CAMPUR ADUK

Wednesday, March 30, 2022

PAWANG HUJAN

Budi dan Eko duduk di depan rumah Budi, ya menikmati keadaan sambil minum kopi dan juga makan gorenganlah. Tiba-tiba hujan.

“Andai ada pawang hujan,” kata Budi.

“Pawang hujan untuk apa?” kata Eko.

Eko mengambil gelas berisi kopi di meja, ya di minum dengan baik kopi lah.

“Pawang hujan untuk menolak hujan yang turun dari langit. Keadaan yang tadinya hujan jadi cerah lagi,” kata Budi.

Budi mengambil gelas berisi kopi, ya di minum dengan baik kopi lah. Eko menaruh gelas berisi kopi di meja.

“Tujuannya pawang hujan ada untuk nolak hujan toh. Emmmm. Kalau aku ingat banget, ya ada sih pawang hujan di daerah sini. Tapi tetap tidak bisa menolak hujan. Ya keadaan tetap hujan, ya berarti ilmu gagal gitu,” kata Eko.

Budi menaruh gelas berisi kopi di meja.

“Pawang hujannya tidak bisa nolak hujan. Keadaan tetap hujan,” kata Budi.

“Emmmmm,” kata Eko.

“Ilmu pawang hujannya sama apa enggak Eko…..dengan pawang hujan yang di beritakan di Tv?” kata Budi.

“Pawang hujan yang di beritakan di Tv. Ilmu, ya beda sih dengan pawang hujan yang ada di sini,” kata Eko.

Eko mengambil bakwan goreng di piring, ya di makan dengan baik bakwan goreng lah.

“Ooooo ilmunya beda toh,” kata Budi.

“Kalau aku ingat sih….cerita film atau sinetron Monkey King, ya Sun Go Kong tentang pertandingan menurunkan hujan antara Biksu Tong dan juga Pendeta Siluman. Ya Pendeta Siluman, ya sakti sih. Pendeta Siluman bisa mengatur cuaca dengan baik dengan ilmunya, ya jadi bisa menurunkan hujan dengan ritual yang di jalankannya dengan baik. Berarti Pendeta Siluman, ya bisa menolak hujan, ya Pendeta Siluman di sebut pawang hujan juga sih. Sedang Biksu Tong, ya di bantu Sun Go Kong untuk menurunkan hujan dengan bantuan para Dewa pengatur cuaca. Ketika pertandingan di jalankan di hadapan raja. Sun Go Kong, ya mengatur permainan dengan ilmunya dengan bantuan para Dewa pengatur cuaca, ya agar Pendeta Siluman….gagal dalam menurunkan hujan. Biksu tong, ya berhasil menurunkan hujan dengan baik. Jadinya Biksu Tong menang dalam pertandingan menurunkan hujan, ya bantuan Sun Go Kong dan juga para Dewa pengatur cuaca,” kata Eko.

“Cerita menurunkan hujan. Antara Biksu Tong dan Pendeta Siluman. Cerita yang bagus sih,” kata Budi.

“Memang cerita Sun Go Kong bangus,” kata Eko.

Eko selesai makan bakwan goreng, ya mengambil gelas berisi kopi di meja, ya di minum dengan baik kopi lah.

“Mutan yang bisa mengatur cuaca. Strom. Film X-Man,” kata Budi.

Budi mengambil bakwan goreng di piring, ya di makan dengan baik bakwan goreng lah. Eko menaruh gelas berisi kopi di meja lah.

“Memang sih. Film X-Man. Mutan yang bisa mengatur cuaca, ya Strom,” kata Eko.

“Strom yang mampu mengatur cuaca, ya berarti bisa menurunkan hujan dan juga, ya bisa menolak hujan…..di sebut pawang hujan,” kata Budi.

Budi selesai makan bakwannya, ya mengambil gelas berisi kopi di meja, ya di minum dengan baik kopinya lah.

“Pawang hujan,” kata Eko.

Budi menaruh gelas berisi kopi di meja lah.

“Aku punya cerita tentang pawang hujan,” kata Budi.

“Budi punya cerita tentang pawang hujan. Ya silakan Budi bercerita. Aku siap menjadi pendengar yang baik!” kata Eko.

