Nyi Rompak memeriksa hasil kerjanya mengirim ilmu hitam pada Putri Kemuning dengan menyamar menjadi pelayan kerajaan. Setelah tahu kebenarannya Putri Kemuning tubuhnya berbau busuk. Nyi Rompak pun meninggalkan istana, ya pulang ke rumahnya. Di perjalanan Nyi Rompak berkata “Aku berhasil membuat Putri Kemuning berbau busuk karena ilmu hitam ku.”
Tiba-tiba muncul Ustad Somat dan berkata “Berbuat jahat itu tidak baik.”
“Siapa kau menasehati aku?” tanya Nyi Rompak.
“Aku Ustad Somat yang terkenal di mana-mana,” katanya.
“Aku tidak kenal tuh,” kata Nyi Rompak.
“Aneh?” kata Ustad Somat.
“Ini zaman kerajaan ceritanya. Ajaran Hindu berkembang di zaman ini. Kok ada Ustad muncul. Aneh kan?!” kata Nyi Rompak.
“Oooooo jangan-jangan aku salah tempat toh. Aku harusnya masuk cerita masa depan. Memberikan nasehat di mana-mana untuk mengarahkan manusia di jalan kebaikan. Menyebarkan agama Islam dengan baik,” kata Ustad Somat.
“Dunia masa depan penuh dengan teknologi kan?!” kata Nyi Rompak.
“Iya,” kata Ustad Somat.
“Kalau begitu aku tidak ada urusan dengan mu!” kata Nyi Rompak.
“Maaf ya…aku salah masuk cerita,” kata Ustad Somat.
“Iya,” kata Nyi Rompak.
“Padahal bisa juga sih masuk dalam cerita untuk menasehatin manusia agar tidak berbuat jahat karena dapat merugikan orang lain,” kata Ustad Somat.
Ustad Somat pun pergi dari situ. Nyi Rompak pun berjalan dengan baik menuju rumahnya. Prabu Aryo Seto bersedih hati dengan keadaan Putri Kemuning yang terkena penyakit yang aneh karena tidak ada pangeran yang akan menikahi Putri Kemuning dengan keadaannya itu. Prabu Aryo Seto mencari jalan keluar untuk menyembuhkan Putri Kemuning. Patih Argana memberikan saran pada Prabu Aryo Seto untuk mencari orang yang dapat menyembuhkan Putri Kemuning.
Prabu Aryo Seto menerima saran dari Patih Argana untuk mencari tabib yang bisa menyembuhkan Putri Kemuning dari penyakitnya yang aneh. Tabib banyak yang dateng ke istana untuk mencoba mengobati Putri Kemuning. Ternyata tidak ada yang berhasil menyembuhkan Putri Kemuning dari penyakit yang aneh itu.
Putri Kemuning tambah sedih dengan keadaanya. Prabu Aryo Seto pun makin resah dengan keadan Putri Kemuning. Prabu Aryo Seto memutuskan untuk semedi untuk mendapatkan petunjuk dari Dewa untuk menyembuhkan Putri Kemuning. Tengah malam yang tenang. Prabu Aryo Seto menjalankan semedi dengan tekat yang kuat suci di kediamannya yang tertutup. Terdengar suara gaib “Wahai Prabu Aryo Seto. Satu-satunya obat yang dapat menyembuhkan penyakit putrimu adalah daun sirna ganda. Daun itu hanya tumbuh di dalam gua di kaki gunung Arga Dumadi yang di jaga oleh seekor ular naga sakti dan selalu menyemburkan api dari mulutnya.”
Esok harinya. Prabu Aryo Seto segera mengumpulkan seluruh rakyatnya di alun-alun untuk mengadakan sayembara.
“Wahai seluruh rakyatku. Kalian semua tentu sudah mengetahui tentang penyakit yang aneh menimpa Putriku. Aku mendapatkan petunjuk dari semedi ku. Bahwa Putriku bisa di sembuhkan dengan daun sirna ganda yang tumbuh di gua di kaki gunung Arga Dumadi. Barang siapa yang dapat mempersembahkan daun itu untuk Putriku. Jika ia laki-laki akan kunikahkan dengan Putriku. Namun, jika ia perempuan, ia akan kuangkat menjadi anak ku,” kata Prabu Aryo Seto.
