Budi dan Eko duduk di teras depan rumah, ya sambil menikmati minum kopi dan makan gorengan.
"Mimpi," kata Budi.
"Mimpi hanya bunga tidur saja Budi," kata Eko.
"Memang sih mimpi hanya bunga tidur saja. Tapi mimpi bisa saja, ya berbentuk harapan," kata Budi.
"Mimpi bentuk harapan. Ya contohnya : Budi ingin bersama cewek yang di sukai," kata Eko.
"Bisa sih contohnya seperti di omongin Eko. Yang sebenarnya aku impikan, ya jadi orang kaya gitu," kata Budi.
"Bermimpi jadi orang kaya toh," kata Eko.
"Jadi orang kaya itu enak...Eko. Berkecukupan, ya tidak kekurangan," kata Budi
"Memang enak jadi orang kaya. Jadi orang miskin, ya selalu kekurangan. Orang miskin harus bekerja keras dengan baik, ya untuk keluar dari kemiskinan. Yang sulit itu, ya ujiannya. Orang miskin sudah berjalan di jalan yang baik. Banyak orang yang berjalan di jalan keburukan," kata Eko.
"Memang sulitnya. Ujiannya. Sudah berjalan di jalan kebaikan. Ya banyak orang di jalan keburukan," kata Budi.
"Hidup antara baik dan buruk," kata Eko.
"Memang hidup antara baik dan buruk perilaku manusia. Ada yang paham agama. Ada yang tidak paham agama," kata Budi.
"Emmm," kata Eko.
"Oiya Eko. Mimpi itu dapat menyebabkan kematian kan?" kata Budi.
"Mimpi dapat menyebabkan kematian. Kalau mimpinya bertemu dengan makhluk yang seram, ya menjebak di dalam mimpi," kata Eko.
"Itu sih film Eko," kata Budi.
"Ya realitanya. Manusia biasa bermimpi saat tidur. Jika ada kerusakan pada jaringan otak. Manusia terjebak di dalam dunia mimpi dan tidak bisa keluar karena fungsi dari jaringan otak kacau. Pastinya manusia itu, ya mati," kata Eko.
"Lebih baik ibadah dari pada tidur," kata Budi.
"Memang lebih baik ibadah dari pada tidur. Kalau dunia mimpi itu dapat menyebabkan kematian manusia," kata Eko.
"Ya sekedar obrolan lulusan SMA!" kata Budi.
"Memang sekedar obrolan lulusan SMA. Karena yang lebih baik itu, ya lulusan Universitas, ya kerjaannya penelitian ini dan itu sampai gelar dokter dan kerja juga," kata Eko.
"Kalau begitu aku bercerita pake wayang. Sekedar cerita!" kata Budi.
"Aku jadi penonton yang baik!" kata Eko.
Budi mengambil wayang yang di taruh di kursi kosong, ya wayang di mainkan dengan baik dan bercerita dengan baik gitu. Eko menonton pertunjukkan wayang dengan baik.
Isi cerita yang di ceritakan Budi :
Cheng Chao-an adalah seorang pria Tionghoa yang pindah ke Pak Chong, Thailand, untuk tinggal bersama keluarga angkatnya dan bekerja di pabrik es. Dia bertemu sepupunya Hsu Chie dan adik laki-laki Hsu secara tidak sengaja ketika Hsu melawan preman jalanan setempat yang mencuri pangsit dari saudaranya. Cheng menahan diri untuk tidak terlibat meskipun tergoda, karena dia bersumpah kepada ibunya untuk tidak pernah berpartisipasi dalam pertempuran apa pun dan memakai jimat batu giok di lehernya sebagai jaminan atas janjinya.
Cheng memulai pekerjaannya di pabrik es. Ketika balok es secara tidak sengaja pecah, sekantong obat bubuk putih jatuh. Dua sepupu Cheng mengambil tas itu dan disuruh menemui manajernya nanti malam. Pabrik itu sebenarnya adalah kedok untuk jaringan penyelundupan narkoba yang dipimpin oleh Hsiao Mi (alias Bos Besar). Ketika sepupu Cheng menolak untuk bergabung dengan mereka, manajer mengirim preman untuk membunuh mereka dan membuang tubuh mereka, ya sehingga menjaga rahasia.
Hsu Chien dan Ah Pei, salah satu sepupu Cheng, pergi ke Rumah Hsiao Mi untuk mencari tahu apa yang terjadi pada kedua sepupu itu. Hsu meragukan klaim Hsiao bahwa dia tidak tahu apa-apa dan mengancam akan melapor ke pihak berwenang. Hsiao menempatkan gengnya pada duo sebagai hasilnya, dan setelah pertempuran brutal, ya mereka berdua terbunuh juga dan tubuh mereka disembunyikan. Ketika para pekerja Cina di pabrik es mengetahui bahwa Hsu juga hilang, mereka menolak untuk bekerja, dan memulai kerusuhan terhadap manajemen Thailand, yang bergabung dengan sekelompok preman bayaran.
