Budi main ke rumahnya Daeil yang kerjaannya di mini market, ya rumahnya di gang pisang atau jalan pisang, ya kota Bandar Lampung gitu. Daeil temannya Budi semasa SMA. Ya rezekinya jadi Daeil kerja di mini market. Budi pun sampai di rumahnya Daeil. Ya motor Budi di parkir di depan rumah Daeil, ya dengan baik. Budi duduk bersama Daeil di depan rumahnya Daeil, ya sambil menikmati makan gorengan dan juga minum sirup dengan rasa jeruk gitu.
"Budi gimana kerjaan mu?!" kata Daeil.
"Baik," kata Budi.
"Emmm," kata Daeil.
"Gimana kerjaan Daeil?!" kata Budi.
"Baik," kata Daeil.
"Ngomong-ngomong gimana dengan keadaan lingkungan di jalan pisang ini?!" kata Budi.
"Ya baik sih. Nama hidup ini. Antara kaya dan miskin. Antara baik dan buruk berdasarkan iman manusia yang meyakini ajaran agama yang di yakini," kata Daeil.
"Baik toh. Ya jadi tidak jauh beda dengan keadaan lingkungan di tempat tinggal ku. Antara baik dan buruk, ya karakteristik dari manusia," kata Budi.
"Orang yang agama Kristen dan agama Islam, ya rukun. Ya dominasinya agama Islam. Orang agama Kristen, ya tetap meyakini agamanya yang di yakini dengan baik dan tidak mau pindah agama karena mantep dengan agamanya. Orang Islam, ya tidak ada yang mempengaruhi untuk orang Kristen pindah agama, ya karena dominasi orang Islam gitu," kata Daeil.
"Nafsi-nafsi," kata Budi.
"Aku setuju dengan omongan Budi. Ya jalan masing-masing sesuai dengan agama yang di yakini," kata Daeil.
"Saling menghormati gitu," kata Budi.
"Memang saling menghormati," kata Daeil.
"Urusan kaya dan miskin, ya ada rasa irinya orang miskin terhadap yang kaya dari bangunan rumahnya, kendaraan mobil dan motornya?!" kata Budi.
"Yang miskin iri dengan kekayaan orang di lingkungan sekitar sini. Ya tidak lah. Salah contoh : orang miskin yang rumahnya dinding triple gitu, ya nama orang itu Pak Untung. Sekarang Pak Untung telah meninggal dunia. Ya tidak ada rasa iri dengan orang kaya di lingkungan. Ya Pak Untung itu paham agama Islam dan juga ikut organisasi agama Islam gitu, ya suku keturunan Jawa," kata Daeil.
"Orang miskin yang paham ilmu agama Islam, ya tidak ada rasa iri dengan kekayaan orang kaya," kata Budi.
"Emmmm," kata Daeil.
"Ooooo iya gimana dengan orang kaya di lingkungan, ya ada rasa sombong dengan kekayaannya. Ya memang ujiannya orang kaya gitu?!" kata Budi.
"Kalau itu sih. Ya relatif, ya berdasarkan apa paham agama atau tidak gitu?!" kata Daeil.
"Relatif ya. Berarti ada yang sombong orang kaya dan juga ada yang tidak sombong," kata Budi.
"Orang-orang di lingkungan daerah sini, ya yang kaya. Ya ada terlihat citra di depannya bagus karena rumahnya bagus, ya kaya gitu. Ya tetap busuknya seperti busuknya sampah, ya buang sampah semau-maunya. Biasa suku keturunan Lampung," kata Daeil.
"Kan ada tukang sampah mengambil sampah, ya bayar gitu. Tetap saja kebiasaan membuang sampah semau-maunya. Ya enggak abis pikir suku keturunan Lampung kelakuannya," kata Budi.
"Kebanyakan orang-orang kerja di lingkungan sini, ya di pemerintahan jadi PNS, ya salah satu di Pengadilan, ya yang ada di Lampung lah. Ya seharusnya jadi contoh PNS itu, ya berkelakuan baik di masyarakat, ya ternyata tidak. Biasa sifat keturunan Lampung, ya semau-maunya karena Lampung ini tanah kelahirannya, ya orang-orang Lampung jadinya itu lebih berhak dari pada suku lain gitu, ya sifat egoisnya suku Lampung," kata Daeil.
"Tidak mana-mana sifat orang-orang, ya egois karena keturunan asli suku Lampung," kata Budi.
"Kadang dalam pergaulan dengan suku keturunan Lampung yang betingkah ini dan itu, ya suku lain lebih baik menjauh dari suku Lampung. Takut kena sialnya suku Lampung. Jadi pergaulannya, ya sekedar basa basi aja," kata Daeil.
