Budi duduk santai di depan rumahnya sedang baca cerpen yang ceritanya menarik banget, ya sambil minum kopi dan makan singkong rebus.
Isi cerita yang di baca Budi :
Di London era Edwardian, pada musim semi tahun 1910, George Banks kembali ke rumah, di Cherry Tree Lane nomor 17, untuk mengetahui dari istrinya, Winifred, bahwa pengasuh bayi, Katie Nanna, telah meninggalkan pekerjaan mereka setelah anak-anak mereka, Jane dan Michael , telah melarikan diri "untuk keempat kalinya minggu ini" ("Kehidupan yang Saya Jalani"). Mereka segera dikembalikan ke rumah oleh Polisi Jones, yang mengungkapkan bahwa mereka sedang mengejar layang-layang yang hilang. Anak-anak meminta George membantu mereka membuat layang-layang yang lebih baik, tapi dia menolak mereka. Mengambil tanggung jawab untuk mempekerjakan pengasuh baru, Mr. Banks mengiklankan pengasuh yang tegas dan tanpa basa-basi. Sebaliknya, Jane dan Michael menampilkan iklan mereka sendiri untuk pengasuh yang lebih baik hati dan manis ("The Perfect Nanny"). Winifred, yang sangat setuju dengan anak-anak, mencoba menjaga perdamaian. Setelah menyuruh Jane dan Michael pergi tidur, Tuan Banks merobek surat itu dan melemparkan sisa-sisanya ke perapian, tetapi angin kencang menarik pecahannya. naik melalui cerobong asap dan ke udara.
Keesokan harinya, sejumlah pengasuh lansia berwajah masam menunggu di luar rumah Banks hingga Ellen mengantar mereka semua masuk, namun hembusan angin kencang menghempaskan mereka. Jane dan Michael kemudian menyaksikan pengasuh muda ajaib turun dari langit menggunakan payungnya. Setelah mendarat di 17 Cherry Tree Lane, dia berjalan masuk, dan memperkenalkan dirinya kepada Mr. Banks, Mary Poppins dengan tenang membuat iklan anak-anak yang dipulihkan dan menyetujui permintaannya tetapi berjanji kepada bankir yang tercengang bahwa dia akan tegas terhadap anak-anaknya. Saat Tuan Banks memikirkan kembalinya iklan tersebut, Mary Poppins mempekerjakan dirinya sendiri, dan dia meyakinkannya bahwa itu awalnya adalah idenya. Dia bertemu anak-anak dan membantu mereka secara ajaib merapikan kamar bayi dengan menjentikkan jarinya,").
Di luar, mereka bertemu teman Mary, Bert, seorang ahli yang bekerja sebagai pelukis jalanan ; Mary Poppins menggunakan sihirnya untuk memindahkan kelompok itu ke dalam salah satu gambarnya. Saat anak - anak menaiki komidi putar, Mary Poppins dan Bert berjalan - jalan santai. Bersama-sama, mereka bernyanyi ("Jolly Holiday"), dan Bert menggoda Mary Poppins. Setelah mereka bertemu dengan anak-anak, Mary Poppins menyihir kuda komidi putar; Bert menyelamatkan seekor rubah dari perburuan rubah ; mereka mengambil bagian dalam pacuan kuda, yang dimenangkan Mary. Menggambarkan kemenangannya, Mary Poppins menggunakan kata yang tidak masuk akal ("Supercalifragilisticexpialidocious"). Tamasya berakhir ketika badai petir menghancurkan gambar Bert, mengembalikan kelompok tersebut ke London; sekembalinya mereka ke rumah, Mary memaksa anak-anak untuk minum obat agar tidak sakit dan menidurkan mereka, tetapi ketika Jane dan Michael menjadi terlalu bersemangat untuk pergi tidur, Mary dengan tenang menyanyikan lagu pengantar tidur untuk membantu mereka tidur ("Stay Awake").
