CAMPUR ADUK

Thursday, January 23, 2025

OMG – OH MY GOD!

Malam yang gelap bertabur bintang di langit gitu. Setelah nonton Tv yang acara musik dangdut, yaaa seperti biasa...Budi duduk di depan rumahnya sedang membaca cerpen, ya sambil menikmati minum kopi dan makan singkong rebus gitu. 

Isi cerita yang di baca Budi :

Kanji Lalji Mehta, seorang ateis Gujarat kelas menengah, yaaa memiliki toko berhala dan barang antik Hindu di Mumbai. Dia mengolok-olok kegiatan keagamaan di sekitarnya dan suatu hari, gempa berintensitas rendah melanda kota, dan toko Kanji adalah satu-satunya toko yang hancur. Keluarga dan teman-temannya menyalahkan ini pada ateismenya.

Di kantor asuransi, Kanji mengetahui bahwa klaim bencana tidak mencakup kerusakan apa pun yang disebabkan oleh bencana alam yang diklasifikasikan dalam "Ketentuan Tuhan". Kehabisan pilihan, dia memutuskan untuk menuntut Tuhan tetapi gagal menemukan pengacara untuk gugatan semacam itu. Hanif Qureshi, seorang pengacara Muslim miskin, membantunya mengajukan kasus setelah Kanji memutuskan untuk berjuang sendiri. Pemberitahuan hukum dikirim ke perusahaan asuransi serta pendeta agama, Siddheshwar Maharaj, Gopi Maiyya, dan pendiri kelompok mereka, Leeladhar Swamy, yaaa memanggil mereka ke pengadilan sebagai wakil Tuhan.

Saat kasus pengadilan dimulai dan mendapatkan daya tarik karena kualitasnya yang aneh, Kanji mendapati dirinya menghadapi fundamentalis bersenjata dan pelecehan, dengan bank hipoteknya menempati rumah itu, dan istri serta anak-anaknya meninggalkannya. Dia diselamatkan dari semua ini oleh Krishna Vasudev Yadav, yaaa yang mengaku sebagai agen real estat yang berasal dari Goku, Uttar Pradesh tetapi tampaknya melakukan trik fantastis yang tidak mungkin dilakukan manusia.

Gugatan itu menyebabkan kemarahan publik. Atas saran Krishna, Kanji pergi ke media dan mendapat liputan luas. Banyak orang dalam situasi yang sama bergabung dengannya dalam gugatan, menyebabkan jumlah klaim meroket dan imam Katolik dan Mullah Muslim juga dipanggil sebagai terdakwa. Ketika pengadilan menuntut bukti tertulis bahwa gempa bumi itu adalah 'Perbuatan Tuhan,' Krishna mengarahkan Kanji ke kitab-kitab suci seperti Bhagavad Gita, Al-Qur'an dan Alkitab. Kanji membacanya dan menemukan bagian di masing-masing yang mengatakan dunia dan semua yang terjadi di dalamnya, dari awal sampai akhir, adalah ciptaan Tuhan dan berasal dari kehendak Tuhan saja. Ini memperkuat kasusnya dan meningkatkan dukungan publik. Namun, Kanji menderita stroke di pengadilan dan dilarikan ke rumah sakit di mana ia mengalami koma dan lumpuh. Ketika dia membuka matanya setelah sebulan, dia menemukan Krishna, yang mengungkapkan bahwa dia adalah Tuhan, dan membuktikannya dengan menyembuhkan Kanji sepenuhnya. Dia lebih lanjut mengungkapkan bahwa Dia menciptakan seluruh dunia, hewan dan manusia tetapi agama diciptakan oleh manusia, dan dia adalah orang yang menghancurkan toko Kanji karena dia berusaha untuk menghukum para dewa yang menunjukkan ketakutannya kepada publik, untuk mendapatkan uang. Dia menambahkan bahwa dia menciptakan seluruh dunia dan dengan demikian tidak Saya tidak suka tinggal di kuil yang bertentangan dengan apa yang diklaim oleh para dewa dan dia tidak tertarik dengan persembahan yang dia dapatkan dari para penyembah. Sebaliknya, dia menciptakan jutaan manusia yang mati kelaparan dan akan senang jika persembahan itu diberikan kepada mereka. Dia mengetahui bahwa seorang ateis seperti Kanji akan mengekspos mereka jika dia menghancurkan Tokonya, dan dengan demikian menghancurkannya dengan menyebabkan bencana dan mulai membantunya dengan gugatan dengan tampil sebagai manusia dan berteman dengannya, dan mengungkapkan dirinya dalam bentuk aslinya. sehingga Kanji menyadari bahwa meskipun dia ada, dia tidak tinggal di kuil, tetapi di setiap makhluk yang dia ciptakan.

