CAMPUR ADUK

Saturday, February 1, 2025

ARRIETTY THE BORROWER

Malam yang gelap bertabur bintang di langit. Setelah nonton Tv yang acaranya musik dangdut di chenel MNCTV, yaaa seperti sih...Budi duduk santai di depan rumahnya sedang membaca cerpen yang cerita menarik, ya sambil menikmati minum kopi dan makan singkong rebus. 

Isi cerita yang di baca Budi :

Seorang anak laki-laki bernama Shō menceritakan kisah tentang minggu di musim panas yang ia habiskan di rumah ibunya bersama bibi buyut dari pihak ibu, Sadako, dan pembantu rumah tangganya, Haru. Ketika Shō tiba, ia melihat sekilas Arrietty, seorang gadis Peminjam, bersembunyi di antara tanaman.

Pada malam hari, ayah Arrietty, Pod, mengajaknya melakukan misi "meminjam" pertamanya, yaitu mengambil gula dan tisu. Setelah mendapatkan gula batu dari dapur, mereka pergi ke kamar tidur yang mereka masuki melalui rumah boneka. Itu adalah kamar tidur Shō; dia melihat Arrietty saat dia mencoba mengambil tisu dari mejanya. Karena terkejut, dia menjatuhkan gula batu itu. Shō mencoba memanggilnya, tetapi Pod dan Arrietty pergi.

Keesokan harinya, Shō meletakkan gula batu dan catatan kecil di samping ventilasi udara. Pod memperingatkannya untuk tidak mengambilnya karena keberadaan mereka harus dirahasiakan dari manusia. Meskipun demikian, ia menyelinap keluar untuk mengunjungi Shō di kamar tidurnya. Tanpa menunjukkan dirinya, ia menyuruhnya untuk meninggalkan keluarganya sendirian, tetapi mereka segera mengobrol, yang diganggu oleh seekor gagak. Gagak itu menyerang Arrietty, tetapi Shō menyelamatkannya. Saat kembali ke rumah, Arrietty dicegat oleh ayahnya. Menyadari mereka telah terdeteksi, Pod dan istrinya Homily memutuskan mereka harus pindah. Shō mengetahui dari Sadako bahwa ibu dan kakeknya telah memperhatikan kehadiran Borrower di rumah dan menyuruh membangun rumah boneka untuk mereka. Borrower tidak terlihat lagi sejak saat itu.

Pod kembali dalam keadaan terluka setelah melakukan misi peminjaman dan dibantu pulang oleh Spiller, seorang Peminjam yang tinggal di alam liar. Shō menyingkirkan papan lantai yang menutupi rumah tangga Peminjam dan mengganti dapur mereka dengan dapur dari rumah boneka untuk menunjukkan bahwa ia berharap mereka tetap tinggal. Namun, para Peminjam ketakutan dengan hal ini dan mempercepat proses kepindahan mereka. Pod pulih dan Arrietty mengucapkan selamat tinggal kepada Shō. Shō meminta maaf karena telah memaksa mereka untuk pindah dan mengungkapkan bahwa ia memiliki kondisi jantung sejak lahir dan akan menjalani operasi dalam beberapa hari. Operasi tersebut tidak memiliki peluang keberhasilan yang baik. Ia menerimanya, dengan mengatakan bahwa setiap makhluk hidup akan mati.

Haru menyadari bahwa papan lantai telah diganggu. Ia menggali rumah Borrower dan menangkap Homily. Terkejut oleh teriakan ibunya, Arrietty pergi untuk menyelidiki. Sedih dengan kepergian ibunya, Shō kembali ke kamarnya. Haru menguncinya dan memanggil perusahaan pengendali hama untuk menangkap Borrower lainnya hidup-hidup. Arrietty mendatangi Shō untuk meminta bantuan; mereka menyelamatkan Homily dan ia menghilangkan semua jejak keberadaan Borrower, termasuk mengembalikan dapur ke dalam rumah boneka.

Saat mereka keluar pada malam hari, para Borrower terlihat oleh kucing bernama Niya. Niya kemudian menuntun Shō ke "sungai", sebuah anak sungai kecil, tempat para Borrower menunggu Spiller untuk membawa mereka lebih jauh. Shō memberi Arrietty gula batu dan mengatakan kepadanya bahwa dia akan selalu menjadi bagian darinya dan bahwa keberaniannya dan perjuangan para Borrower untuk bertahan hidup telah membuatnya ingin menjalani operasi tersebut. Sebagai balasannya, Arrietty memberinya jepitan rambutnya, jepitan baju kecil, sebagai tanda kenangan. Para Borrower pergi dengan teko terapung bersama Spiller untuk mencari rumah baru.