Selama kekacauan, ya salah satu preman secara tidak sengaja merobek dan merusak jimat Cheng. Marah, ya Cheng melompat ke perkelahian dan mengalahkan beberapa preman, ya menyebabkan mereka melarikan diri. Untuk mengurangi ketegangan, ya manajer pabrik es menjadikan Cheng seorang mandor, ya mengundangnya makan malam malam itu. Hal ini kemudian menyebabkan banyak kegelisahan bagi keluarga dan teman-teman Cheng, ya yang percaya bahwa Cheng semakin arogan dan menghabiskan lebih banyak waktu menikmati posisi barunya daripada membantu mencari saudara-saudara mereka. Mereka semakin membenci nya, ya kecuali Chiao Mei, ya saudara perempuannya, ya yang membelanya.
Cheng mabuk di pesta makan malam dan dirayu oleh Sun Wu Man, ya seorang pelacur yang menghadiri makan malam. Dia kemudian memperingatkan Cheng bahwa hidupnya dalam bahaya dan mengungkapkan bahwa Hsiao Mi menjalankan operasi perdagangan narkoba. Segera setelah Cheng pergi, putra Hsiao, Hsiao Chiun, menyelinap masuk dan membunuh Sun dengan melemparkan pisau ke jantungnya dari belakang. Cheng masuk ke pabrik dan pertama kali menemukan obat-obatan sebelum menemukan tangan, kepala Sun, dan kepala Hsu Chien di balok es.
Cheng dikelilingi oleh Hsiao Chiun dan sekelompok anak buahnya. Cheng berjuang keluar, ya membunuh Hsiao Chiun dan gengnya dalam prosesnya. Dia kembali ke rumah untuk menemukan bahwa anggota keluarganya yang tersisa telah dibunuh, ya sementara Chiao Mei hilang. Berduka atas kehilangannya di tepi sungai, ya dia bersumpah untuk membalas dendam dengan cara apa pun, ya bahkan jika dia mati. Untuk tujuan ini, ya Cheng kembali ke rumah bordil kota dan bercinta dengan pelacur Thailand lainnya. Mengetahui lokasi Bos, ya Cheng meninggalkan pelacur dengan sejumlah uang yang cukup besar dan pergi, ya meskipun dia berusaha membujuknya untuk membalas dendam.
Cheng kemudian menyerbu rumah Hsiao Mi untuk melawan dia dan anak buahnya. Salah satu budak Hsiao Mi yang tidak puas membebaskan Chiao Mei, ya yang disandera oleh Hsiao Mi di sebuah ruangan sempit yang digunakan sebagai sel penjara. Chiao Mei melarikan diri untuk mendapatkan bantuan dari polisi Thailand. Cheng akhirnya membunuh Hsiao Mi setelah pertarungan sengit, ya dengan menangkis pisau yang dilempar Mi dengan sepatunya. Begitu dia tahu bahwa Chiao Mei aman (saat dia berlari bersama dengan divisi polisi), ya dia menyerah kepada polisi ketika mereka tiba di mansion, dan ditangkap di mana kerumunan berjalan kembali ke kendaraan polisi untuk meninggalkan mansion.
***
Budi cukup lama bercerita pake wayang, ya akhirnya selesai juga. Eko memuji pertunjukkan wayang Budi, ya begitu juga dengan ceritanya, ya bagus gitu. Budi menaruh wayang di kursi kosong.
"Main catur saja Budi!" kata Eko.
"OK. Main catur!" kata Budi.
Budi mengambil papan catur di bawah meja, ya papan catur di taruh di atas meja. Budi dan Eko, ya menyusun dengan baik bidak catur di atas papan catur.
"Kenapa orang punya ilmu dan kaya masih di jalan keburukan, ya cerita orang sih?" kata Budi.
"Seperti halnya, ya tahu ilmu agama. Tetap berjalan di jalan keburukan. Berarti orang itu memang setan, ya hati nuraninya dan pikirannya tertutup. Maka tetap di jalan keburukan," kata Eko.
"Setan berwujud manusia, ya nyata lagi. Ya orang-orang yang berjalan di jalan keburukan. Kisah nyata sih tentang orang-orang buruk perilakunya. Orang-orang seperti itu, ya ada di mana-mana," kata Budi.
"Emmm," kata Eko.
"Ya harapannya sih. Orang-orang seperti itu di tangkap polisi," kata Budi.
"Kalau ketangkap polisi. Kan orang-orang itu, ya pinter berbaur di lingkungan, ya jadi orang baik gitu," kata Eko.
"Berpura-pura dalam jalanin hidup ini," kata Budi.
"Emmm," kata Eko.
Eko dan Budi, ya main catur dengan baik.