Lirik lagu yang di nyanyikan Eko yang berjudul 'Belahan Jiwa' :
Lembut belaian
kasihmu
...takkan terganti
...tak ada yang
bisa sepertimu
Aku disini sendiri
...berteman sepi
...terpisah jarak
kau dan aku
...Hanya bayanganmu menemani
Kau belahan jiwa
ku
kaulah curahan
hati ku
kaulah cahaya
hidupku
kaulah segalanya
Rasa itu mungkin
akan
....hadir kembali
....bila kau ada
disini
...Temani aku lagi
Kau belahan jiwa ku
kau curahan hati
ku
kaulah cahaya
hidupku
dan kaulah
segalanya
...Takkan pernah
terganti
tak ada yang bisa
sepertimu
hooouo ho ooo
kaulah belahan jiwa
ku
kaulah curahan
hati ku
kaulah cahaya
hidupku
kaulah segalanya
kaulah belahan
jiwa ku
kaulah curahan
hati ku
kaulah cahaya
hidupku
dan kaulah
segalanya
kaulah belahan
jiwa ku
kaulah belahan
jiwa ku uu
***
Budi sampai di di rumah Eko, ya memarkirkan motornya dengan baik di halaman depan rumahnya Eko. Ya Eko selesai menyanyi dan main gitar. Budi, ya telah duduk dengan baik lah.
"Budi gimana kerjaan mu hari ini?!" kata Eko.
"Baik seperti biasanya," kata Budi.
"Oooo baik toh. Sama dengan aku, ya baik juga sih kerjaan ku karena di jalanin dengan penuh tanggungjawab," kata Eko.
"Emmmm," kata Budi.
"Oooo Budi sudah mendapatkan cewek yang baik, ya di jadikan kekasih Budi sih?!" kata Eko.
"Masih di usahakan Eko dan juga banyak berdoa sih, ya agar mendapatkan jodoh yang sesuai dengan keinginan ku sih," kata Budi.
"Ooooo," kata Eko.
"Oiya Eko. Nyanyi lagu apa Eko?!" tanya Budi.
"Belahan Jiwa," kata Eko.
"Oooooo. Belahan Jiwa. Pasti nyanyinya sambil mikirin Purnama, ya Eko?!" kata Budi.
"Bisa di bilang begitu sih," kata Eko.
"Purnama cewek yang beruntung mendapatkan Eko, ya karena Eko selalu memikirkan Purnama. Cewek yang di cintai Eko," kata Budi.
"Mungkin sih," kata Eko.
"Eko. Kok mungkin omongannya. Itu sih antara iya dan tidak. Harusnya pastilah!" kata Budi.
"Kan aku tidak tahu rahasia hati cewek," kata Eko.
"Iya juga ya. Siapa yang tahu rahasia hati cewek? Hanya cewek itu sendiri dan Tuhan!" kata Budi.
"Hubungan ku dengan Purnama berjalan dengan baik sih," kata Eko.
"Ya kalau hubungan Eko dan Purnama berjalan baik, ya semoga langgeng sampai ke pernikahan," kata Budi.
"Amin!!!" kata Eko.
"Aku tidak sadar itu bentuk doa. Amin!!!" kata Budi.
"Ngopi Budi?!" kata Eko.
"Di tawarkan ngopi. Bolehlah," kata Budi.
Budi duduk dengan baik di depan rumah Eko, ya sambil melihat keadaan lingkungan dengan baik sih. Eko masuk rumah dan menaruh gitar di meja ruang tamu. Eko langsung ke dapur membuat kopi, ya dua gelas lah. Budi pun mengambil papan catur di bawah meja dan di taruh di atas meja, ya segera di susun dengan rapih bidak caturnya. Eko selesai membuat kopinya, ya di bawa dengan baik ke depan rumah. Kopi di bawa pake nampanlah. Dua gelas kopi di taruh di meja sama Eko.
"Kopinya Budi!" kata Eko.
Eko duduk dengan baik.
"Iya...Eko," kata Budi.
Budi telah selesai menyusun bidak catur dengan baik.
"Jadi kita main catur Budi?!" kata Eko.
"Ya seperti biasanya aja Eko," kata Budi.
"Ok," kata Eko.
Eko dan Budi main catur dengan baik, ya sambil menikmati kopi yang enak.
"Kok kalau kita membicarakan tentang pemerintahan daerah gimana kok?!" kata Budi.
"Kita ini lulusan SMA, ya ilmu kuranglah kalau membicarakan urusan pemerintahan daerah sih. Jadi untuk apa membicarakan pemerintahan daerah. Apalagi pemerintahan kota Bandar Lampung ini," kata Eko.
"Berarti yang lulusan Universitas lah...yang pantes membicarakannya pemerintahan daerah karena keilmuan mereka lah, ya kaya orang-orang yang di Tv sih...lulusan Universitas, ya membicarakan pemerintahan daerah yang ini dan itu sih," kata Budi.
"Emmmm," kata Eko.
Eko dan Budi, ya main catur dengan baiklah.