Budi duduk dengan baik di depan rumahnya, ya sedang membaca cerpen yang cerita menarik, ya sambil menikmati minum kopi dan makan singkong rebus.
Isi cerita yang di baca Budi :
Harinder "Harry" Singh Nehra adalah seorang pemandu wisata yang bekerja di Amsterdam. Digambarkan sebagai "wanita murahan", dia kesepian namun ramah dan suka membantu, dan sering menggoda kliennya, sehingga membahayakan pekerjaannya.
Setelah mengantarkan keluarganya di bandara, Harry bertemu Sejal Zaveri, anggota keluarga yang sama yang kehilangan cincin pertunangannya dan ingin dia membantunya. Harry enggan, tapi untuk menghindari keluhan Sejal yang mungkin membuatnya kehilangan pekerjaan, dia dengan enggan setuju untuk membantu. Pada waktunya saat mencari cincin itu, mereka menjadi ramah dan dia mengatakan kepadanya bahwa dia telah meninggalkan desanya, Nurmahal dan datang ke Kanada untuk menjadi penyanyi, yang tidak berhasil dan itulah sebabnya dia perlahan menjadi pemandu wisata.
Baik Harry dan Sejal melakukan perjalanan ke tempat-tempat di Eropa tempat dia pertama kali membawa keluarganya, untuk mencari cincin itu. Selama ini, Harry akhirnya jatuh cinta dengan Sejal, namun tidak mengungkapkannya kepadanya, mengetahui bahwa dia bertunangan dengan Rupen. Mereka segera mengetahui bahwa seorang penjahat, Ghyassuddin Mohammed Qureshi "Gas", telah mencuri cincin itu. Mereka pergi ke Gas untuk mengambil cincin itu tetapi Harry dikalahkan oleh anak buah Gas. Kemudian, saat mencari antiseptik di tasnya untuk Harry, Sejal menemukan cincin itu dan menyadari bahwa selama ini cincin itu ada di tasnya. Namun, dia tidak memberi tahu Harry, karena dia ingin menghabiskan lebih banyak waktu bersamanya dan juga jatuh cinta padanya.
Keesokan harinya, Harry dan Sejal terbang ke Frankfurt untuk pernikahan antara teman Harry, Mayank dan Irina, di mana keduanya ditanyai oleh mereka tentang hubungan mereka, melihat chemistry mereka yang jelas. Usai pernikahan, Harry dan Sejal bertengkar soal hal itu. Harry tidak mengakui perasaannya, karena dia merasa dia tidak cukup baik untuknya dan dia memutuskan untuk terbang pulang.
Di bandara, Sejal menunjukkan cincin itu kepada Harry dan mengatakan kepadanya bahwa dia menemukannya beberapa hari yang lalu dan cincin itu ada di tasnya selama ini. Dia memintanya untuk berhati-hati dan mengucapkan selamat tinggal padanya.
Dia kembali ke India dan dia kembali ke pekerjaannya, tapi mulai merindukannya dan menjadi sedih, tidak bisa berkonsentrasi selama bekerja. Atas desakan Mayank, Harry terbang ke Mumbai untuk menghadiri pernikahannya dengan harapan bisa berbicara dengannya tentang perasaannya yang tidak terungkap sebelum dia menikah. Saat mencapai tempat tersebut, dia mengetahui bahwa pernikahan Sejal dibatalkan. Dia berjalan keluar dan menemukannya duduk di luar. Mereka akhirnya berbagi perasaan satu sama lain, berciuman dan pergi ke desa Harry, Nurmahal di Punjab, di mana dia bertemu kembali dengan keluarganya dan menikahi Sejal.
Budi selesai baca cerpen yang cerita menarik gitu, ya buku di tutup dan buku di taruh di bawah meja. Eko datang ke rumah Budi, ya motor di parkirkan di depan rumah Budi. Eko duduk dengan baik, ya dekat Budi.
"Hidup ini. Di nikmati saja. Apa adanya sesuai kemampuan. Beda cerita di Tv tentang orang kaya, ya menikmati hidup lebih baik ini dan itu," kata Budi.
"Keadaan kita di nikmati saja. Sederhana," kata Eko.
"Ada cerita kenyataan dan berita Tv. Ya tidak bisa mengubah sesuatu?" kata Budi.
