Dono berbicara dengan ayahnya Wulan di depan rumah. Wulan yang sedikit khawatir keluar dari rumah untuk melihat suasana. Terlihat dengan jelas oleh ke dua mata Wulan. Dono sedang bicara dengan berani dengan Ayah Wulan. Percakapan dua orang laki-laki dewasa membuat Wulan terdiam di tempat. Dono dengan tegas untuk menentang ayah Wulan. Akhirnya pembicaraan berakhir di menangkan oleh Dono. Sang ayah Wulan pergi dari rumah Dono dengan mobil mewahnya.
Dono pun bergerak masuk ke dalam rumah. Tapi Wulan menghadang Dono masuk di depan pintu.
"Apa yang kamu lakukan berani menetang ayah saya?" kata Wulan.
"Saya tidak menentang ayah Wulan. Hanya memberikan sedikit solusi. Bahwa lebih baik kamu di sini untuk menenangkan diri dari pada kamu ikut pulang bersamanya," kata Dono sedikit naif.
"Apa....kamu tahu sebenarnya apa yang saya resahkan?" tanya Wulan.
"Saya tidak begitu tahu apa yang kamu resahkan?. Kan saya bukan peramal. Tetapi yang saya tahu kamu butuh bantuan. Karena ada masalah keluarga yang sedang kamu hadapi," kata Dono.
"Itu sih..memang benar. Ayah ku orangnya keras sekali. Banyak peraturan di buatnya dalam menjalankan urusan keluarga. Saya menjadi tertekan," kata Wulan.
"Ya...sudahlah....saya mau masuk ke dalam rumah," kata Dono.
Dono pun masuk ke dalam rumah.
"Tunggu dulu saya belum selesai bicara," kata Wulan.
Dono terus masuk ke dalam rumah dan mengabaikan panggilan Wulan.
"iiihh...seperti biasanya.......cuek," gerutu Wulan.
Wulan pun masuk ke dalam rumah dan mengintilin Dono sampai dapur.
"Mas Dono......," kata Wulan membujuk.
Dono mendengar kata panggilan Wulan yang lembut. Sontak Dono menjawabnya "Apa adek Wulan yang cantik dan manis."
"Iiiih...seperti biasanya.....pandai memuji...," saut Wulan.
"Mau..apa dek Wulan...?" tanya Dono.
Wulan langsung duduk di lantai dapur dengan bersila. Dono pun ikut mengikutin Wulan duduk dilantai.
"Sebenarnya...apakah mas Dono sanggup menghadapi ayah Wulan?" tanya Wulan.
"Iya sebenarnya.......saya juga hanya berusaha jentelmen aja menghadapi ayah Wulan. Walau sebenarnya saya sudah mati langkah dalam permainan ini," kata Dono.
"Maksudnya...skakmat," saut Wulan.
"Ya..begitulah. Ayah Wulan orang yang keras sekali dalam membuat peraturan rumah tangga. Sampai-sampai Wulan tertekan. Saya hanya bisa melindungi orang saya sukai sebatas memberikan pelindungan dan kenyaman saja," kata Dono.
"Bagaimana kalau ayah saya memperkaraan masalah ini ke polisi, dengan alasan penculikan anak gadis ?" tanya Wulan.
"Ah......taktik lama. Saya tidak takut. Selama saya masih jalan kebaikan. Alloh SWT selalu bersama saya. Kan saya niat menolong dan melindungi orang yang saya sayangin dengan sekuat tenaga dan harta saya," kata Dono.
"Jadi mas Dono ...bener sayang sama Wulan?," tanya Wulan.
"Gimana ya......menjawabnya...ya....," kata Dono.
"Beneran.....sayang atau tidak?," kata Wulan dengan tegas.
"Ya...sayang deh.....," jawab Dono dengan santai.
"Iiiiih...dengan biasanya..jawabannya tidak meyakinkan," kata Wulan.
"Ya..udah diam dulu.....di situ..saya akam memasakkan sesuatu yang enak buat dek Wulan," perintah Dono.
"Iya.....," jawab Wulan dengan sedikit manyun.
Dono pun langsung mengambil bahan di dalam kulkas dan di taruh di atas meja.
"Mas Dono mau masak apa?," tanya Wulan.
"Sesuatu yang enak .....," jawab Dono.
Dono mulai mengolah bahan makan dengan terampil. Dengan cermat Dono memasak makan yang enak. Dengan santai Wulan bangun dari duduknya dan melihat kebolehan Dono memasak. Selang beberapa saat masakan jadi dibuat oleh Dono. Lalu Dono menyajikan di piring yang cantik.
"Silakan di coba........masakan saya," kata Dono.
"Baiklah saya coba," saut Wulan.
Wulan mulai menyendok nasi putih dan lauknya telur gorengnya. Dengan perlahan sendok berisi makan di masukkan ke dalam mulut Wulan.
"Emmmmm...," suara hati Wulan.
Wulan pun dengan pelan-pelan mengunyah makanan.
"Gimana.....rasanya...?," tanya Dono.
Wulan pun dengan seksama mengunyah makannya.
"Gimana rasanya...?," tanya Dono kembali.
Lagi-lagi Wulan hanya diam saja menikmati makannya.
"Rasanya..........enak banget," kata hati Wulan.
Wulan yang penasaran dengan rasa masakan Dono. Mulailah Wulan melahap habis makan buatan Dono.
"Kalau begitu...masakan saya di sukai adek Wulan," kata Dono.
Wulan pun menyelesaikan makannya dengan meminum segelas air putih.
"Menurut saya masakan..mas Dono tidak begitu enak...," kata Wulan.
Dono pun terkejut dengan omongan Wulan.
"Ya...saya coba lagi.......membuat makan yang enak buat kamu," kata Dono yang optimis.
Dono pun langsung membereskan semua peralatan memasaknya dan sekalian piring bekas makan Wulan.
"Sebenarnya....masakan mas Dono enak...tapi.....saya...tidak mau mengungkapkan yang sebenarnya," kata hati nurani Wulan.
Wulan pun membantu Dono membersihkan peralatan memasak. Selang berapa saat semuanya bersih dan di taruh di tempatnya. Setelah semuanya selesai Dono masuk ke dalam kamar untuk beristirahat. Begitu dengan Wulan masuk ke dalam kamar di lantai dua untuk beristirahat.