Mendengar pengumuman itu, ya seluruh rakyat Kerajaan Ringin Anom menjadi gempar. Berita tentang sayembara itu pun tersebar ke seluruh pelosok negeri. Banyak warga tidak berani mengikuti sayembara tersebut karena mereka semua tahu bahwa gua itu di jaga oleh seekor naga yang sakti dan sangat ganas. Banyak warga menjadi korban keganasan naga itu. Meski demikian, ya banyak pula warga yang memberanikan diri untuk mengikuti sayembara tersebut karena tergiur oleh hadiah yang dijanjikan oleh sang Prabu. Setiap orang pasti akan senang jika menjadi menantu atau anak angkat raja.
Jaka tahu tentang sayembara untuk menyembuhkan Putri Kemuning. Jaka masih memikirkan keadaan dirinya.
“Tapi keadaan tubuh ku ini. Yang terkena penyakit langka, ya budug kan gitu. Aku selalu di hina dari kecil sampai dewasa. Orang-orang memanggil ku Jaka Budug,” kata Jaka.
Jaka masih bingung dengan keadaan dirinya.
“Aku memang belajar seni bela diri dengan baik dari ayah ku seorang Mpu dan juga aku punya keris pusaka yang hebat. Aku bisa ikut sayembara itu,” kata Jaka.
Jaka pun berjalan menuju rumahnya, sambil mikirin ikut sayembara atau tidak. Tiba-tiba muncul Ustad Somat dan berkata “Jika ingin berbuat baik harus di jalan kan dengan baik.”
“Memang aku tahu. Berbuat baik itu baik. Apalagi menolong orang yang sedang kesusahan seperti Putri Kemuning. Tapi keadaan ku ini di hina sama orang-orang dari kecil sampai dewasa,” kata Jaka.
“Orang-orang menghina itu tidak sadar dengan dirinya, alias buta keadaan gitu. Jika mereka yang menghina itu terkena penyakit seperti Jaka, maka sama aja rasa perihnya di hina sama di rasakan Jaka,” kata Ustad Somat.
“Kebayakan manusia itu melihat seseorang dari kesempurnaan,” kata Jaka.
“Nama juga manusia,” kata Ustad Somat.
“Ngomong-ngomong anda siapa?” tanya Jaka.
“Aku Ustad Somat yang terkenal di mana-mana,” katanya.
“Ustad Somat aku tidak kenal,” kata Jaka.
“Aku tidak di kenal lagi,” kata Ustad Somat.
“Inikan cerita zaman kerajaan. Ajaran Hindu berkembang baik. Kenapa ajaran Islam masuk ya, aneh?” kata Jaka.
“Jangan-jangan aku salah masuk cerita lagi,” kata Ustad Somat.
Ustad Somat pergilah dari situ. Jaka berjalan dengan baik menuju rumahnya.
Warga yang ikut sayembara berada di kaki gunung Arga Dumadi untuk mengalahkan naga sakti. Naga memang hebat banget mengalahkan para warga yang katanya sakti gitu. Maka itu belum ada peserta sayembara mampu mengalahkan naga sakti itu. Jaka mendapatkan kabar bahwa belum ada orang yang bisa mengalahkan naga sakti.
Hari ketujuh. Jaka mempertimbangkan dengan baik, jadi memutuskan untuk ikut sayembara. Jaka pun menghadap Prabu Aryo Seto, ya minta izin ikut sayembara gitu.
“Ampun Prabu. Izinkan hamba untuk ikut dalam sayembara demi meringankan beban sang Putri,” kata Jaka.
Prabu Aryo Seto tidak menjawab. Ia terdiam sejenak sambil memperhatikan Jaka yang tubuhnya di penuhi bintik merah.
“Siapa kamu hai….anak muda. Dengan apa kamu bisa mengalahkan naga sakti itu?” tanya Prabu Aryo Seto.
“Hamba. Jaka. Orang-orang memanggil saya Jaka Budug karena keadaan tubuh saya,” katanya.
“Jaka Budug,” kata Prabu Arya Seto.
“Hamba akan mengalahkan naga dengan keris pusaka dari ayah saya,” kata Jaka.
Prabu Aryo Seto ragu-ragu dengan kemampuan Jaka. Namun setelah menunjukkan keris pusaka dan tekat yang kuat, ya Prabu Aryo Seto menyetujui Jaka mengikuti sayembara.
“Baiklah. Jaka. Kamu memiliki tekat yang kuat jadi aku terima. Semoga kamu berhasil!” kata Prabu Aryo Seto.
