Budi sedang duduk santai di depan rumahnya, ya sedang baca cerpen yang ceritanya menarik, ya sambil menikmati minum kopi dan makan singkong rebus.
Isi cerita yang di baca Budi :
Di tengah perceraian, Yoshimi Matsubara berjuang untuk membangun kembali hidupnya. Dia menyewa apartemen kumuh, mendaftarkan putrinya Ikuko di taman kanak-kanak terdekat, dan mendapat pekerjaan sebagai korektor di sebuah perusahaan penerbitan kecil. Langit-langit apartemen mereka mengalami kebocoran yang semakin parah. Matsubara mengadu kepada pengawas gedung tetapi tidak berhasil.
Yoshimi mulai mengalami kejadian aneh di sekitar kompleks. Kantong merah muncul kembali tidak peduli seberapa sering dia mencoba membuangnya; dia melihat sekilas seorang gadis kecil misterius berambut panjang. Beberapa kejadian mengingatkannya pada saat ia ditinggalkan saat masih kecil. Dia sering terlambat menjemput Ikuko dari sekolah dan stres ketika mantan suaminya mencoba menjemput Ikuko. Yoshimi mengetahui tentang Mitsuko Kawai, yang hilang setahun sebelumnya, dari foto orang hilang dirinya dengan jas hujan kuning dan tas merah. Gadis kecil itu dulunya tinggal di unit terbengkalai tepat di atas rumah Yuoshimi.
Suatu hari, Yoshimi menemukan Ikuko di apartemen di lantai atas, di mana keran dibiarkan menyala dan membanjiri seluruh unit. Pengacaranya berbicara dengan pengawas, yang akhirnya setuju untuk memperbaiki masalah tersebut. Setelah itu, keadaan tampak kembali normal tetapi kantong merah muncul kembali. Yoshimi menuju ke atap gedung dan memperhatikan bahwa tangki air terakhir dibuka dan diperiksa lebih dari setahun yang lalu, tak lama sebelum Mitsuko terakhir kali terlihat. Dia mendapat penglihatan dan menyadari bahwa Mitsuko jatuh ke dalam tangki ketika mencoba mengambil tas merahnya dan tenggelam. Sementara itu, hantu Mitsuko mencoba menenggelamkan Ikuko di bak mandi.
Yoshimi bergegas kembali ke apartemennya, meraih Ikuko, dan melarikan diri dari Mitsuko. Namun, saat pintu lift tertutup, dia melihat bahwa sosok yang mengejarnya sebenarnya adalah putrinya sendiri – dia sedang menggendong Mitsuko. Mitsuko menempel pada Yoshimi, yang menyadari dia tidak akan pergi. Dengan Ikuko menonton sambil menangis, Yoshimi mengorbankan dirinya untuk menenangkan roh Mitsuko, yang mengklaim Yoshimi sebagai ibunya dalam aliran air yang deras.
Sepuluh tahun kemudian, Ikuko, yang kini duduk di bangku sekolah menengah atas, mengunjungi kembali blok yang kini ditinggalkan itu dan menyadari bahwa apartemen lamanya terlihat sangat bersih dan layak huni. Dia melihat Yoshimi, yang terlihat persis sama. Yoshimi meminta maaf karena mereka tidak bisa bersama, dan menegaskan bahwa dia bahagia selama Ikuko baik-baik saja. Mitsuko muncul di sisinya dan mereka menghilang bersama.
***
Budi selesai baca cerpen yang cerita menarik, ya buku di tutup dan buku di taruh di bawah meja gitu.
"Emmm," kata Budi.
Budi menikmati minum kopi dan makan singkong rebus. Eko datang ke rumah Budi, ya motor di parkirkan di depan rumah Budi. Eko duduk dengan baik, ya dekat Budi.
"Emmm," kata Eko.
"Budi masih mempelajari 6 ajaran agama?" kata Budi.
"Masih. Kenapa gitu Eko?" kata Eko.
"Hitam dan putih," kata Eko.
"Apa maksudnya dengan hitam dan putih, ya Eko?" kata Budi.
