***
Budi selesai menyanyi, ya gitar berhenti di mainkan, ya dan gitar di taruh di samping kursi gitu
"Emmm," kata Budi.
Budi menikmati minum kopi dan makan singkong goreng gitu.
"Baca cerpen saja!" kata Budi.
Budi mengambil buku di bawah meja, ya buku di buka dengan baik dan cerpen di baca dengan baik gitu.
Isi cerita yang di baca Budi :
Ajay Dixit adalah seorang narsisis yang sangat memperhatikan citranya, yang mengajar sejarah di sebuah sekolah di Lucknow. Ia membenci hidupnya yang penuh kebohongan, meskipun ia dihormati, berkat kecenderungan filosofisnya untuk "berpura-pura sampai berhasil". Ia telah menghukum istrinya yang cantik dan menderita epilepsi, Nisha, yang jauh lebih cerdas daripada dirinya, karena ia tidak ingin kejang-kejang istrinya merusak reputasinya.
Ajay mendapati dirinya dan citranya dalam bahaya ketika dia menampar muridnya, Atul Raghuvanshi, karena frustrasi atas keraguan mengenai Perang Dunia II. Atul ternyata adalah putra MLA Vishwas Raghuvanshi. Karena putus asa ingin melarikan diri dari murka MLA, Ajay memutuskan untuk mengunjungi tempat-tempat di seluruh Eropa yang dianggapnya penting bagi Perang Dunia II (termasuk rumah Anne Frank dan Auschwitz). Dia membawa Nisha bersamanya karena orang tuanya berharap itu bisa menyelesaikan konflik perkawinan mereka. Ini membawa mereka pada perjalanan yang mengubah seluruh perspektif dan pandangan mereka tentang konflik interpersonal, karena mereka membahas pelajaran hidup dan sejarah di sepanjang jalan.
***
Budi selesai baca cerpen, ya buku di tutup dan buku di taruh di bawah meja gitu.
"Emmm," kata Budi.
Budi menikmati minum kopi dan makan singkong goreng gitu. Eko datang ke rumah Budi, ya motor Eko di parkirkan dengan baik di depan rumah Budi gitu. Eko duduk dengan baik dekat Budi gitu. Di meja Eko melihat dengan baik, ya ada anglo kecil di atasnya tekok kaleng berisi air panas dan piring berisi singkong goreng gitu.
"Emmm," kata Eko.
"Rasa senang," kata Budi.
"Budi merasa senang hari ini?" kata Eko.
"Yaaa aku memang merasa senang hari ini," kata Budi.
"Senang Budi kenapa?" kata Eko.
"Senang aku di cium pipi aku sama Tasya," kata Budi.
"Beneran Budi...di cium pipi Budi sama Tasya?" kata Eko.
"Khayalan Eko," kata Budi.
"Khayalan toh. Aku kirain beneran Budi di cium pipinya sama Tasya," kata Eko.
"Ya aku dan Tasya belum menikah, ya jadi belum dapet sih cium pipi dari Tasya gitu," kata Budi.
"Budi...paham agama jadi masih menjaga jarak dengan Tasya, ya demi kebaikan Budi dan Tasya, yaaa jauh dari fitnah. Hubungan Budi dan Tasya, ya beda ceritanya dengan cerita orang-orang menjalankan kisah cinta...di depan citra baik di belakang nyosor deh," kata Eko.
"Biasakan Eko...cerita orang-orang yang tidak paham agama kan Eko?" kata Budi.
"Memang biasa sih cerita orang-orang yang tidak paham agama, ya pandai berpura-pura gitu," kata Eko.
"Pandai berpura-pura," kata Budi.
"Emmm," kata Eko.
"Sebenarnya rasa senang aku adalah menikmati keadaan dengan baik, ya ngobrol dengan baik sama teman baik, ya Eko," kata Budi.
"Seperti biasanya toh, ya rasa senang menikmati keadaan yang baik dan baik, ya ngobrol dengan baik aku dan Budi toh," kata Eko.
"Emmm," kata Budi.
"Emmm," kata Eko.
"Berdasarkan berita Tv, ya rasa senang orang-orang melihat agama yang di yakini berkembang dengan baik, ya nilai citra baik gitu, ya contohnya : agama Katolik," kata Budi.
"Hal wajar sih, ya orang-orang yang menyakini agama Katolik...rasa senang karena melihat berita di Tv karena ajaran agama yang di yakini berkembang dengan baik, ya citra baik," kata Eko.
"Bagi yang memahami agama yang di yakini, ya tetap berjalan di jalan baik untuk kebaikan bersama dan tetap menghormati perbedaan dengan agama lain," kata Budi.
"Jalan baik dan toleransi," kata Eko.
"Agama lain juga berkembang dengan baik berdasarkan berita Tv, ya citra yang baik," kata Budi.
"Kompetisi urusan agama, ya membuat citra baik ini dan itu," kata Eko.
"Emmm," kata Budi.
"Sekedar bahan obrolan lulusan SMA kan Budi?" kata Eko.
"Yaaa sekedar bahan obrolan lulusan SMA sih Eko!" kata Budi.
"Emmm," kata Eko.
"Ngomong-ngomong...Eko ingin di cium sama Purnama di pipi Eko?" kata Budi.
"Ada sih keinginan aku sih...pipi aku di cium Purnama, ya ketika aku sudah menikah dengan Purnama. Kalau sekarang sih, ya khayalan saja!" kata Eko.
"Eko paham agama sih. Sekarang sih cukup di khayalan saja!" kata Budi.
"Emmm," kata Eko.
"Emmm," kata Budi.
"Main permainan kartu gaplek saja Budi!" kata Eko.
"Okey....main kartu gaplek!" kata Budi.
Budi mengambil kartu gaplek di bawah meja, ya kartu gaplek di kocok dengan baik dan kartu gaplek di bagikan dengan baik gitu. Eko dan Budi main kartu gaplek dengan baik gitu.
"Emmm," kata Budi.
"Tinggal di Lampung ini, ya ceritanya tetap sama kan Budi?" kata Eko.
"Yaaa tinggal di Lampung ini, ya ceritanya tetap sama Eko!" kata Budi.
"Berdasarkan berita di Tv, ya antara baik dan buruk perilaku manusia, ya kan Budi?" kata Eko.
"Realitanya memang begitu sih...berdasarkan berita Tv...antara baik dan buruk perilaku manusia," kata Budi.
"Berdasarkan berita Tv, ya urusan ekonomi tetap berkompetisi dengan baik," kata Eko.
"Yaaa memang begitu sih...berdasarkan berita Tv, ya urusan ekonomi tetap berkompetisi dengan baik," kata Budi.
"Persaingan sengit urusan usaha yang di jalankan manusia," kata Eko.
"Memang persaingan sengit," kata Budi.
"Hasil tetap rezeki masing-masing!" kata Eko.
"Omongan Eko bener sekali!" kata Budi.
"Keadaan tetap antara kaya dan miskin," kata Eko.
"Lingkungan sosial masyarakat tetap sih keadaannya antara kaya dan miskin," kata Budi.
"Emmm," kata Eko.
"Emmm," kata Budi.
Budi dan Eko tetap asik main kartu gaplek gitu.