“Baiklah aku cerita. Seorang cewek yang belajar dengan baik ilmu-ilmu ritual ini dan itu dari gurunya yang katanya gurunya hebat ilmu ritual ini dan itu. Cewek itu tetap menjalankan kehidupannya, ya seperti biasanya sih kerjaannya pedagang. Kadang ada orang-orang yang percaya dengan ilmu yang di pelajarin cewek itu. Maka itu cewek itu pun dapet kerjaan untuk membuat ritual-ritual ini dan itu, ya sampai dengan menolak hujan saat acara besar sih di lapangan sih. Cewek itu menjalankan kerjaan di acara pernikahan dan juga ada acara kuda lumping di lapangan gitu. Cewek itu mengatur ritual-ritual agar tidak hujan gitu. Cewek itu dengan baik menjalankan ritualnya. Ternyata hujan pun tidak bisa di tolak sih. Cewek itu gagal menolak hujan, ya membuat keadaan cuaca tidak cerah lah. Cewek itu murung karena gagal dengan ilmunya untuk menolak hujan. Cewek itu akhirnya tidak ingin menjalankan kerjaannya lagi jadi pawang hujan. Cewek itu, ya menjalankan kerjaannya seperti biasa dagang demi hidup ini. Ada orang-orang yang masih percaya dengan kemampuan tuh cewek sebagai pawang hujan yang hebat. Cewek itu mendapatkan kerjaan lagi untuk menolak hujan di acara konser musik yang di adakan di lapangan. Cewek itu sebenarnya tidak ingin menjalankan kerjaannya jadi pawang hujan, tapi karena keadaan butuh uang untuk hidup ini. Cewek itu menerima kerjaan jadi pawang hujan lagi. Cewek itu menjalankan kerjaanya dengan baik, ya ritual-ritual di jalankan dengan baik untuk menolak hujan di acara konser musik di lapangan gitu. Acara musik berjalan dengan baik. Tiba-tiba awan hitam telah ngumpul dan mau hujan. Cewek itu berusaha dengan baik dengan ritual-ritualnya agar hujan di tolak dan keadaan cuaca cerah  lagi gitu. Air hujan mulai turun rintik-rintik. Ada seorang pemuda di tengah penonton yang sedang nonton konser musik di lapangan. Memang pemuda itu punya ilmu menolak hujan, ya bisa di bilang pawang hujan yang tidak menjalankan ritual ini dan itu. Pemuda itu membaca doa dengan baik untuk hujan di tolak dan keadaan cuaca jadi cerah lagi. Pemuda itu berhasil dengan doanya untuk menolak hujan. Cewek yang kerjaannya pawang hujan yang di bayar sama peyelenggara konser musik, ya merasa dirinya berhasil menolak hujan, ya keadaan cuaca menjadi cerah lagi. Penyelenggara konser musik seneng dengan kerja cewek yang kerjaannya pawang hujan tersebut….berhasil menolak hujan dan keadaan cuaca cerah gitu. Acara konser berjalan dengan baik, ya sampai selesai. Cewek itu berkata “Keberuntungan aku hari ini bisa menolak hujan. Entah esok hari…apa aku bisa menolak hujan di saat acara yang di adakan di lapangan?”. Setelah acara konser musik. Cewek itu menjalankan kehidupannya seperti biasa sebagai pedagang dan ia terkenal karena berhasil dengan ilmunya menolak hujan, ya di sebut pawang hujan gitu. Sampai cewek itu mendapatkan kerjaan lagi di acara pernikahan saja sih di lapangan gitu karena memang rumahnya yang punya hajat dekat dengan lapangan. Cewek itu menjalankan ritual-ritualnya dengan baik, ya untuk menolak hujan. Ternyata cewek itu gagal menolak hujan, ya keadaan cuaca tidak cerah lah. Cewek itu berkata “Kemarin-kemarin aku berhasil menolak hujan karena keberuntungan aku saja. Sekarang aku gagal menolak hujan”. Cewek itu menerima keadaan tidak bisa menolak hujan. Sampai acara pernikahan selesai. Cewek itu, ya seperti biasa menjalankan kehidupannya sebagai pedagang untuk hidup ini. Sedangkan jadi pawang hujan, ya cewek itu…..jadi jenuh dengan kegagalannya yang gagal menolak hujan. Begitu lah ceritanya,” kata Budi.

Budi mengambil gelas berisi kopi di meja, ya di minum dengan baik kopi lah.

“Cerita yang bagus. Tentang pawang hujan,” kata Eko.

“Emmmm,” kata Budi.

Budi menaruh gelas berisi kopi di meja lah.

“Main catur saja!” kata Eko.

“Ok main catur!” kata Budi.