Jaka pun berangkat ke kaki gunung Arga Dumadi untuk mengalahkan naga sakti dan juga mengambil daun sirna ganda. Setelah berjalan cukup jauh, ya pada akhirnya sih sampai juga di kaki gunung Arga Dumadi. Jaka memang melihat naga sakti menyemburkan api di mulut goa tempat tinggalnya. Jaka bergerak mendekati goa. Jaka dengan berhati-hati masuk ke dalam goa. Ternyata ketahuan sama naga sakti. Ya naga sakti pun menyemburkan api kearah Jaka. Dengan melompat ke sana ke sini untuk menghindari semburan api naga sakti yang menyerang dengan bertubi-tubi. Jaka kewalahan banget jadinya. Jaka mencabut keris pusaka dari sarungnya. Jaka bergerak untuk menyerang naga sakti. Naga sakti memang terus menyemburkan api.
Ketika naga sakti lengah, ya Jaka menusuk naga sakti dengan keris pusaka. Darah segar pun keluar dari naga itu dan mengenai Jaka. Sungguh ajaib, tangan Jaka yang terkena darah naga seketika menjadi halus dan bersih dari penyakit budug. Jaka melihat keajaiban itu, ya jadinya bersemangat untuk membinasakan naga. Dengan gesitnya jaga bergerak untuk menusukkan kerisnya pada naga ke leher naga. Darah keluar dengan deras banget. Naga sakti tewas seketika. Jaka segera mengambil darah naga di usapkan seluruh tubuhnya.
Seketika itu pula seluruh tubuh Jaka jadi bersih dan halus, ya sembuh dari penyakitnya itu. Jaka berubah menjadi pemuda yang sangat tampan. Jaka pun memetik daun sirga ganda di dalam gua. Jaka segera meninggalkan tempat tersebut dengan perasaan senang. Nyi Rompak tahu tentang seorang pemuda yang berhasil mengambil daun sirna ganda dan mengalahkan naga. Di jalan, ya Nyi Rompak pun bertemu dengan Jaka.
“Serahkan daun sirna ganda itu!” kata Nyi Rompak.
“Tidak akan aku serahkan daun sirna ganda ini,” kata Jaka.
“Kalau begitu aku akan menyambil dengan paksa!” kata Nyi Rompak.
Nyi Rompak menyerang Jaka. Terjadilah pertarungan yang sengit banget antara Jaka dengan Nyi Rompak. Memang Nyi Rompak sakti banget. Jaka memang kewalahan menhadapi Nyi Rompak. Jaka yang punya tekat kuat, ya mampu juga menandingi kesaktian Nyi Rompak.
“Hebat juga kamu anak muda. Bisa mengimbangi aku. Pantas kamu bisa mengalahkan naga sakti dan dapat memetik daun sirga ganda,” kata Nyi Rompak.
“Ya begitulah,” kata Jaka.
“Aku harus mengalahkan mu. Agar kamu tidak menggagalkan rencana ku balas dendam pada Prabu Aryo Seto,” kata Nyi Rompak.
“Jangan-jangan kamu yang berbuat jahat pada Putri Kemuning?” kata Jaka.
“Iya,” kata Nyi Rompak.
Nyi Rompak dan Jaka bertarung dengan sengit banget. Sebenarnya Jaka tidak ingin menusukkan kerisnya ke Nyi Rompak. Karena Nyi Rompak terus menyerang Jaka, ya ingin membunuh Jaka. Keris di tusukkan ke perut Nyi Rompak. Terluka parahlah Nyi Rompak karena di tusuk keris pusaka sama Jaka.
“Aku kalah. Sampai di sini saja balas dendam ku pada Prabu Aryo Seto,” kata Nyi Rompak.
Nyi Rompak, ya mati gitu dan tergeletak di tanah. Jaka berniat baik dengan menguburkan Nyi Rompak dengan layak. Setelah itu. Jaka pun bergerak ke istana. Sampai di istana. Prabu Aryo Seto kaget melihat Jaka yang terlihat tampan banget. Jaka pun menceritakan semuanya pada Prabu Aryo Seto kenapa dirinya menjadi tampan karena darah naga sakti dan juga menceritakan siapa orang jahat yang membuat Putri Kemuning menderita dengan bau busuk di tubuhnya adalah Nyi Rompak. Prabu senang karena Jaka telah berhasil mengalahkan naga dan mendapatkan daun sirga ganda. Putri Kemuning di obati dengan daun sirga ganda dan berhasil sembuh. Prabu Aryo Seto memenuhi janjinya, ya menikahi Putri Kemuning dengan Jaka. Ya Jaka dan Putri Kemuning hidup bahagia.