"Banyak cerita tentang suku keturunan Lampung buat masalah ini dan itu. Sama seperti suku keturunan Batak dan juga Flores, ya cerita orang-orang. Pergaulan, ya kacau gitu. Maka itu pergaulan, ya basa basi saja," kata Budi.
"Jadi yang bersihin sampah yang di buang semau-maunya, ya RT-nya karena bertanggung jawab dengan baik, ya lingkungan bersih dari sampah gitu," kata Daeil.
"Hidup di masyarakat. Ya antara baik dan buruk," kata Budi.
"Emmmm," kata Daeil.
"Ngomong gimana kisah cinta Daeil, ya saat SMA kan jadian dengan Tiara, ya mungkin kisah cinta dengan Tiara sampai sekarang, ya sampai masa kerja lah?!" kata Budi.
"Tiara. Tiara. Tiara. Seperti judul lagu nama itu di nyanyikan orang-orang gitu. Yaaaaa kisah cinta ku kandas di tengah jalan gitu. Ya ternyata orang tua Tiara tidak setuju hubungannya dengan ku. Tiara berusaha bertahan hubungan kisah cinta dengan ku. Akhirnya, ya benar-benar putus lah. Tiara sekarang melanjutkan pendidikannya dengan baik, ya kuliah lah, " kata Daeil.
"Putus kisah cinta. Sakit, ya Daeil putus itu?!" kata Budi.
"Ya begitulah. Tapi tetap ikhlas apa yang telah di putus kan? Jadi jalan masing-masing meraih masa depan yang lebih baik lagi," kata Daeil.
"Ikhlas toh!!!!" kata Budi.
"Gimana kisah cinta Budi. Apa jangan-jangan masih jomlo. Ya pada masa SMA, ya Budi jomlo. Ya mungkin sampai sekarang masih jomlo atau sudah punya cewek yang di sukai?!" kata Daeil.
"Masih jomlo!!!" kata Budi.
"Ooooo masih jomlo Budi toh!!!!" kata Daeil.
"Ngomong saat masa SMA, ya kita sering main game PS," kata Daeil.
"Ya kan PS-nya Daeil punya. Ya Daeil mengajak main PS di rumah. Jangan-jangan Daeil ingin ngajak main PS, ya Daeil?!" kata Budi.
"Ya begitulah. Sekalian mengulang nostalgia kita asik main game PS, ya pertarungan gitu!" kata Daeil.
"Ok. Main PS!" kata Budi.
Budi dan Daeil setuju main PS, ya masuk ke dalam rumah Daeil, ya bawa piring yang ada makanan gorengan dan juga gelas masing-masing lah. Keduanya duduk di ruang tengah, ya main PS, ya sambil menikmati makan gorengan dan minum sirup jeruk gitu.
Sedangkan Eko dan Abdul, ya duduk di depan ke rumah Eko. Ya keduanya menikmati minum kopi dan makan gorengan lah.
"Jadi Budi tidak main ke rumah Eko?!" kata Abdul.
"Ya begitulah," kata Eko.
"Jadi Budi kemana?!" kata Abdul.
"Budi main ke rumah Daeil. Ya teman semasa SMA," kata Eko.
"Ooooo main ke rumah Daeil. Ya kalau aku inget semasa SMA. Ya Budi sering banget main PS di rumah Daeil," kata Abdul.
"Ya ceritanya seperti itu masa lalu semasa SMA," kata Eko.
"Emmmm," kata Abdul.
"Ngomong-ngomong gimana dengan urusan Abdul dengan Putri?!" kata Eko.
"Kisah cinta ku tetap seperti itu saja ceritanya," kata Abdul.
"Gimana kalau Putri itu. Ya sudah jadian sama cowok di kota Jakarta. Ya obrolan seandainya saja?!" kata Eko.
"Ya sebagai cowok berjiwa besar sih. Melepaskan cinta dengan penuh dengan ke ikhlasan. Ya Putri pantes bahagia dengan cowok yang dapet membahagiakan Putri dengan baik," kata Abdul.
"Berjiwa besar. Ok bagus," kata Eko.
"Kalau begitu main catur saja!" kata Abdul.
"Ok. Main catur!!!" kata Eko.
Eko mengambil papan catur di bawah meja, ya di taruh di atas meja. Eko dan Budi, ya menyusun dengan baik bidak catur di atas papan catur gitu. Keduanya main catur dengan baik, ya sambil menikmati minum kopi dan makan gorengan lah.
Sedangkan Putri, ya berada di kota Jakarta, ya tepat di rumahnya. Putri sedang ngumpul dengan teman-temannya, ya cewek semua lah.