies beruang yang sebelumnya tidak dikenal. Dia belajar bahwa beruang sangat cerdas dan mereka sangat menyukai selai jeruk. Dia menamai mereka Lucy dan Pastuzo dan memberi mereka topinya saat dia pergi, memberi tahu beruang bahwa mereka selalu diterima jika mereka ingin pergi ke London.
Empat puluh tahun kemudian, kedua beruang hidup rukun dengan keponakan yatim piatu mereka sampai gempa bumi menghancurkan rumah mereka, memaksa mereka untuk mencari perlindungan di bawah tanah. Pastuzo gagal mencapai tempat perlindungan tepat waktu dan terbunuh oleh pohon yang tumbang. Lucy mendorong keponakannya untuk pergi dan mencari hiburan di London, sementara dia pindah ke Rumah Pensiunan Beruang.
Beruang muda tiba di London dengan kapal kargo dan akhirnya mencapai Stasiun Paddington. Dia bertemu keluarga Brown, yang membawanya pulang dan menamainya setelah stasiun tempat mereka menemukannya. Henry Brown, ayah dan analis risiko yang setia, tidak percaya cerita Paddington dan bersikeras bahwa Paddington hanya menginap satu malam, tetapi istrinya Mary dan dua anak mereka, Jonathan dan Judy, menganggapnya menawan, seperti halnya Nyonya Bird, pengurus rumah tangga.
Paddington mengira dia bisa menemukan rumah dengan penjelajah yang bertemu Lucy dan Pastuzo, tapi tidak tahu namanya. Setelah tidak menyebutkan ekspedisinya di Internet, Mary membawa Paddington ke Samuel Gruber, seorang pemilik toko barang antik yang menemukan bahwa topi itu memiliki cap Persekutuan Geografer, tetapi Persekutuan tidak memiliki catatan ekspedisi ke Peru. Dengan bantuan Henry, Paddington menyusup ke arsip Persekutuan dan menemukan ekspedisi ke Peru dilakukan oleh penjelajah, yang bernama Montgomery Clyde (meskipun Persekutuan menghapus catatan ekspedisi mereka).
Sementara itu, ahli taksidermis museum yang penuh kebencian, Millicent Clyde, membunuh dan memasukkan hewan-hewan eksotis untuk disimpan di Museum Sejarah Alam. Ketika dia mengetahui keberadaan Paddington, dia segera berangkat untuk memburunya. Keluarga Brown berangkat hari itu, meninggalkan Paddington sendirian di rumah. Bersekongkol dengan tetangga sebelah Brown yang usil tapi tidak curiga, Tuan Curry, Millicent menyelinap masuk dan mencoba menangkap Paddington; dia berhasil membela diri, tetapi secara tidak sengaja menyalakan api dalam prosesnya. Paddington mencoba memberi tahu keluarga Brown tentang upaya penculikan Millicent, tetapi tidak ada yang percaya padanya.
Malam itu, Paddington meninggalkan rumah dan mencoba melacak Montgomery Clyde sendiri, menggunakan buku telepon untuk menemukan alamat setiap "M. Clyde" di London. Dia akhirnya menemukan rumah Millicent, dan mengetahui bahwa Montgomery Clyde, yang merupakan ayah Millicent, sudah lama meninggal. Millicent membenci ayahnya karena kehilangan keanggotaan Persekutuannya setelah dia menolak untuk membawa pulang spesimen beruang Peru dan kemudian membuka kebun bintang. Dia menenangkan Paddington dan bersiap untuk menjebaknya, tetapi ketika Tuan Curry menemukan niatnya yang sebenarnya, dia memperingatkan keluarga Brown dan mereka datang untuk menyelamatkan Paddington. Mereka menyelamatkannya, dan ketika Millicent hendak menembak Paddington di atap, Nyonya Bird membuka palka, mendorongnya pergi.
Setelah kejadian itu, keluarga Brown mengizinkan Paddington untuk tinggal di rumah mereka secara permanen. Millicent ditangkap dan dijatuhi hukuman pelayanan masyarakat di kebun binatang ayahnya. Paddington menulis kepada Bibi Lucy, mengatakan dia bahagia dan akhirnya menemukan rumah.
***
Budi selesai baca cerpen, ya buku di tutup dan buku di taruh di bawah meja. Yaaa Budi menikmati minum kopi dan makan singkong rebus.
"Eko belum datang. Baca koran saja!" kata Budi.