Budi mengambil papan catur di bawah meja, ya di taruh di atas mejalah papan catur. Budi dan Eko, ya menyusun dengan baik bidak catur di atas papan catur. Keduanya main catur dengan baik, ya sambil menikmati minum kopi dan juga makan gorengan lah. Ya keadaan masih hujan sih.

PECEL ENAK

Budi duduk di depan rumah, ya sedang makan pecel yang di beli sih. Sebenarnya Budi beli pecel tiga bungkus. Satu bungkus, ya Budi makan lah. Dua bungkus makanan di taruh di piring, ya untuk Eko dan Abdul......main ke rumah Budi seperti biasanya. 

"Emmm rasa pecel ini enak," kata Budi.

Budi terus makan pecel tersebut sampai habis sih, ya jadinya kenyang gitu. Kertas pembungkus pecel, ya di buang sama Budi ke tempat sampah lah. Budi pun mengambil gelas berisi kopi di meja, ya di minum dengan baik kopi lah.

"Yang buat pecel. Orang cantik. Nama bagus lagi....Yeni, ya kaya nama penyanyi gitu," kata Budi.

Budi pun menaruh gelas berisi kopi di meja. Budi mengambil gitar yang di taruh di kursi. Budi segera memainkan gitarnya dan bernyanyi.

Lirik lagu yang dinyanyikan Budi dengan judul 'Jika Cinta Dia' :

"Terlampau sering kau buang air mataku

Tak pernah kau tahu dalamnya rasa cintaku

Tak banyak inginku, jangan kau ulangi

Menyakiti aku sesuka kelakuanmu

Ku bukan manusia yang tidak berfikir

Berulang kali kau lakukan itu padaku

Jika cinta dia, jujurlah padaku

Tinggalkan aku di sini tanpa senyumanmu

Jika cinta dia, kucoba mengerti

Teramat sering kau membuat patah hatiku (patah hatiku)

Kau datang padanya, tak pernah ku tahu

Kau tinggalkan aku di saat kubutuhkanmu

Cinta tak begini, selama ku tahu

Tetapi ku lemah kar'na cintaku padamu

Jika cinta dia, jujurlah padaku

Tinggalkan aku di sini tanpa senyumanmu

Jika cinta dia, kucoba mengerti

Mungkin kau bukan cinta sejati di hidupku

Jika cinta dia, jujurlah padaku

Tinggalkan aku di sini tanpa senyumanmu

Jika cinta dia, kucoba mengerti

Mungkin kau bukan cinta sejati di hidupku

Jika cinta dia, kucoba mengerti

oh-oh-ho-oh

(Tinggalkan aku di sini tanpa senyumanmu) ho-uh-uh

Jika cinta dia, kucoba mengerti

Mungkin kau bukan cinta sejati di hidupku"

***

Budi selesai menyanyikan lagu dan main gitarnya, ya gitar di taruh di kursi yang kosong. Budi mengambil gelas berisi kopi, ya di minum dengan baik kopi lah. Eko sampai di rumah Budi, ya memarkirkan motornya dengan baik di depan rumah Budi lah. Eko duduk bersama Budi. Ya Budi menaruh gelas berisi kopi di meja. Eko melihat gitar di kursi yang kosong, ya Eko berkata "Budi...abis main gitas dan juga bernyanyi ya?"

"Iya," kata Budi.

"Lagu apa di nyanyikan?" kata Eko.

"Jika cinta dia," kata Budi.

"Jika cinta dia.....toh. Jangan-jangan Budi lagi....suka pada cewek cantik gitu, ya maka itu menyanyikan lagu jika cinta dia?" kata Eko, ya niatnya becanda gitu.

"Ah...Eko. Kan cuma sekedar menyanyi saja. Jangan terlalu di kaitkan dengan urusan suka sama cewek," kata Budi.

"Ooooo sekedar saja toh," kata Eko.

Eko melihat makanan di piring, ya bau makanan itu seperti bau bumbu kacang gitu. Eko pun berkata "Budi jangan-jangan makanan yang di piring itu pecel?" 

"Kok tahu. Dua bungkus makanan di piring itu pecel?" kata Budi.

"Bau...bumbu kacangnya itu," kata Eko.

"Ooooo karena bumbu kacang toh, ya memang sih tercium baunya sih bumbu kacang," kata Budi.

"Makanan pecel itu beli apa buat?" kata Eko.

"Beli lah," kata Budi.

"Ooooo beli. Penjualnya ibu-ibu apa gadis?" kata Eko.