Keesokan harinya, ketiganya, bersama Bert, bertemu dengan Paman Albert Mary Poppins yang aneh, yang melayang di udara karena tawanya yang tak terkendali. Mereka bergabung dengannya untuk pesta teh di langit-langit dengan banyak lelucon ("Saya Suka Tertawa"). Setelah itu, Tuan Banks menjadi kesal dengan suasana ceria rumah tangga tersebut dan mengancam akan memecat Mary Poppins, namun dia membujuknya untuk membawa anak-anak tersebut ke tempat kerjanya keesokan harinya. Malam itu, Mary menyanyikan lagu pengantar tidur seperti himne kepada anak-anak tentang wanita yang duduk di tangga Katedral St. Paul yang menjual makanan burung ("Feed The Birds"). Keesokan harinya di bank, anak-anak bertemu dengan orang tua Pak Dawes Sr., tuppence di bank, akhirnya mengambil koin dari Michael ("Fidelity Fiduciary Bank"). Michael meminta koinnya kembali; pelanggan lain mendengar konflik tersebut, dan mereka semua mulai menuntut uang mereka kembali, menyebabkan bank bangkrut.
Jane dan Michael melarikan diri dari bank, tersesat di East End London sampai mereka bertemu lagi dengan Bert, yang sekarang bekerja sebagai penyapu cerobong asap, yang mengantar mereka pulang ("Chim Chim Cheree"). Ketiganya dan Mary Poppins menjelajah ke atap rumah, di mana mereka menyanyikan lagu dan tarian dengan penyapu cerobong asap lainnya, yang menyebar ke rumah Banks ("Step in Time") setelah tetangga mereka Laksamana Boom salah mengira mereka sebagai perampok dan meluncurkan kembang api ke arah mereka dari meriam. Tuan dan Nyonya Banks kembali ke rumah dan menemukan teman-teman Bert menari di rumah mereka, dan Tuan Banks menyuruh mereka pergi. Tuan Banks kemudian mendapat panggilan telepon dari bank yang meminta pertemuan dengannya tentang apa yang dilakukan anak-anak. Anak-anak mendengar panggilan telepon dan menyadari bahwa ayah mereka dalam masalah. Bert memberi tahu Tuan Banks bahwa dia perlu menghabiskan lebih banyak waktu dengan anak-anaknya sebelum mereka tumbuh dewasa up ("A Man Has Dreams"). Michael memberi George tuppence, berharap untuk menebus kesalahannya.
Tuan Banks berjalan melalui London ke bank, di mana dia diberi kasir yang memalukan dan dipecat. Sambil mencari kata-kata yang membosankan, dia berkata "Supercalifragilisticexpialidocious", menceritakan lelucon Paman Albert "Kaki kayu bernama Smith" yang diceritakan anak-anak, dan dengan gembira pulang ke rumah. Tuan Dawes Sr. merenungkan lelucon itu dan, akhirnya memahaminya, melayang ke udara sambil tertawa.
Keesokan harinya, angin berubah, artinya Mary Poppins harus pergi. Tuan Banks yang lebih bahagia ditemukan di rumah, telah memperbaiki layang-layang anak-anaknya, dan mengajak keluarganya keluar untuk menerbangkannya. Di taman, keluarga Banks bertemu dengan putra Tuan Dawes Sr., Tuan Dawes Jr., yang mengungkapkan bahwa ayahnya meninggal karena tertawa karena lelucon ("Ayo Terbang Layang-layang"). Tuan Dawes Jr. mengatakan dia belum pernah melihat ayahnya lebih bahagia dalam hidupnya dan mempekerjakan kembali Tuan Banks sebagai mitra junior.