Budi mengambil koran di bawah meja, ya koran di baca dengan baik. Berita di koran, ya ceritanya menarik-menarik dari urusan pemerintahan di dalam negeri sampai pemerintahan luar negeri. Yaaa berita artis ini dan itu, ya menarik juga ceritanya untuk di baca gitu.
"Emmm," kata Budi.
Budi asik baca berita di koran, ya sambil menikmati minum kopi dan makan singkong rebus. Singkat waktu. Eko datang ke rumah Budi, ya motor di parkirkan dengan baik di depan rumah Budi. Karena Eko sudah datang, ya Budi berhenti baca koran dan koran di taruh di atas meja. Eko duduk dengan baik dekat Budi.
"Hidup seperti biasanya...kan Eko?" kata Budi.
"Iya hidup tetap seperti biasanya. Hidup tetap rencana manusia dengan tujuan ini dan itu, ya kan Budi?" kata Eko.
"Rencana manusia," kata Budi.
"Ngomong-ngomong Budi. Tentang kebiasaan Budi. Yaaa membuat cerita. Apa Budi terus menerus mempublikasikan cerita yang di buat atau terkadang berhenti?" kata Eko.
"Terkadang. Aku tidak mempublikasikan cerita aku," kata Budi.
"Terkadang tidak di publikasikan toh. Kenapa Budi?" kata Eko.
"Aku mengumpulkan beberapa data dari koran, ya aku buat kliping dengan tujuan mencari tahu pola dari pergerakan dari rencana manusia," kata Budi.
"Pola dari rencana manusia," kata Eko.
"Main detektif Conan gitu," kata Budi.
"Detektif toh!" kata Eko.
"Emmm," kata Budi.
"Apa yang di dapatkan Budi?" kata Eko.
"Yang aku dapatkan. Aku simpulkan dengan baik. Yaaa tak jauh beda dengan permainan catur seperti yang sering kita mainkan dengan baik," kata Budi.
"Permainan catur. Pihak kepentingan ini dan itu, ya setiap langkahnya dengan tujuan ini dan itu," kata Eko.
"Apa yang di omongin Eko?, ya sesuai dengan data pengumpulan di koran di buat kliping," kata Budi.
"Yaaa sekedar bahan obrolan lulusan SMA, ya kan Eko?" kata Eko.
"Memang sekedar bahan obrolan lulusan SMA!" kata Budi.
"Emmm," kata Eko.
"Yang jadi pertanyaan aku?" kata Budi.
"Emmm," kata Eko.
"Berita tentang perang antara Israel dan Palestina," kata Budi.
"Emmm," kata Eko.
"Beritanya itu....terlihat kepentingan ini dan itu. Dengan tujuan ini dan itu. Jika berhasil kenapa? Jika gagal kenapa?" kata Budi.
"Di nilai secara umum. Orang awam. Yaaa ikutin saja berita tersebut sampai selesai seperti apa?" kata Eko.
"Bener omongan Eko. Yaaa diikuti berita tersebut sampai selesai seperti apa?" kata Budi.
"Emmm," kata Eko.
"Main catur saja!" kata Budi.
"Oke. Main catur!" kata Eko.
Budi mengambil koran di meja, ya koran di taruh di bawah meja. Papan catur di ambil di bawah meja, ya papan catur di taruh di atas meja sama Budi. Eko dan Budi menyusun bidak catur di atas papan catur. Keduanya main catur dengan baik gitu.
"Ngomong-ngomong. Berita tentang sepak bola Piala Dunia U-17 FIFA. Beritanya bagus, ya kan Eko?" kata Budi.
"Yaaa bagus lah. Beritanya. Pinter-pinter orang-orang yang buat beritanya!" kata Eko.
"Yang jadi pertanyaan aku?" kata Budi.
"Emmm," kata Eko.
"Kapan Indonesia masuk Piala Dunia? Ya saat aku main game sepak bola di rental game bersama teman, ya masih SMA. Yaaa sekarang sih, ya memang Indonesia masuk Piala Dunia dalam olah raga sepak bola. Yang jadi pertanyaan aku masa SMA sampai sekarang, ya apakah Piala Dunia U-17 FIFA, ya apa game di buat gitu?" kata Budi.
"Game permainan sepak bola Piala Dunia U-17 FIFA. Kalau itu sih aku tidak tahu," kata Eko.
"Yaaa aku juga tidak tahu," kata Budi.
"Mungkin. Pihak-pihak kepentingan, ya ada yang buat game sepak bola Piala Dunia U-17 FIFA," kata Eko.
"Mungkin. Hidup ini," kata Budi.
"Emmm," kata Eko.
Eko dan Budi terus main catur dengan baik gitu.