"Nanyanya sampe segitunya. Mau tahu banget siapa penjual pecelnya? Ya gadis sih. Namanya Yeni," kata Budi.

"Oooooo gadis toh penjual pecelnya," kata Eko.

Eko pun mengambil satu bungkus pecel di piring, ya di makan dengan baik pecel lah. 

"Gimana rasa pecelnya Eko?" kata Budi.

"Enak banget...pecelnya. Pinter yang buat pecelnya," kata Eko.

"Syukurlah...pecelnya enak," kata Budi.

"Budi....ada ketertarikan dengan penjual pecelnya. Ya Yeni itu?" kata Eko.

Eko masih asik makan pecel.

"Gimana ya?" Budi berpikir panjang banget.

Budi mengambil gelas berisi kopi di meja, ya di minum dengan baik kopi lah.

"Jujur saja lah ...Budi!" kata Eko.

"Ya....ada sih ketertarikan dengan Yeni, karena Yeni cantik dan juga baik perilakunya. Nama juga aku cowok, ya biasa terkesan dengan cewek yang cantik, baik, ya pekerja keras. Urusan kerja, ya tidak milih-milih sih. Yang penting mau usaha dengan baik. Jualan pecel saja termasuk jenis usaha yang baik," kata Budi.

Budi menaruh gelas berisi kopi di meja. 

"Budi tertarik dengan Yeni toh. Hal yang wajar. Nama juga Budi....jomlo," kata Eko.

Eko terus menikmati makan pecelnya. 

"Memang aku jomlo," kata Budi.

Abdul pun sampai di rumah Budi, ya memarkirkan motornya dengan baik di depan rumah Budi. Abdul pun duduk bersama Budi dan Eko. Ya memang Abdul melihat Eko yang lagi asik makan pecel dan juga di meja di piring ada satu bungkus makan gitu.

"Makan pecel Eko," kata Abdul.

"Budi yang beli pecel," kata Eko.

Eko masih terus makan pecelnya.

"Aku ada rezeki lebih, ya beli pecel gitu," kata Budi.

"Jadi satu bungkus di piring. Untuk aku?" kata Abdul.

"Iya," kata Budi.

Abdul mengambil satu bungkus makanan pecel di piring, ya segera di makan pecelnya dengan baik sama Abdul. Eko selesai makan pecelnya, ya kenyang jadiny. Bungkus pecel, ya Eko buang ke tempat sampah. Eko pun minum aqua gelas lah.

"Pecelnya enak," kata Abdul.

Abdul terus makan pecel tersebut.

"Memang pecelnya enak. Yang buat....cewek cantik bernama Yeni," kata Eko.

"Yang buat cewek cantik. Pantes ulekan bumbu kacangnya mantep banget," kata Abdul.

"Nama juga usaha jualan pecel, ya Yeni," kata Budi.

"Di mana ada kemauan, ya pasti ada jalan. Usaha pecel pun, ya kalau di tekunin dengan baik....pasti menghasilkan keuntungan dari usaha yang di jalankan dengan baik," kata Abdul.

Abdul masih terus makan pecel.

"Ya...Abdul ngomong begitu kan. Karena Abdul....usaha juga kerjaannya," kata Budi.

"Emmmm," kata Abdul.

"Hidup di keadaan sekarang, ya harus pinter-pinter dalam memutuskan jalan hidup. Mau usaha, ya harus di jalankan dengan baik agar berhasil dari usahanya," kata Eko.

"Omongan Eko bener lah," kata Budi.

"Ya...Eko benerlah," kata Abdul.

Abdul terus makan pecel, ya sampai habis tuh pecel di makan Abdul, ya jadinya kenyang deh. Abdul membuang bungkus ke tempat sampah. Abdul pun minum aqua gelas. 

"Kalau begitu kita main kartu remi saja!" kata Eko.

"Ok main kartu remi!" kata Budi.

"Main kartu remi!" kata Abdul.

Budi mengambil kartu remi di bawah meja, ya di kocok dengan baik kartu remi lah. Budi membagikan kartu remi dengan baik. Ketiganya main kartu remi dengan baik, ya dengan permainan kartu remi seperti biasanya cangkulan.

CAMPUR ADUK

MUMBAI XPRESS

Malam gelap bertabur bintang di langit. Setelah nonton Tv yang acara sepak bola. Budi duduk dengan santai di depan rumahnya sedang baca cerp...

CAMPUR ADUK