Mary Poppins mengawasi keluarga itu dengan payungnya. Ini mengomentari bagaimana perasaannya yang sebenarnya terhadap anak-anaknya, tapi dia dengan tegas menghentikannya berbicara, menyatakan bahwa mereka harus mencintai ayah mereka lebih dari dia. Setelah pekerjaannya selesai, Mary kemudian membuka payungnya, dan payung itu membawanya pergi bersama angin. Bert memperhatikan payungnya membawanya pergi, tersenyum, dan memberitahu Mary Poppins untuk tidak menjauh terlalu lama. Sambil memegangi payungnya yang terbuka dan memegang tas karpetnya, Mary Poppins terbang menjauh di kejauhan.
***
Budi selesai baca cerpen yang cerita menarik gitu, ya buku di tutup dan buku di taruh di bawah meja. Eko datang ke rumah Budi, ya motor di parkirkan di depan rumah Budi. Eko duduk dengan baik, ya dekat Budi.
"Hidup ini tetap sama!" kata Eko.
"Realitanya begitu!" kata Budi.
"Antara jujur dan bohong, ya tingkah laku manusia," kata Eko.
"Realita hidup ini!" kata Budi.
"Emmm," kata Eko.
"Topeng masih di pakai manusia, ya menutupi keburukannya," kata Budi.
"Maksudnya Budi adalah kepura-puraan manusia dalam menjalankan hidup ini, ya untuk menyembunyikan kelakuan buruknya dengan cara citra baik," kata Eko.
"Manusia!" kata Budi.
"Emmm," kata Eko.
"Main permainan ular tangga," kata Budi.
"Oke," kata Eko.
Budi mengambil permainan ular tangga di bawah meja, ya di taruh di atas meja. Eko dan Budi main permainan ular tangga dengan baik gitu.
"Ngomongin acara Tv, ya sinetron. Terlihat banget tokoh antagonis menonjol banget karakter yang di bawakan. Gimana menurut Eko?" kata Budi.
"Memang terlihat sih. Menonjol banget tokoh antagonis," kata Eko.
"Gimana kalau obrolan kita berubah jadi tokoh antagonis," kata Budi.
"Jadi tokoh antagonis. Tidak ada masalah sekedar bahan obrolan lulusan SMA!" kata Eko.
"Yaaa kalau aku jadi tokoh antagonis, ya aku ingin menghabisi orang-orang yang duduk di pemerintahan di pusat sampai daerah!" kata Budi.
"Budi jadi antagonis langsung menyerang orang-orang yang duduk di pemerintahan. Tapi kan di pemerintahan baik pusat dan daerah itu, ya antara baik dan buruk. Jadi Budi menghabisi yang baik atau buruk?" kata Eko.
"Jadi penjahat jangan nanggung-nanggung. Ya di habisi semua yang tidak sesuai dengan jalan aku!" kata Budi.
"Babat habis!. Jahat banget!" kata Eko.
"Sekarang giliran Eko. Jadi antagonis!" kata Budi.
"Jadi antagonis. Aku ingin menghabisi orang kaya ini dan itu, ya sekaligus merampas kekayaannya," kata Eko.
"Eko menghabisi orang kaya. Mungkin karena dasarnya, ya ada orang-orang kaya yang berengsek ini dan itu, ya membuat orang miskin menderita," kata Budi.
"Mungkin," kata Eko.
"Mungkin," kata Budi.
"Kata Budi kan. Kalau jadi penjahat jangan nanggung-nanggung. Jadi di babat semuanya, ya kaya dan miskin," kata Eko.
"Bener-bener jadi penjahat!" kata Budi.
"Emmm," kata Eko.
Eko dan Budi terus main permainan ular tangga dengan baik.
"Jadi penjahat ternyata terselimuti kegelapan hati. Setan!" kata Budi.
"Rasanya mungkin seperti omongan Budi, ya jadi penjahat," kata Eko.
"Emmm," kata Budi.
"Ya sudahlah ngobrol jadi antagonis. Lebih baik itu, ya jadi protagonis walau keadaan hidup miskin, ya sabar menghadapi hidup ini antara baik dan buruk," kata Eko.
"Yaaaaa aku paham omongan Eko!" kata Budi.
Budi dan Eko main permainan ular tangga dengan baik.