Versi sulih suara internasional Disney berisi monolog terakhir, di mana Shō menyatakan bahwa ia tidak pernah melihat Arrietty lagi. Ia kembali ke rumah tersebut setahun kemudian, yang menunjukkan bahwa operasi tersebut telah berhasil. Namun, ia mendengar rumor tentang hilangnya benda-benda di rumah-rumah tetangga.

***

Budi selesai baca cerpen yang cerita menarik, ya buku di tutup dan buku di taruh di bawah meja gitu. 

"Emmm," kata Budi.

Budi menikmati minum kopi dan makan singkong rebus. 

"Nyanyi ah!" kata Budi.

Budi mengambil gitar yang di taruh di samping kursi, ya gitar di mainkan dengan baik dan Budi bernyanyi dengan baik gitu. 

Lirik lagu yang dinyanyikan Budi :

"Akeh wong pada kelingan masakanAkeh wong pada kedanan pelayanBali klalen kesopananNing sekabeh langganan
Liwat balik jalan-jalan mingguanMumpung bae tes gajian kaulanWarung pojok nggo ampiranItung-itung kekenalan
Aduh dengdenge emi rebuseSega gorengeDaginge sing gede-gede
Aduh kopie tobat buketeAduh manisePersis kaya pelayane
Pura-pura mata ngelirik ning duwurPadahal ati ketarik lan ngawurNginum kopi muncrat nyemburTobat keselek ning cungur
Akeh wong pada kelingan masakanAkeh wong pada kedanan pelayanBali klalen kesopananNing sekabeh langganan
Liwat balik jalan-jalan mingguanMumpung bae tes gajian kaulanWarung pojok nggo ampiranItung-itung kekenalan
Aduh dengdenge emi rebuseSega gorengeDaginge sing gede-gede
Aduh kopie tobat buketeAduh manisePersis kaya pelayane
Pura-pura mata ngelirik ning duwurPadahal ati ketarik lan ngawurNginum kopi muncrat nyemburTobat keselek ning cungur"

***
Budi selesai bernyanyi, ya gitar berhenti di mainkan dan gitar di taruh samping kursi dengan baik gitu. 

"Emmm," kata Budi. 

Budi menikmati minum kopi dan makan singkong rebus gitu.Eko datang ke rumah Budi, ya motor di parkirkan di depan rumah Budi. Eko duduk dengan baik, ya dekat Budi. Di meja, ya Eko melihat anglo kecil di atasnya ada tekok kaleng gitu. 

"Budi...tekok kaleng jaman dulu ini, ya isi apa Budi?" kata Eko. 

"Tekok kalengnya...isi air panas Eko," kata Budi. 

"Air panas. Aku kirain...isi Jin," kata Eko. 

"Becandakan Eko?" kata Budi. 

"Yaaa memang becanda!" kata Eko. 

"Ngomong-ngomong Eko tentang manusia yang jatuh cinta sama Jin cewek, ya cenderung di sebut Jinny sih, ya sebenarnya bisa enggak...ya bersatu?" kata Budi. 

"Jatuh cinta sih, ya tidak ada masalah sih. Manusia jatuh cinta sama Jinny. Apakah manusia itu bisa menerima dengan baik Jinny dengan asal usulnya Jinny yang beda dengan manusia?. Hidup ini pilihan, ya manusia yang menjalankan hidup ini," kata Eko

"Memang hidup ini pilihan manusia yang menjalankan hidup ini!" kata Budi. 

"Bagi manusia yang paham agama pilihannya, ya manusia dengan manusia urusan cinta. Jadi manusia dengan Jinny, ya urusan tidak bersatu," kata Eko.

"Pilihan dasarnya paham agama," kata Budi. 

"Emmm," kata Eko.

"Tapi...kan hidup ini, ya ada cinta buta kan Eko?" kata Budi. 

"Memang hidup ini ada cinta buta!" kata Eko. 

"Berarti karena dasarnya cinta, ya manusia dan Jinny bisa bersatu," kata Budi. 

"Dasarnya cinta, ya jadi manusia bisa bersatu dengan Jinny," kata Eko. 

"Emmm," kata Budi. 

"Emmm," kata Eko. 

