CAMPUR ADUK

Monday, October 4, 2021

SETIA

Budi dengan menggunakan motornya, ya ke rumah Eko lah. Eko duduk di depan rumah sedang main gitar dan bernyanyi, ya sambil minum kopi dan gorengan.

Lirik largu yang dinyanyikan Eko dengan judul 'Setia' :

Deras hujan yang turun
Mengingatkanku pada dirimu
Aku masih di sini untuk setia
Selang waktu berganti
Aku tak tahu engkau di mana oh
Tapi aku mencoba untuk setia
Sesaat malam datang
Menjemput kesendirianku
Dan bila pagi datang
Kutahu kau tak di sampingku
Aku masih di sini untuk setia
Selang waktu berganti
Aku tak tahu engkau di mana
Tapi aku mencoba untuk setia
Sesaat malam datang
Menjemput kesendirianku
Dan bila pagi datang
Kutahu kau tak di sampingku
Aku masih di sini untuk setia
Aku masih di sini untuk setia
Aku masih di sini untuk setia

***

Budi sampai di rumah Eko, ya memarkirkan motornya dengan baik di halaman depan rumah Eko lah. Budi duduk dengan baik. Eko selesai menyanyikan lagu dan juga main gitarnya.

"Hari ini hari yang melelahkan," kata Budi.

"Melelahkan karena kerja...kan Budi?!" kata Eko.

"Iya iyalah Eko kerja. Kalau aku tidak kerja dengan baik. Aku tidak menghasilkan uang, ya tidak bisa bayar cicilan kredit motor. Nama juga nasif orang miskin berusaha menjadi mampu. Ya usahanya keras banget, ya di sisi orang baiklah. Kan ada sisi lain...yang buruk, orang-orang yang kerjaannya main gampangnya mencuri, menipu dan merampok. Apalagi kalau yang di curi orang miskin, ya orang miskin jadi miskin lagi," kata Budi.

"Sisi Budi sih baik, ya sama dengan aku...sisi baik di jalan kebaikan. Berusaha dengan kerja keras, ya membayar cicilan motor, ya begitu dengan aku. Kalau urusan orang yang sisi buruk sih. Orang pikirannya kebelinger sih. Yang miskin di curi uangnya, ya tambah miskin. Kadang terjadi itu, ya salah berteman sih," kata Eko.

"Teman makan teman," kata Budi.

"Kadang teman dengan sembunyi-sembunyi menjatuhkan temannya, ya dalam urusan kerjaan," kata Eko.

"Kadang juga terang-terangan menjatuhkan. Ya pengalaman menjalankan hidup di kota ini kan Eko?!" kata Budi.

"Ya memang sih pengalaman hidup di kota ini. Kota Bandar Lampung. Padahal di kota lain juga sama aja, ya ada pergaulan yang baik dan ada pergaulan yang buruk, ya saling menjatuhkan," kata Eko.

"Oooo iya Eko nyanyiin lagu apa?!" kata Budi.

"Lagunya Jikustik dengan judul 'Setia'...," kata Eko.

"Setia. Urusan cinta Eko dengan Purnama," kata Budi.

"Kok tahu," kata Eko.

"Ya tahu lah Eko. Eko kan sedang menjalankan urusan cintan dengan Purnama. Pasti merasakan keadaan ini dan itu. Moment ini dan itu," kata Budi.

"Memang sih aku akui sih. Lagu 'Setia' ini kena dengan keadaan ku," kata Eko.

"Lagunya 'Setia' memang sih populer di masanya. Ya kalau mendekati orang yang menjalankan urusan cinta, ya jadi populer lagi kalau di nyanyikan dengan baik, ya sebatas orang yang menyukai lagu ini dan itu," kata Budi.

"Tepatnya penggemar saja kan," Eko.

"Pinjem gitarnya!" kata Budi.

Eko memberikan gitar pada Budi sambil berkata "Niee."

Budi mengambil gitar dari tangan Eko, ya mau di mainkan dan bernyanyilah Budi. Eko beranjak dari duduknya, ya ke dalam rumah langsung ke dapur untuk membuatkan kopi untuk Budi.

Lirik lagu yang di nyanyikan Budi dengan judul 'Puisi' :

Aku yang pernah Engkau kuatkan
Aku yang pernah Kau bangkitkan
Aku yang pernah Kau beri rasa
Saat ku terjaga
Hingga ku terlelap nanti
Selama itu aku akan selalu mengingat-Mu
Kapan lagi kutulis untuk-Mu
Tulisan-tulisan indahku yang dulu
Pernah warnai dunia
Puisi terindahku hanya untuk-Mu
Mungkinkah Kau 'kan kembali lagi
Menemaniku menulis lagi
Kita arungi bersama
Puisi terindahku hanya untuk-Mu
Saat ku terjaga
Hingga ku terlelap nanti
Selama itu aku akan selalu mengingat-Mu
Kapan lagi kutulis untuk-Mu (haa-i-aa-i-aa)
Tulisan-tulisan indahku yang dulu
Pernah warnai dunia
Puisi terindahku hanya untuk-Mu
Mungkinkah Kau 'kan kembali lagi (haa-i-aa-i-aa)
Menemaniku menulis lagi
Kita arungi bersama (haa-aa-aa)
Puisi terindahku hanya untuk-Mu
Kapan lagi kutulis untuk-Mu (haa-i-aa-i-aa)
Tulisan-tulisan indahku yang dulu
Pernah warnai dunia
Puisi terindahku hanya untuk-Mu
Mungkinkah Kau 'kan kembali lagi (haa-i-aa-i-aa)
Menemaniku menulis lagi
Kita arungi bersama (haa-aa-aa)
Puisi terindahku hanya untuk-Mu

***

Eko selesai membuat kopi di dapur, ya di bawa ke depan rumah. Budi masih bernyanyi dan main gitar dengan baik. Kopi di taruh dengan baik di meja, ya sama Eko. Ya Eko ikut bernyanyi bersama Budi karena lagunya bagus sih masih kaitan dengan Jikustik sih. Pada akhirnya Budi selesai menyanyi dan main gitar, ya Eko berhenti bernyanyi juga sih. Gitar di taruh Budi samping kursi.

