Budi duduk di depan rumahnya, ya sambil menikmati minum kopi dan makan gorengan lah.
"Baca buku ah!" kata Budi.
Budi mengambil buku di meja, ya buku di buka dengan baik. Di pilih-pilih dengan baik, ya cerpen yang ingin di baca Budi. Terpilih salah satu cerpen yang di baca Budi dengan baik gitu.
Isi cerita yang di baca Budi :
Margaret "Maggie" Fitzgerald, ya seorang pelayan dari Ozarks, Missouri, ya menampakkan diri di Hit Pit, sebuah pusat kebugaran lama di Los Angeles yang dimiliki dan dikelola oleh Frankie Dunn, seorang pelatih tinju tua yang keras. Maggie meminta Frankie untuk melatihnya, tetapi Frankie menolaknya. Maggie bekerja tanpa lelah setiap hari di pusat kebugarannya, bahkan setelah Frankie memberitahu bahwa Maggie "terlalu tua" untuk memulai karier tinju di usianya. Eddie "Scrap-Iron" Dupris, sahabat dan karyawan Frankie, mendorong dan membantu Maggie.
Harapan besar Frankie, Big Willie Little, menandatangani kontrak dengan manajer yang sukses, Mickey Mack, setelah ia tidak sabar dengan Frankie yang menolak tawaran untuk pertandingan kejuaraan. Dengan dorongan dari Eddie dan terkesan dengan kegigihan Maggie, Frankie terpaksa menyetujui untuk melatih Maggie. Ia memperingatkan Maggie bahwa ia akan mengajarinya hanya dasar-dasar dan kemudian mencarikan manajer untuk Maggie. Selain Maggie dan para karyawan Frankie, satu-satunya orang yang berhubungan dengan Frankie adalah seorang pendeta setempat di mana Frankie berseteru dengannya secara verbal pada misa harian.
Sebelum pertandingan pertamanya, Frankie meninggalkan Maggie dengan manajer yang sembrono di pusat kebugarannya, membuat Maggie tidak senang. Setelah Frankie diberitahu oleh Eddie bahwa manajer tersebut sengaja menempatkan Maggie melawan petinju wanita terbaiknya (melatih pemain pemula untuk kalah) untuk memberikannya kemenangan mudah, Frankie kembali dengan Maggie di tengah-tengah pertandingan dan melatihnya sebagai gantinya untuk kemenangan yang tak terduga. Maggie sungguh-sungguh berusaha masuk ke divisi tinju amatir wanita dengan pelatihan Frankie, memenangkan banyak pertandingan kelas lightweight dengan knock out di ronde pertama. Mendapatkan reputasi atas knock out Maggie, Frankie harus melakukan penyuapan untuk mendapatkan manajer lain agar manajer tersebut menempatkan pemain mereka melawan Maggie.
Akhirnya, Frankie mengambil risiko dengan menempatkan Maggie di kelas welterweight junior, di mana hidung Maggie patah dalam pertandingan pertamanya. Frankie datang untuk membangun hubungan paternalnya dengan Maggie, menggantikan putrinya yang terpisah. Eddie, kecewa ketika Frankie menolak beberapa tawaran untuk pertandingan besar, mengatur pertemuan untuk Maggie dengan Mickey Mack di restoran ketika Maggie merayakan ulang tahunnya yang ke-33. Demi kesetiaan, Maggie menolaknya. Frankie terpaksa menerima pertandingan untuk Maggie melawan lawan peringkat teratas di Britania Raya, di mana Frankie memberikan julukan Gaelic untuk Maggie. Frankie dan Maggie melakukan perjalanan ke Eropa saat Maggie terus memenangkan pertandingan. Maggie akhirnya menyimpan cukup banyak kemenangannya untuk membelikan ibunya (Margo Martindale) sebuah rumah, ya tetapi ibunya memaki Maggie karena membahayakan bantuan pemerintahannya, mengklaim bahwa semua orang di rumah menertawakannya.