Kanji mengetahui bahwa putusan gugatan itu menguntungkannya dan organisasi keagamaan diperintahkan oleh pengadilan untuk membayar kompensasi kepada semua penggugat; orang-orang mulai memuja Kanji sendiri sebagai dewa. Leeladhar, Gopi Maiyya, dan Siddheshwar telah memanfaatkan ini dengan membuka kuil yang didedikasikan untuk Kanji dan mengumpulkan jutaan sumbangan. Krishna menjelaskan kepada Kanji bahwa tugasnya sebagai Tuhan adalah untuk menunjukkan kepada orang-orang benar dan salah - orang-orang melakukannya dengan apa yang mereka inginkan. Kanji memutuskan untuk melawan. Dia memecahkan patungnya sendiri, menegur orang banyak agar percaya pada manusia-Tuhan. Dia menyarankan mereka untuk mencari Tuhan dalam diri mereka sendiri dan orang lain, bukan dalam patung; bahwa Tuhan ada di mana-mana, bukan hanya di kuil, dan iman harus datang dari dalam. Dia mengatakan kepada mereka untuk tidak percaya pada manusia-Tuhan yang curang, karena tugas mereka adalah mengubah agama menjadi bisnis.

Krishna memandang dengan bangga saat Kanji berbicara, lalu menghilang ketika Kanji mencoba menghubunginya setelahnya. Kanji bertemu kembali dengan keluarganya dan melihat gantungan kunci Krishna di tanah. Ketika dia akan menyimpannya, dia mendengar suara Krishna, menyuruhnya untuk menyingkirkan gantungan kunci karena takut akan Tuhan dan ketergantungan pada benda-benda keagamaan adalah apa yang dia lawan selama ini. Kanji tersenyum dan membuangnya, menyaksikannya menghilang di langit dengan sekejap.

***

Budi selesai baca cerpen yang ceritanya bagus, ya buku di tutup dan buku di taruh di bawah meja gitu. 

"Emmm," kata Budi.

Budi menikmati minum kopi dan makan singkong rebus gitu. 

"Nyanyi saja dan main gitar!" kata Budi. 

Budi mengambil gitar yang di taruh di samping kursi, ya gitar di mainkan dengan baik dan bernyanyi dengan baik gitu. 

Lirik lagu yang dinyanyikan Budi :

"Terlalu indah dilupakanTerlalu sedih dikenangkanSetelah aku jauh berjalanDan kau kutinggalkan
Betapa hatiku bersedihMengenang kasih dan sayangmuSetulus pesanmu kepadakuEngkau 'kan menunggu
Andaikan kau datang kemariJawaban apa yang 'kan kuberi?Adakah jalan yang kautemuiUntuk kita kembali lagi?
Bersinarlah bulan purnamaSeindah serta tulus cintanyaBersinarlah terus sampai nantiLagu ini kuakhiri
Betapa hatiku bersedihMengenang kasih dan sayangmuSetulus pesanmu kepadakuEngkau 'kan menunggu
Andaikan kau datang kemariJawaban apa yang 'kan kuberi?Adakah jalan yang kautemuiUntuk kita kembali lagi?
Bersinarlah bulan purnamaSeindah serta tulus cintanyaBersinarlah terus sampai nantiLagu ini kuakhiri
Bersinarlah bulan purnamaSeindah serta tulus cintanya"

***

Budi selesai bernyanyi, yaaa gitar berhenti di mainkan dan gitar di taruh di samping kursi gitu. 

"Emmm," kata Budi. 

Budi menikmati minum kopi dan makan singkong rebus gitu. Eko datang ke rumah Budi, ya motor di parkirkan dengan baik di depan rumah Budi. Eko duduk dengan baik, ya dekat Budi gitu. 

"Ngobrolin apa ya Budi?" kata Eko. 

"Ngobrolin acara Tv. Gimana Eko?" kata Budi. 

"Acara Tv...okey sih di obrolan sih!" kata Eko. 