"Kadang kita teringat masa sekolah, ya Eko. Di suruh buat puisi saat pelajaran Bahasa Indonesia," kata Budi.

"Iya sih. Kadang kita teringat pada masa sekolah, ya membuat puisi saat pelajaran Bahasa Indonesia. Saat aku lulus SMA dan jatuh cinta pada gadis yang cantik, ya Purnama. Aku membuatkan puisi yang menyatakan perasaan ku pada Purnama," kata Eko.

"Cinta Eko di terima dengan baik sama Purnama. Sama halnya puisi yang di buatkan Eko untuk Purnama, ya di terima dengan baik," kata Budi.

"Ya begitulah. Puisi itu di simpan dengan baik sama Purnama di buku Diary-nya, ya kebiasaan ceweklah," kata Eko.

"Apakah Eko pernah menyanyikan lagu cinta, ya di persembahkan untuk Purnama gitu?!" kata Budi.

"Ya pernahlah. Saat aku main ke rumah Purnama. Ya Purnama senang saja sih mendengarkan lagu cinta yang aku persembahkan untuknya dengan baik," kata Eko.

"Kisah cinta Eko, ya kaya di sinetron dan juga film-film. Kisah cinta yang begitu menyentuh dengan baik," kata Budi.

Budi mengambik gelas yang berisi kopi di meja, ya di minum dengan baiklah.

"Yang sulit itu dari urusan cinta, ya tetap setia itulah," kata Eko.

Budi menaruh gelas berisi kopi di meja.

"Setia memang susah. Karena ujiannya banyak," kata Budi.

"Ya sudahlah. Kita main catur apa main kartu remi?!" kata Eko.

"Main kartu remi aja Eko!" kata Budi.

"Ok. Main kartu remi!" kata Eko.

Eko mengambil kartu di atas papan catur, ya di bawah meja. Eko mengocok kartu remi dengan baik, ya di bagikan dengan baik. Eko dan Budi, ya main cangkulan dengan baik.

JUJUR DAN BOHONG

Eko dan Budi sedang duduk santai di depan rumah Budi, ya sambil minim kopi dan makan gorengan. Keadaan memang malam sih.

"Hidup manusia itu antara jujur dan bohong....kan...Budi?!" kata Eko.

"Hidup manusia, ya antara jujur dan bohong," kata Budi.

Budi mengambil tahu gorengan di piring dengan cabe rawit, ya di makan dengan baik. 

"Repot ya...urusan manusia itu," kata Eko.

Eko mengambil tahu gorengan di piring dengan cabe, ya di makan dengan baik

"Memang sih repot. Ya jalan peradaban manusia dari dulu sampai sekarang, ya isinya jujur dan bohong," kata Budi.

"Yang jujur, ya alam ini. Langit yang gelap, ya bertabur bintang di langit. Angin bertiup sepoy sepoy," kata Eko.

Eko mengambil gelas berisi kopi di meja, ya di minum dengan baik kopinya. 

"Memang alam dunia ini jujur," kata Budi. 

Budi, ya mengambil gelas berisi kopi di meja, ya di minum kopi dengan baik. 

"Esok pagi, ya di mulai lagi aktivitas manusia. Kerja dan kerja," kata Eko. 

Eko gelas berisi kopi di taruh meja. 

"Dulu kota Bandar Lampung, ya jalan sepi. Sekarang rame hilir mudik dari motor sampai mobil. Manusia menggerakkan motor dan Mobilnya dengan tujuan masing-masing, ya ekonomi ini dan itu," kata Budi. 

Budi menaruh gelas berisi kopi di meja. 

"Sama aja dengan kota-kota lain, ya rame hilir mudik kendaraan motor dan mobil," kata Eko. 

"Manusia silih berganti. Yang tua di gantikan yang muda. Tujuannya mengisi dunia ini, ya di nikmati dengan cara masing-masing....sampai manusia itu lupa diri dengan menikmati dunia ini," kata Budi. 

"Memang sih ada lupa diri menikmati dunia ini, ya sampai merugikan orang lain dan menyakiti orang lain," kata Eko. 

Eko mengambil bakwan goreng dan cabe rawit di piring dan di makan dengan baiklah. 

"Beda dengan kita, ya menikmati dengan cara minum kopi dan makan gorengan," kata Budi. 

Budi mengambil tahu goreng dan cabe rawit di piring dan di makanlah dengan baik. 

"Cukup dengan menikmati dengan cara baik saja, ya cukup dengan minum kopi dan makan gorengan," kata Eko mengaskan omongan Budi. 

"Ya sudah. Lebih baik main catur saja, ya termasuk menikmati keadaan dengan cara baik," kata Eko. 

"Oke main catur!" kata Budi. 

Eko sudah mengambil papan catur di bawah meja dan papan catur di taruh meja. Bidak catur di susun dengan baik banger di papan catur sama Eko dan Budi. Keduanya, ya main catur dengan baik banger. Sedangkan Abdul di rumahnya, ya menikmati dengan keadaan....main Play Stasion saja. 

CAMPUR ADUK

MUMBAI XPRESS

Malam gelap bertabur bintang di langit. Setelah nonton Tv yang acara sepak bola. Budi duduk dengan santai di depan rumahnya sedang baca cerp...

CAMPUR ADUK