"Emmm," kata Eko.
"Apa karena hidup ini yang tidak bisa di rubah nasifnya, ya bagi orang miskin berjalan baik?" kata Budi.
"Mungkin," kata Eko.
"Mungkin," kata Budi.
"Emmm," kata Eko.
"Hidup di antara orang baik dan buruk," kata Budi.
"Emmm," kata Eko.
"Orang buruk banyak, ya merajalela di mana-mana. Maka orang yang berjalan baik untuk mengubah nasifnya dengan jalan baik, ya tidak bisa mengubahnya nasifnya. Orang-orang buruk kerjaannya menjatuhkan dengan cara menipu dan mencuri dengan kelompok buruknya lainnya," kata Budi.
"Orang-orang buruk pandai berpura-pura baik ini dan itu," kata Eko.
"Ya orang-orang buruk dengan tingkat laku itu. Harus di tangkap dengan baik sama polisi. Agar lingkungan jadi baik. Ya nasif orang baik yang ingin mengubah nasif, ya bisa berhasil dengan baik," kata Budi.
"Memang polisi harus menangkap orang-orang buruk. Antara kaya dan miskin di lingkungan sana dan situ, ya kan Budi?" kata Eko.
"Yaaaa antara kaya dan miskin," kata Budi.
"Emmm," kata Eko.
"Main permainan ular tangga," kata Budi.
"Oke," kata Eko.
Budi mengambil permainan ular tangga di bawah meja, ya di taruh di atas meja. Eko dan Budi main permainan ular tangga dengan baik gitu.
"Siklus dari kelahirannya manusia, ya didik dengan baik di pendidikan TK sampai pendidikan Universitas demi masa depan yang cita-citakan, ya roda ekonomi, ya di jalankan dengan baik demi hidup ini," kata Budi.
"Yaaaa realitanya begitu," kata Eko.
"Baik dan buruk," kata Budi.
"Realitanya begitu," kata Eko.
"Emmm," Budi.
Budi dan Eko terus main permainan ular tangga dengan baik.
"Ngomongin urusan cinta," kata Budi.
"Emmm," kata Eko.
"Cowok yang baik. Berusaha dengan baik, ya membahagiakan cewek yang di sukainya. Sesuai dengan kemampuannya dan keadaannya," kata Budi.
"Maksudnya, ya cowok miskin berusaha membagiakan cewek yang di sukainya?" kata Eko.
"Cowok miskin," kata Budi.
"Cewek bisa menerima cowoknya dengan baik. Seperti cerita kenyataan atau sinetron atau film," kata Eko.
"Senang dan susah di jalankan dengan baik. Hidup ini," kata Budi.
"Saling pengertian kunci kebahagiaan sepasang kekasih," kata Eko.
"Emmm," kata Budi.
Budi dan Eko main permainan ular tangga dengan baik banget. Sampai Abdul datang ke rumah Budi, ya motor di parkirkan di depan rumah Budi. Yaaa Abdul duduk dengan baik, ya dekat Budi dan Eko. Jadi Abdul ikut main permainan ular tangga dengan baik gitu.
"Abdul. Ngomong-ngomong keadaan pasar gimana?" kata Budi.
"Pasar. Yaaa antara baik dan buruk. Paham agama atau tidak sesuai ajaran agama yang di yakini masing-masing," kata Abdul.
"Yaaa realita hidup," kata Eko.
"Tetap sama hidup ini. Yaaa pasti hasil kerja di pasar, ya hasilnya pasang surut air laut," kata Budi.
"Yaaa realita begitu, ya hasil kerja di pasar," kata Abdul.
"Rezeki masing-masing. Kompetisi sengit pun terjadi," kata Eko.
"Untuk mencapai keberhasilan yang diinginkan kerja keras, sabar, dan doa," kata Budi.
"Omongan Budi bener!" kata Abdul.
"Yang enak duluan. Yang lahir duluan dan berhasil duluan," kata Eko.
"Yaaa realitanya yang di omongin Eko," kata Budi.
"Yaaaa lahir kaya lebih enak lagi," kata Abdul.
"Memang kaya itu enak kalau dari lahir kaya," kata Budi.
"Emmm," kata Eko.
Ketiganya main permainan ular tangga dengan baik gitu.