Keadaan lingkungan yang tenang gitu. Budi duduk santai di depan rumahnya, ya menikmati minum kopi dan makan singkong rebus gitu.
"Baca buku ah!" kata Budi.
Budi mengambil buku di meja, ya buku di buka dengan baik, ya di pilih-pilih dengan baik cerpen yang ingin di baca. Terpilihlah salah satu cerpen yang di baca Budi dengan baik gitu.
Isi cerita yang di baca Budi :
Rani Mehra adalah seorang wanita Punjabi berusia 24 tahun yang terlindung, lemah lembut, namun baik hati dari Delhi. Dua hari sebelum pernikahannya, tunangannya Vijay Dhingra memberitahunya bahwa dia tidak lagi ingin menikahinya. Dia menjelaskan bahwa gaya hidupnya telah berubah setelah tinggal di luar negeri, dan kebiasaan konservatif Rani akan menjadi pasangan yang salah baginya. Terkejut dengan perkembangannya, Rani mengurung diri di kamarnya selama sehari, mengingat bagaimana dia dan Vijay bertemu dan jatuh cinta. Ingin mengendalikan situasi, dia meminta izin orang tuanya untuk pergi sendirian di bulan madu yang telah dipesan sebelumnya ke Paris dan Amsterdam. Setelah awalnya ragu-ragu, orang tuanya setuju, berpikir bahwa liburan dapat menghiburnya. Nenek Rani menyetujui keputusannya dan meyakinkannya bahwa terkadang hal seperti ini terjadi menjadi lebih baik.
Di Paris, Rani bertemu Vijayalakshmi, seorang wanita berjiwa bebas keturunan Prancis-Spanyol-India yang bekerja di hotel tempat Rani menginap. Kewalahan oleh kota baru dan mendapat masalah dua kali - sekali dengan polisi setempat dan sekali dengan perampok - Rani berniat untuk kembali ke India. Namun, Vijayalakshmi membantunya dan mengajaknya berkeliling kota. Keduanya memiliki serangkaian petualangan, di mana Rani menghidupkan kembali kenangan Vijay yang menggurui dan melarangnya menari dan minum - yang bebas dia lakukan di Paris. Dalam satu insiden tertentu, Rani mencoba apa yang dia anggap sebagai pakaian terbuka dan secara tidak sengaja mengirimkan selfie dirinya yang mengenakan pakaian itu ke Vijay, bukan Vijayalakshmi. Rani dengan cepat menyadari kesalahannya, tetapi tanpa sepengetahuannya, selfie menghidupkan kembali minat Vijay pada Rani dan dia memutuskan untuk mencarinya.
Akhirnya, saatnya tiba bagi Rani untuk mengucapkan selamat tinggal yang emosional kepada Vijayalakshmi dan berangkat ke Amsterdam. Namun, ketika dia tiba di Amsterdam, Rani menemukan bahwa kamar asramanya digunakan bersama oleh tiga pria: Taka dari Jepang, Tim dari Prancis, dan Oleksander dari Rusia. Meskipun skeptis, dia segera berteman baik dengan mereka dan menghabiskan waktu berbelanja, jalan-jalan, mengunjungi toko seks, pergi ke gereja, dan bertemu penari tiang di klub. Rani berteman dengan seorang penari tiang bernama Roxette/Rukhsar seorang gadis Pakistan yang merupakan satu-satunya pencari nafkah untuk keluarganya di Lahore dan juga merupakan teman dari Vijaylakshmi.
Rani perlahan mulai mendapatkan kepercayaan diri dengan mengendalikan keputusannya. Menyadari potensi penghasilannya, dia memenangkan hadiah dengan menjual gol gappas. Setelah acara masak-memasak, pembawa acara dan pemilik restoran Italia, Marcello, berbagi momen intim dengannya dan Rani mengalami ciuman 'Indo-Italia' pertamanya dengannya. Namun, mereka memilih untuk berpisah secara damai. Dia belajar lebih banyak tentang latar belakang teman-temannya dan mulai memahami betapa berbedanya kehidupan bagi orang-orang di belahan dunia lain.
Suatu hari, keempat sahabat itu menemukan Vijay sedang menunggu Rani di depan asrama. Vijay meminta maaf kepada Rani dan memintanya untuk mempertimbangkan kembali hubungan mereka. Percakapan mereka meningkat saat dia mencoba menangkap Rani, tetapi teman-temannya membalas, dan dia memintanya pergi. Rani memutuskan untuk melewatkan konser bersama teman-temannya untuk bertemu dengan Vijay dan mendiskusikan masa depan mereka. Vijay terus menilai teman dan perilaku baru Rani, seperti minum sampanye dan pilihannya untuk tinggal dengan teman sekamar lawan jenis, dan mengatakan kepadanya bahwa dia tidak mengenal orang asing. Hal ini menyebabkan dia pergi dengan tiba-tiba, mengatakan bahwa dia lebih suka berbicara dengannya setelah kembali ke Delhi. Rani kemudian bertemu dengan teman-temannya untuk terakhir kalinya di konser tersebut. Setelah mengucapkan selamat tinggal sambil menangis kepada mereka, dia kembali ke India.
Kembali ke Delhi, Rani mengunjungi Vijay di rumahnya. Berpikir dia telah memutuskan untuk memaafkannya, dia dan keluarganya mulai mendiskusikan rencana pernikahan. Sebaliknya, Rani menyerahkan cincin pertunangannya kepada Vijay dan berkata "terima kasih," menunjukkan bahwa dia memberinya kesempatan untuk menjelajahi dunia dan mengembangkan dirinya dengan menolaknya. Dia kemudian pergi dengan senyum percaya diri di wajahnya.