Frankie akhirnya bersedia mengatur pertandingan gelar. Ia mengamankan Maggie pertandingan berhadiah $1 juta di Las Vegas, Nevada, ya melawan juara kelas welterweight wanita WBA, Billie "The Blue Bear" Osterman, mantan pekerja seks komersial Jerman yang memiliki reputasi sebagai petinju curang. Mengatasi permulaan yang lemah, Maggie mulai mendominasi pertandingan, tetapi setelah ronde berakhir, Billie memukul knock out Maggie dengan pukulan sucker punch dari belakang setelah lonceng terdengar untuk menunjukkan akhir ronde. Sebelum Frankie mengeluarkan kursi sudut pertandingan keluar yang ditempatkan sembarangan oleh asisten Frankie, Maggie jatuh di atas kursi tersebut dengan keras, mematahkan lehernya dan berada dalam kondisi quadriplegic yang bergantung pada ventilator.
Frankie kemudian mengalami tiga fase pertama dari lima tahapan kedukaan. Pertama, ia mencari pendapat beberapa dokter atas penyangkalan, lalu marah dan menyalahkan Eddie dan kemudian mencoba tawar-menawar dengan Tuhan melalui doa.
Di fasilitas rehabilitasi medis, Maggie menantikan kunjungan dari keluarganya, tetapi mereka tiba ditemani oleh seorang pengacara dan hanya setelah mereka pertama kali mengunjungi Disneyland dan Universal Studios Hollywood. Satu-satunya kekhawatiran mereka adalah memindahkan aset Maggie kepada mereka. Maggie meminta mereka untuk pergi, mengancam untuk menjual rumah dan memberitahu IRS tentang penipuan kesejahteraan ibunya jika mereka menunjukkan wajah mereka lagi.
Ketika hari-hari berlalu, Maggie mengalami luka baring dan mengalami amputasi kakinya yang terinfeksi. Maggie meminta bantuan Frankie untuk membantunya mati dan menyatakan bahwa Maggie mendapatkan semua yang diinginkan dalam hidupnya. Frankie menolaknya dan Maggie kemudian menggigit lidahnya berulang kali dalam upaya untuk mati kehabisan darah, tetapi tenaga medis menyelamatkan Maggie dan mengambil tindakan untuk mencegah upaya bunuh diri lebih lanjut. Pastur yang telah dilecehkan oleh Frankie selama 23 tahun, Pastur Horvak, ya memperingatkan Frankie bahwa ia tidak akan pernah menemukan dirinya lagi jika ia melakukan keinginan Maggie.
Frankie menyelinap dalam satu malam, tanpa sadar bahwa Eddie mengawasinya dari belakangnya. Tepat sebelum memberikan suntikan yang mematikan dari adrenalin, ya Frankie akhirnya memberitahu Maggie arti dari nama panggilan yang diberikan kepadanya, Mo Chuisle, yang berasal dari bahasa Irlandia dari "sayangku, dan darahku" (secara harfiah berarti "denyut nadiku"). Frankie tidak pernah kembali ke pusat kebugaran. Narasi Eddie tertuang ke dalam surat untuk putri Frankie, yang memberitahunya tentang karakter ayahnya yang sebenarnya. Ya akhir ceritanya dengan Frankie yang duduk di restoran tempat Maggie pernah mengajaknya.
***
Budi selesai baca buku, ya buku di taruh di bawah meja. Budi menikmati minum kopi dan makan gorengan lah. Eko datang ke rumah Budi, ya memarkirkan motornya dengan baik di rumah Budi. Eko duduk dengan baik dengan Budi.
"Ngomong-ngomong Budi. Gimana keadaan Daniel, ya begitu juga dengan lingkungan sekitar rumah di jalan Samratulagi gang pisang, ya kota Bandar Lampung?" kata Eko.
