"Abdul....seandainya. Aku dan Abdul, ya anak orang kaya. Tanggapan Abdul gimana?!" kata Budi.
"Seandainya....anak orang kaya. Ya....hidup akan mudah di jalanin dengan baik dengan baik, ya sampai urusan cinta sih," kata Abdul.
"Memang urusan hidup lebih mudah sampai urusan cinta. Tapi kepribadian bagaimana?!" kata Budi.
"Kepribadian ya?!" kata Abdul masih mikir panjang.
Budi mengambil tahu goreng di piring, ya di makan dengan baik gorengan lah.
"Ada anak orang kaya kepribadiannya sombong dengan kekayaannya dan ada yang tidak," kata Abdul.
"Memang sih kepribadian....cenderung anak orang kaya, ya sombong dan tidak sombong," kata Budi menegaskan omongan Abdul.
Budi mengambil gelas berisi kopi di meja, ya di minum dengan baik kopi lah.
"Orang tua mendidik anaknya seperti apa baiknya?!" kata Abdul.
Budi menaruh gelas berisi kopi di meja.
"Iya juga ya. Orang tua mendidik anaknya sebaiknya seperti apa?!" kata Budi.
"Ya.....baik itu. Pembentukkan akhlaknya dulu lah dari pada kemewahan dunia," kata Abdul.
Abdul mengambil gelas berisi kopi di meja ya di minum dengan baik kopi lah.
"Ya...memang harus didik baik akhlaknya anak, ya agar tidak menjadi sombong," kata Budi.
Abdul menaruh gelas berisi kopi di meja lah.
"Kaya atau miskin. Akhlak yang terpenting. Orang tua ku membimbing aku dengan baik, ya membentuk kepribadian ku," kata Abdul.
"Orangtua ku juga, ya akhlak yang penting untuk membentuk kepribadian anaknya. Ya anak menjadi kepribadian yang baik," kata Budi.
"Udahan ngomongin tentang seandainya jadi anak orang kaya. Kenyataan tetap anak orang miskin. Ya tetap berusaha dengan baik menjadi orang kaya, ya dengan cara kerja keras," kata Abdul.
"Ok...udahan ngomongin...seandainya menjadi anak orang kaya. Memang kenyataannya....anak orang miskin. Tapi aku tetap bangga menjadi anak miskin, ya karena orangtua ku mendidik ku dengan baik, ya membentuk kepribadian baik. Kan ada anak miskin, ya tidak terbentuk dengan baik kepribadian anaknya, ya karena orangtuanya....tidak paham ilmu agama," kata Budi.
"Memang sih. Ada anak miskin, ya kepribadiannya...kurang ini dan itu karena orang tuanya, ya tidak paham ilmu agama. Ya....sudahlah. Lebih main catur!" kata Abdul.
"Ya..lebih main catur!" kata Budi.
Budi mengambil papan catur di bawah meja, ya papan catur di taruh di atas meja. Budi dan Abdul menyusun dengan baik bidak catur di atas papan catur.
"Ooooo iya...gimana tanggapan Abdul... tentang cara Tv dan radio...yang acara ya begini dan begitu, ya tujuannya menghibur dan mendidik orang-orang yang menonton dan juga mendengar?!" kata Budi.
"Sebagai..lulusan SMA, ya bagus saja....acara TV dan radio, ya menghibur penonton dan pendengarnya dengan baik. Kalau lulusan Universitas lebih kongkrit lah...sampai di buat penghargaan ini dan itu, ya menilai dengan baik acara Tv dan radio," kata Abdul.
"Bagus toh. Ya aku sama dengan Abdul saja....bagus!" kata Budi.
"Fokus main caturnya!" kata Abdul.
"Ok!" kata Budi.
Budi dan Abdul, ya main catur dengan baik.