***
Budi selesai baca cerpen yang ceritanya menarik banget gitu, ya buku di tutup dan buku di taruh di bawah meja gitu. Eko datang ke rumah Budi, ya motor di parkirkan motornya di depan rumah Budi. Eko duduk dengan baik, ya dekat Budi.
"Singkong rebus," kata Eko.
Eko mengambil singkong rebus di piring dan singkong rebus di makan dengan baik.
"Kegelapan," kata Budi.
"Ada apa dengan kata itu?" kata Eko.
Eko telah habis makan satu potong singkong rebus, ya mengambil satu potong lagi singkong rebus di piring dan di makan dengan baik.
"Manusia itu, ya menyembunyikan keburukannya. Bisa di bilang kegelapan jiwa," kata Budi.
"Ya bisa saja sih di bilang seperti apa yang di omongin Budi itu?" kata Eko.
Eko selesai makan satu potong singkong rebus, ya mengambil aqua gelas di bawah meja. Aqua gelas di minum dengan baik sama Eko gitu. Memang aqua gelas satu dus di taruh di bawah meja, ya di siapkan Eko dengan baik gitu.
"Jika pake kebangkitan jiwa. Cerita misteri gitu. Maka kemungkinan manusia yang berkelakuan buruk itu, ya kegelapan jiwanya adalah Setan," kata Budi.
Eko menaruh gelas aqua di meja.
"Ilmu kebangkitan jiwa, ya lebih cenderung ilmu untuk mengetahui kebenaran jiwa apa yang terlahir pada manusia? Kenapa manusia susah untuk di didik dengan baik?" kata Eko.
"Iya sesuai dengan omongan Eko gitu," kata Budi.
"Bisa terjadi sih. Jiwa terlarang itu, ya terlahir ke dunia ini dengan wujud manusia dengan tujuan ke hancuran dunia ini," kata Eko.
"Setan berwujud manusia," kata Budi.
"Maka hidup ini harus berhati-hati. Karena ada manusia yang berkelakuan buruk," kata Eko.
"Memang hidup berhati-hati. Maka itu, ya ada hukum di dunia ini untuk menghukum yang berkelakuan buruk. Dari tingkat SD, SMP, SMP, tidak sekolah, Universitas, dalam struktur kerja swasta dan pemerintahan, ya kemungkinan ada orang-orang yang berkelakuan buruk, ya kegelapan jiwa," kata Budi.
"Apalagi tobat itu susah?" kata Eko.
"Ya memang tobat itu memang susah. Manusia yang melakukan buruk, ya tobat sejenak dan kembali kekelakuan buruk dengan baik," kata Budi.
"Sekedar bahan obrolan lulusan SMA, ya kan Budi?" kata Eko.
"Iya, ya memang sekedar bahan obrolan lulusan SMA!" kata Budi.
"Main kartu remi!" kata Eko.
"Okey main kartu remi!" kata Budi.
Budi mengambil kartu remi di bawah meja, ya kartu remi di kocok dengan baik dan di bagikan dengan baik kartu remi gitu. Eko dan Budi main kartu remi dengan baik, ya main permainan cangkulan gitu.
"Iri tetap iri," kata Budi.
"Iri hal baik apa iri hal buruk?" kata Eko.
"Iri hal baik lah. Cuma omongan saja!" kata Budi.
"Omongan saja!" kata Eko.
"Iri dengan kelahiran manusia yang terlahir kaya. Menikmati hidup ini, ya lebih baik dari aku," kata Budi.
"Walah Budi. Aku kirain iri apa? Hal biasa di iriin Budi. Ya iri dengan kehidupan orang kaya yang lebih baik dari orang miskin, ya dasar kelahiran," kata Eko.
"Ya begitu lah," kata Budi.
"Orang-orang yang punya banyak harta ini dan itu, ya di gunakan untuk menggerakkan roda ekonomi demi ini dan itu dari usaha ini dan itu, ya demi hidup ini. Kaya tetap kaya," kata Eko
"Realitanya hidup ini," kata Budi.
"Pada akhirnya yang sadar seperti kita ini. Cukup makan dan minum, ya tempat tinggal yang layak, ya sudah cukup dengan baik," kata Eko.
"Cukup makan, minum, dan tempat tinggal yang layak sudah cukup. Karena ada yang keadaan orang tidak baik dari kita, ya prihatin sih, ya makan dan minum susah, ya apalagi tempat tinggal susah karena ngontrak atau numpang di tanah orang," kata Budi.
"Harta tetap harta demi hidup ini saja!" kata Eko.
"Harta sebanyak apa pun, ya tidak di bawa mati," kata Budi.
"Harta tidak di bawa mati," kata Eko.
"Emmm," kata Budi.
Eko dan Budi terus bermain kartu remi dengan baik banget gitu.
"Ngomong-ngomong gimana keadaan teman Budi yang tinggal di daerah Kemiling, ya kota Bandar Lampung, ya di daerah perumahan gitu," kata Eko.
"Ya baik sih keadaan teman ku itu. Ya keadaan lingkungannya, ya tinggi rendah derajat terlihat dari harta, ya rumahnya saja terlihat banget dari biasa sampai yang besar banget," kata Budi.
"Jadi sama hal di daerah yang lain kan Budi?" kata Eko.
"Sama aja di daerah lain. Harta dan harta terlihat nyata. Kaya dan miskin," kata Budi.
"Demi hidup ini. Perlombaan untuk kaya dan kaya terus di jalankan dengan baik," kata Eko.
"Realitanya begitu," kata Budi.
"Emmm," kata Eko.
Eko dan Budi main kartu reminya yang menang adalah Budi. Eko mengumpulkan kartu remi di meja dan di kocok dengan baik kartu remi dan di bagikan dengan baik gitu. Ya Budi dan Eko main kartu remi dengan baik gitu.