"Abdul. Ada cerita apa hari ini, ya cerita di masyarakat gitu?!" kata Budi.
"Cerita apa ya?!" kata Abdul.
"Pokoknya cerita!" kata Budi.
"Ceritanya tentang daerah yang katanya ada kaitannya peredaran narkoba, ya pernah di gebrek sama polisi," kata Abdul.
"Ooooo cerita itu sih aku tahu lah!" kata Budi.
"Kalau sudah tahu. Untuk apa aku ceritakan?!" kata Abdul
"Ok tidak perlu di ceritakan lagi. Ya mungkin Abdul cerita lain!" kata Budi.
"Banjir!!!!" kata Abdul.
"Kalau cerita banjir aku tahu, ya ada yang faktanya dan juga hoak-nya. Abdul cerita yang lain!" kata Budi.
"Cerita yang lain. Ada sih. Ada orang yang tadinya orang tidak bener, tapi merasa bener sih, ya bisa orang kaya dan juga miskin sih. Ketika wabah penyakit covid-19, ya berdasarkan data berita ini dan itu. Banyak orang mengikuti aturan pemerintahan, ya pake masker dan vaksin. Orang itu, ya ikutan menjalankan aturan pemerintahan, ya aneh jadinya. Orang itu takut mati, ya padahal...pernah merugikan orang lain, ya kabarnya jadi omongan orang-orang gitu!" kata Abdul.
"Bisa di bilang orang berengsek, ya takut mati. Aneh!!!! Padahal pernah merugikan orang lain," kata Budi.
"Mungkin...karena cerita neraka itu nyata. Maka itu orang itu takut mati, ya ujian wabah penyakit di tulis di Al-Qur'an!" kata Abdul.
"Bisa jadi sih. Karena neraka itu nyata!" kata Budi.
"Sekarang...Budi. Ada cerita dari cerita masyarakat?!" kata Abdul.
"Ada sih!!!" kata Budi.
"Ceritakan!" kata Abdul.
"Ok. Aku ceritakan. Ada seorang pemuda, ya di dalam dirinya ada penyakit sih. Pemuda itu ikut vaksin, ya memang di tanya keadaan tubuhnya sama petugas kesehatan sih. Ya pemuda itu berbohong pada petugas kesehatan, ya kalau dirinya tidak ada penyakit. Tujuan pemuda itu berbohong tentang keadaannya, ya agar ikut aturan pemerintahan saja dan juga ada hal yang di sukai pemuda itu, ya tentang kata-kata sih, ya racun di lawan dengan racun sih. Petugas pun menerima pernyataan pemuda itu, dan vaksin lah pemuda itu. Pemuda terus merasakan gejala di dalam tubuhnya itu dengan baik setiap hari. Penyakit yang di deritanya, ya tak kunjung sembuh. Vaksin pun tidak mempengaruhi keadaan. Pemuda itu, ya tetap terus mengikuti aturan pemerintah, ya dengan baik...vaksin selanjutnya. Pemuda itu berkata "Hidup dan mati ku keputusan Tuhan Yang Maha Kuasa". Pemuda itu sudah siap mati, ya dari penyakit yang di deritanya," kata Budi.
"Berarti pemuda....orang baik, ya ikut patuh pada peraturan pemerintah, ya walau sebenarnya di dalam dirinya ada penyakit, ya tidak kunjung sembuh," kata Abdul.
"Nama juga pemuda itu paham agama, ya urusan mati, ya tidak takutlah. Hidup di dunia ini kan sementara, ya kekalnya di akherat," kata Budi.
"Banyak orang di muka bumi, ya lebih banyak mengumpulkan harta kemewahan dunia...tujuannya menikmati dunia ini sejenak ini, ya lebih banyak buta dari pada melihat!" kata Abdul.
"Kenyataan begitu. Orang-orang kaya, ya ingin di sanjung orang karena kekayaannya. Padahal kekayaannya tidak bisa di bawa mati," kata Budi.
"Kalau begitu lebih baik main catur saja!" kata Abdul.
"Ok....main catur!" kata Budi.
Budi dan Abdul, ya menyusun bidak catur dengan baik di papan catur.
"Eko tadi main ke sini!" kata Abdul.
"Iya, tadi Eko main ke sini. Ada urusan sama Heru, ya selesai urusannya sama aku. Eko ke rumah Heru lah," kata Budi.
"Ooooo begitu!!!" kata Abdul.
Abdul dan Budi, ya main catur dengan baik, ya sambil menikmati minum kopi botolan dan gorengan lah.