"Emmm," kata Budi. 

"Film," kata Eko. 

"Acara Tv menanyakan film ini dan itu..bagus kan Eko?" kata Budi. 

"Memang bagus sih, ya acara Tv...menayangkan film ini dan itu. Penonton terhibur dengan tontonan yang di tonton dengan baik gitu," kata Eko. 

"Penonton yang baik, ya terhibur dengan baik karena tontonan yang di tonton gitu," kata Budi. 

"Emmm," kata Eko. 

"Film yang berkaitan dengan orang-orang China, ya cerita kerajaan gitu. Manusia yang haus dengan kekuasaan gitu," kata Budi. 

"Film itu toh. Perang dan perebutan kekuasaan," kata Eko. 

"Konflik keren kan Eko?" kata Budi. 

"Iya sih konfliknya keren sih," kata Eko. 

"Kalau di kaitkan dengan orang-orang China yang tinggal di Indonesia dan di negara lain. Realitanya orang-orang China terlihat banget haus dengan keinginannya kaya dan juga kekuasaan, ya kan Eko?" kata Budi. 

"Orang-orang China yang usaha ini dan itu, ya ada juga masuk perusahaan ini dan itu, ya bisa di bilang orang-orang China haus dengan kekayaan dan kekuasaan sih. Orang-orang China terjun ke politik, ya bisa di bilang sih haus kekuasaan gitu, ya tujuannya ini dan itu sih," kata Eko. 

"Kejayaan suku China dan juga ekonomi, ya kan Eko?" kata Budi. 

"Bisa jadi sih...kejayaan suku China dan ekonomi. Maka suku China mempertahankan dengan baik budayanya, ya bisa masuk ke aspek budaya apapun dan agama apa pun. Ada yang pun orang China menikah dengan suku sendiri, ya tujuan tidak kehilangan jati diri suku China. Ada juga suku China menikah dengan suku lain dengan tujuan yang ini dan itu sih," kata Eko. 

"Berkaitan dengan ekonomi. Terjadi persaingan sengit," kata Budi. 

"Memang sih...kompetisi terjadi sengit urusan ekonomi," kata Eko. 

"Pesaing bisnis dengan orang-orang China bersaing dengan baik," kata Budi. 

"Cerita ada di artikel koranlah tentang persaingan bisnis dengan orang-orang China," kata Eko. 

"Memang ceritanya ada di artikel koran," kata Budi. 

"Emmm," kata Eko. 

"Emmm," kata Budi. 

"Apa yang di usaha kan? Ya hasil...rezeki masing-manusia!" kata Eko. 

"Manusia kerjaannya berusaha dengan baik dan diiringi dengan doa, yaaa memang hasil...rezeki masing-masing," kata Budi. 

"Sekedar bahan obrolan lulusan SMA!" kata Eko. 

"Memang sekedar bahan obrolan lulusan SMA!" kata Budi. 

"Main kartu gaplek Budi!" kata Eko. 

"Okey....main kartu gaplek!" kata Budi. 

Budi mengambil kartu gaplek di bawah meja, ya kartu gaplek di kocok dengan baik dan di bagikan dengan baik gitu. Eko dan Budi main kartu gaplek dengan baik gitu. 

"Emmm," kata Eko. 

"FTV...tetap bagus kan Eko?" kata Budi. 

"Cerita FTV...tetap bagus sih menghibur penonton di rumah," kata Eko. 

"Memang terhibur penonton di rumah, ya menonton FTV....yang ceritanya tetap bagus gitu," kata Budi. 

"Emmm," kata Eko. 

"Emmm," kata Budi. 

Budi dan Eko, ya asik main kartu gaplek gitu. 

"Berita tentang artis," kata Budi. 

"Emmm," kata Eko. 

"Cerita tentang artis ini dan itu, ya menarik di tonton ceritanya kan Eko?" kata Budi. 

"Yaaa menarik sih...cerita artis ini dan itu," kata Eko. 

"Emmm," kata Budi. 

"Emmm," kata Eko. 

Eko dan Budi tetap asik main kartu gaplek gitu. 

CAMPUR ADUK

BAJRANGI BHAIJAAN

Malam gelap bertabur bintang di langit. Setelah nonton Tv yang acara musik dangdut, ya seperti biasa sih...Budi duduk dengan santai di depan...

CAMPUR ADUK