Eko mengambil gelas yang kosong dan juga kopi sasetan gitu. Ya kopi sasetan di buka dengan baik, ya isinya di taruh di gelas gitu dan bungkus kopi sasetan di taruh di tempat sampah. Tekok yang berisi air panas di ambil Eko, ya tekok dituangkan dengan baik...air panas ke gelas gitu. Cukup air panas di isi di gelas, ya tekok di taruh kembali di atas anglo gitu. Eko mengambil sendok untuk mengaduk kopi gitu. Kopi jadi, ya Eko meminum kopi dengan baik. 

"Kopinya...enak...sesuai dengan di iklan di Tv," kata Eko. 

"Emmm," kata Budi. 

Eko selesai minum kopi, ya gelas di taruh di meja gitu. 

"Masak air menggunakan anglo, ya bahan bakarnya arang gitu. Cara masak tempo dulu kan Budi?" kata Eko. 

"Menang cara masak tempo dulu!" kata Budi. 

"Hidup di jalankan dengan sederhana, ya keadaan," kata Eko. 

"Memang sederhana, ya keadaan," kata Budi. 

"Ngomong-ngomong...Budi..arangnya beli apa buat?" kata Eko. 

"Buat arang sih bisa sih Eko, ya dengan cara menggunakan kayu yang tidak berguna gitu. Cari gampangnya gitu, ya arangnya beli...Eko," kata Budi. 

"Beli toh arangnya!" kata Eko. 

"Emmm," kata Budi. 

"Emmm," kata Eko. 

"Kalau orang kaya, ya biasa masak sekarang ini kan mengikuti perkembangan zaman, ya pake kompor listrik dan kompor gas," kata Budi. 

"Realitanya memang begitu," kata Eko. 

"Jadi...urusan masak pake anglo, ya bahan bakarnya pake arang, yaaa di tinggalkan sama orang kaya," kata Budi. 

"Pilihan sih, ya bisa sih...di tinggalkan sama orang kaya tentang cara masak pake anglo, ya bahan arang," kata Eko. 

"Emmm," kata Budi. 

"Ngomong-ngomong Budi," kata Eko. 

"Emmm," kata Budi. 

"Apakah masih ada kemungkinan dari omongan orang suku Lampung asli, ya seperti ini....orang suku Lampung asli merasa terjajah dengan suku lain yang tinggal di Lampung gitu?" kata Eko. 

"Yaaa hidup ini, ya kemungkinan ada sih....omongan orang suku Lampung asli merasa terjajah dengan suku lain yang tinggal di Lampung," kata Budi. 

"Orang suku lain, ya tinggal di Lampung kerja keras dengan usaha ini dan itu, yaaa karena hidup ini penuh dengan kompetisi," kata Eko. 

"Memang hidup ini suku lain harus kerja keras dengan baik. Kalau tidak kerja keras suku lain, ya tidak bisa makan di Lampung, ya karena suku Lampung main kekerabatan dengan baik untuk memopoli ekonomi, ya baik di pemerintahan dan swasta," kata Budi. 

"Yaaa kalau orang suku Lampung asli masih ngomong dirinya terjajah suku lain, ya lebih baik tinggalin saja orang suku Lampung asli. Biarin saja orang suku Lampung asli membangun budaya sendiri," kata Eko. 

"Aku setuju omongan Eko!" kata Budi. 

"Kebiasaan orang suku Lampung asli, ya sombong di tanah kelahiran di Lampung," kata Eko. 

"Memang biasa begitu sih, ya kebiasaan orang suku Lampung asli sombong karena berada di tanah Lampung," kata Budi. 

"Ketika orang suku Lampung asli ke daerah lain, ya pasti nunduk karena malu dengan ulahnya sendiri yang begini dan begitu," kata Eko. 

"Bisa jadi sih, ya sesuai dengan omongan Eko," kata Budi. 

"Emmm," kata Eko. 

"Emmm," kata Budi. 

"Sekedar bahan obrolan lulusan SMA!" kata Eko.

"Memang sekedar bahan obrolan lulusan SMA!" kata Budi. 

"Emmm," kata Eko. 

"Emmm," kata Budi. 

"Main permainan monopoli saja Budi!" kata Eko.

"Okey....main permainan monopoli!" kata Budi. 

Budi mengambil permainan monopoli di bawah meja, ya permainan di taruh di atas meja gitu. Eko dan Budi main permainan monopoli dengan baik gitu.

CAMPUR ADUK

LESS THAN ZERO

Malam yang gelap bertabur bintang di langit, ya bulan ada juga di langit dan keadaan lingkungan sekitar rumah Budi, ya baik dan tenang gitu....

CAMPUR ADUK