"Hidup ini, ya masih pilihan manusia yang menjalankan hidup ini," kata Eko.
"Memang hidup ini pilihan manusia yang menjalankan hidup ini," kata Budi.
"Maksud ku....hitam dan putih. Ngomongin orang yang beragama Kristen. Hitam, ya menentang aturan. Putih, ya mengikuti aturan," kata Eko.
"Pilihan toh. Hitam, ya menentang aturan. Putih, ya mengikuti aturan," kata Budi.
"Gimana pendapat Budi berdasarkan penelitian Budi, tentang orang-orang agama Kristen gitu?" kata Eko.
"Penelitian aku ya?" kata Budi.
"Emmm," kata Eko.
"Orang-orang agama Kristen yang menyakini agama yang di yakin karena hidup ini pilihan manusia yang menjalankan hidup ini, ya pilihannya Putih, ya mengikuti aturan agama Kristen demi kebaikan diri, keluarga, dan orang lain," kata Budi.
"Berarti bagi yang yakin pada agama yang di yakini...Kristen. Putih toh pilihannya," kata Eko.
"Sedangkan yang hitam, ya menentang aturan. Ya ada orang-orang agama Kristen yang berbuat ulah ini dan itu," kata Budi.
"Golongan menentang aturan ada toh," kata Eko.
"Sama aja seperti agama Islam. Putih, ya mengikuti aturan dengan baik demi kebaikan diri, keluarga, dan orang lain. Hitam, ya menentang aturan. Aku dan Eko tahu tentang orang-orang agama Islam yang berbuat ini dan itu berdasarkan pergaulan ini dan itu," kata Budi.
"Memang sih aku tahu sih. Tentang orang-orang yang beragama Islam, ya hitam dan putih. Hidup ini pilihan manusia yang menjalankan hidup ini," kata Eko.
"Baik dan buruk, ya pilihan manusia. Ya manusia yang menjalankan hidup ini, ya merasakan dengan baik gitu," kata Budi.
"Baik dan buruk," kata Eko.
"Emmm," kata Budi.
"Emmm," kata Eko.
"Sekedar bahan obrolan lulusan SMA!" kata Budi.
"Memang sekedar bahan obrolan lulusan SMA!" kata Eko.
"Emmm," kata Budi.
"Kita hidup di lingkungan sosial masyarakat mayoritas agama Islam. Gimana kalau kita hidup di lingkungan sosial masyarakat agama Kristen seperti negara lain yang mayoritas agama Kristen. Apa rasa Tolerasi ada?" kata Eko.
"Aku tidak tahu sih Eko. Kan aku tinggal di negeri ini, ya tidak tinggal di negara lain," kata Budi.
"Aku juga tidak tahu juga sih," kata Eko.
"Kalau berdasarkan berita tentang orang yang tinggal di negara lain yang mayoritas agama Kristen dan pergaulan dengan orang-orang beragama Kristen di negeri ini. Kemungkinan gitu. Kalau tinggal di lingkungan sosial masyarakatnya baik yang beragama Kristen di negara lain, ya jadi tetap sama aja rasa Toleransi sih," kata Budi.
"Kemungkinan toh. Ada rasa Toleransi. Agama Kristen dan agama Islam," kata Eko.
"Emmm," kata Budi.
"Emmm," kata Eko.
"Main permainan iii ada hantu saja!" kata Eko.
"Ya oke main permainan iii ada hantu!" kata Budi.
Budi mengambil permainan di bawah meja, ya permainan di taruh di atas meja. Eko dan Budi main permainan iii ada hantu dengan baik gitu.
"Apakah ada orang-orang agama Kristen, ya minder dari keadaan dirinya tinggal di lingkungan mayoritas agama Islam?" kata Eko.
"Ya hidup ini. Ada sih. Orang-orang yang minder karena keadaan dirinya beragama Kristen karena tinggal di lingkungan mayoritas agama Islam," kata Budi.
"Ada toh!" kata Eko.
"Emmm," kata Budi.
"Emmm," kata Eko.
Eko dan Budi tetap asik main permainan iii ada hantu dengan baik gitu.