Lirik lagu yang di nyanyikan Budi dengan judul 'Aku, Kau dan Dia' :
Betapa ku mencintaimu
Kau tenangkanku dari mimpi burukku
***
Budi selesai menyanyikan lagu dengan baik, ya main gitar juga berhenti. Eko telah sampai di rumah Budi dan memarkirkan motornya dengan baik. Eko duduk dengan baik.
"Gorengan Budi!" kata Eko menaruh seplastik isinya gorengan di meja.
"Iya," kata Budi.
Budi mengambil gorengan di plastik dan juga sama cabe rawit lah dan segera di makan gorengan sama cabe rawit lah. Eko, ya makan gorengan dengan cabe rawit lah.
Memang sih kebiasaan Eko main ke rumah Budi, ya pasti di suguhin kopilah karena memang keduanya suka minum kopi.
"Gorengan yang aku makan ini. Enak," kata Budi.
"Setiap hari kan beli gorengan ini. Pastinya enak," kata Eko.
"Walau sebenarnya rezeki kita, ya bisa di bilang rezekinya bujang gitu," kata Budi.
"Rezeki Bujang, ya di nikamati dengan baik. Kalau ada rezeki lebih, ya di kasih sama orang tua," kata Eko.
"Nama juga kita pemuda yang berbakti sama orang tua," kata Budi.
"Ya lah. Kita pemuda yang berbakti sama orang tua," kata Eko yang menegaskan omongan Budi.
Eko dan Budi mengambil gelas yang berisi kopi, ya di minum dengan baik. Setelah minum kopi, ya gelas kopi di taruh di meja. Keadaan lingkungan, ya seperti biasanya sesuai dengan berita di Tv lokal dan juga media ini dan itu sih tentang kota Bandar Lampung.
"Budi. Nyanyi yuk!" kata Eko.
"Ok!" kata Budi.
Budi memainkan gitarnya dengan baik dan menyanyikan lagu, ya bersama Eko.
Lirik lagu yang dinyanyikan Budi dan Eko dengan judul 'Yolanda' :
Saat aku ragu, saat aku layu
Canda tawamu tenangkan aku, Yolanda
***
Lagu selesai dinyanyikan Budi dan Eko, ya Budi selesai memainkan gitarnya.
"Malam ini malam tenang banget," kata Eko.
"Malam bertabur bintang di langit,"kata Budi.
Tiba-tiba bintang jatuh di langit, ya terlihat sama Eko dan Budi. Keduanya berdoa agar cita-citanya terkabul, ya nama juga cerita sih.
"Budi. Asik ya kalau ada cewek," kata Eko.
"Asik ada cewek. Ngapain?!" kata Budi.
"Pacaran?!" kata Budi.
"Iya," kata Eko.
"Enak Eko pacaran dengan Purnama, ya tetangga Eko. Ngobrol asik. Akunya gimana?!" kata Budi.
"Oooo iya ya. Budi kan belum punya pacar. Salah Budi sih milih cewek yang cantik tapi tidak sesuai dengan keadaan Budi sih," kata Eko.
"Tampang gitu?!" kata Budi.
"Iyalah!" kata Eko.
"Nama juga usaha. Merubah keturunan gitu!" kata Budi.
"Aku mengerti Budi!" kata Eko.
"Ya sudah. Main catur saja!" kata Budi.
"Ok main catur!" kata Eko.
Eko mengambil catur di bawah meja dan di taruh di atas meja. Budi beranjak dari duduknya, ya masuk ke dalam rumah untuk menaruh gitar di dalam rumah, ya tepatnya di ruang tamu di meja saja. Budi pun duduk ke depan rumah, ya duduk dengan baik. Budi dan Eko main catur dengan baik.
"Ooo iya Budi apa pendapat mu dengan ada orang Lampung yang katanya ikut perlombaan menyanyi di acara Tv di Jakarta ?!" kata Eko.
Eko memajukan pion caturnya dengan baik.
"Bagus aja. Nama juga usaha untuk menjadi orang sukses di bidang menyanyi," kata Budi.
Budi memajukan pion caturnya dengan baik.
"Semoga saja berhasil dengan usahanya itu," kata Eko.
Eko memajukan pion caturnya dengan baik.
"Lawannya sih memang tidak bisa dianggap enteng. Ada pepatah kan, ya di atas langit masih ada langit. Berarti pinter ada lebih pinter lagi," kata Budi.
Budi memajukan pion caturnya dengan baik.
"Memang di sih pematahnya benar di atas langit ada langit. Pinter nyannyi, ya ada lebih pinter menyanyi lagi. Jadi terus mengasah ilmu dengan baik agar menjadi lebih pintar lagi!" kata Eko.
Eko memajukan kuda catur dengan baik.
"Emmm," kata Budi.
Budi memajukan peluncur catur dengan baik. Permain catur makin seru, maka itu Budi dan Eko main catur, ya serius dengan baik.