"Baik keadaan Daniel. Kalau lingkungan di sekitar rumah Daniel, ya seperti biasa sih di lingkungan mana pun. Ya antara baik dan buruk, ya antara orang kaya dan miskin, ya perilakunya. Menurut ku sih, ya ada sifat pura-pura masih di jalanin sih," kata Budi.
"Pake topeng. Di tunjukkan depan baik, ya aslinya buruk," kata Eko.
"Ada cerita ini dan itu dari ulah orang miskin dan kaya, ya di sembunyikan dalam urusan kerjaan gitu, ya yang aku maksud itu kerjaan yang biasa kita omongin itu. Haram dan halal di makan," kata Budi.
"Urusan haram dan halal di makan, ya tidak bisa di omongin gitu," kata Eko.
"Ya semua di dasarkan paham ilmu agama atau tidak. Padahal kalau orang sudah paham agama itu, ya sudah membuktikan ajaran agama sampai mendengarkan Roh," kata Budi.
"Kebanyakan manusia, ya tidak mampu membuktikan kebenaran ajaran agama karena dasar sisilah keturunannya. Bisa di bilang tidak jelas sisilah keturunannya," kata Eko.
"Emmmm," Budi.
"Obrolan kita ini sekedar obrolan lulusan SMA saja!" kata Eko.
"Memang sekedar obrolan lulusan SMA!" kata Budi.
"Emmm," kata Eko.
"Ada sebuah sekolahan swasta, ya di sayangkan saja gitu keadaannya, ya di lingkungan sekitar situ," kata Budi.
"Di sayangkannya itu, ya jadi sekolahan berhantu gitu?" kata Eko.
"Ya bukan sekolahan berhantu di sayangkannya. Sekolahan swasta itu, ya tidak layak lagi keadaannya dan juga karena, ya tidak ada yang bersekolah di tempat tersebut. Padahal jika sekolahan swasta berjalan sistem kerjanya, ya penyerapan tenaga guru, ya anak kuliahan yang lulus kuliah bidang keguruan bisa kerja dengan baik gitu. Mengurangi pengangguran intelektual gitu. Roda ekonomi di daerah itu, ya mungkin jauh lebih baik gitu," kata Budi.
"Usaha itu ada yang berhasil ada juga tidak, ya tergantung mampu mengolahnya apa tidak usaha yang di jalankan," kata Eko.
"Sekolah swasta itu, ya ada cerita tentang lahan sengketa gitu, ya main orang-orang sekitar situ. Jadi antara baik dan buruk perilaku orang-orang yang ada di lingkungan tersebut," kata Budi.
"Masalah orang punya kepentingan ini dan itu," kata Eko.
"Lebih baik main catur Eko!" kata Budi.
"OK. Main catur!" kata Eko.
Budi mengambil papan catur di bawah meja, ya papan catur di taruh atas meja. Budi dan Eko, ya menyusun bidak catur di atas papan catur gitu.
"Kalau keadaan Agus Salim, ya yang berada di jalan Samratulagi gang bukit, ya dekat mesjid LDII, ya kota Bandar Lampung?" kata Eko.
"Keadaan Agus Salim, ya baik sih. Lingkungannya, ya baik. Walau begitu, ya bisa di bilang ada juga sih, ya antara baik dan buruk. Sifat pura-pura manusia, ya pake topeng gitu. Lebih cenderung dari gejala permasalahan kerjaan gitu," kata Budi.
"Manusia tetap manusia. Antara baik dan buruk, ya perilaku menjalankan hidup ini," kata Eko.
"Semua itu, ya sebagai pembelajaran saja. Bahwa kita harus berjalan di jalan kebaikan gitu!" kata Budi.
"Jalan kebaikan itu baik untuk diri, keluarga dan orang lain," kata Eko.
"Emmm," kata Budi.
Budi dan Eko, ya main catur dengan baik gitu.