Eko duduk di depan rumahnya, ya sedang membaca cerpen yang ceritanya menarik gitu, ya sambil menikmati minum kopi dan makan gorengan gitu.
Isi cerita yang di baca Eko :
Seorang gadis desa Rajasthani yang muda dan antusias, Lachchi, dinikahkan dengan Kishan, putra saudagar kaya Bhanwarlal, dari desa yang jauh. Saat dalam perjalanan dari rumahnya ke rumah mertuanya, rombongan berhenti untuk beristirahat di dharamshala (tempat tinggal spiritual), di mana hantu melihat Lachchi dan jatuh cinta padanya. Malamnya, terungkap bahwa Kishan, yang merupakan anak yang berbakti, akan memenuhi keinginan ayahnya untuk memulai bisnis baru yang jauh pada tanggal baik yang telah ditentukan, yaitu keesokan harinya. Kishan berpaling dari istrinya di malam hari, untuk menyelesaikan pembukuannya, dan di pagi hari berangkat dalam perjalanan bisnis yang berlangsung selama lima tahun. Lachchi hancur; Gajrobai, bibi dari pihak ayah suaminya, menghiburnya, berempati dengan alasan bahwa suami Gajrobai, Sunderlal, juga telah menghilang. Keesokan harinya, hantu itu muncul di rumah Bhanwarlal, mengambil bentuk dan suara Kishan karena keterikatannya pada Lachchi.
Meskipun berpura-pura menjadi Kishan di depan semua orang di rumah, hantu tersebut mengungkapkan identitas aslinya kepada Lachchi di malam hari. Lachchi kemudian dihadapkan pada dilema antara representasi seluruh keinginannya dalam wujud hantu yang telah berwujud suami aslinya. Dia menganggap versi Kishan yang baru ditemukan, sensual, magis, sosial, dan percaya diri ini sebagai miliknya. Sebagai Kishan, hantu itu berteman dengan semua keluarga Kishan yang asli dan membuat Bhanwarlal bahagia dengan memberinya koin emas ajaib, yang mungkin ilusi. Satu-satunya kesalahannya adalah perlakuannya terhadap utusan Bhoja, yang bingung dengan gagasan bahwa Kishan telah mengirim surat dari perjalanan bisnisnya hanya untuk menerimanya sendiri di rumahnya sendiri dan tersinggung ketika hantu (yang muncul sebagai Kishan) tidak menawarinya segelas air.
Lachchi dan hantu hidup bahagia bersama selama empat tahun, di mana ia juga membuat mertuanya bahagia dan memecahkan banyak masalah keluarga dan desa. Lachchi kemudian hamil anak hantu tersebut, dan Kishan yang asli kembali untuk melihat apakah rumor tentang kehamilan istrinya itu benar. Dia kembali untuk menemukan hantu dalam wujudnya (Kishan) sendiri pada saat yang sama ketika Lachchi melahirkan lebih awal dan melahirkan seorang putri, Lunima. Keluarga Kishan tidak dapat menentukan doppelganger mana yang merupakan Kishan asli (hantu yang menolak mengaku). Mereka memutuskan untuk mengunjungi raja sehingga dia bisa melakukan arbitrase. Sementara itu, Sunderlal juga kembali ke rumah dan meminta maaf kepada Gajrobai atas kepergiannya yang tiba-tiba begitu lama dan berkumpul kembali dengan keluarganya.
Dalam perjalanan menuju raja, keluarga Kishan bertemu dengan seorang penggembala tua, Gadariya, yang membantu mereka dengan memberikan tiga ujian di depan Kishan yang asli. Dia memberitahu semua orang bahwa orang yang dapat mengambil batu bara panas akan membuktikan dirinya sebagai putra kandung Bhanwarlal, orang yang dapat mengumpulkan dombanya tepat waktu akan membuktikan dirinya sebagai suami sebenarnya dari pengantin wanita, dan orang yang dapat memasukkan botol airnya akan membuktikan dirinya sebagai kekasih sejati mempelai wanita. Kishan mencoba yang terbaik untuk melakukan dua yang pertama, yang bahkan tidak mau dicoba oleh hantu itu. Ketika Gadariya mengatakan "kekasih sebenarnya dari pengantin wanita", hantu tersebut melakukan tindakan ketiga yang mustahil dan memasuki botol air, hanya untuk membuktikan cintanya pada Lachchi. Dengan demikian, Kishan yang asli ditemukan dan Gadariya segera menutup botolnya sehingga hantu itu tidak bisa keluar darinya. Setelah wahyu ini, Kishan yang asli membuang botol itu di tengah gurun , dan semua orang kembali ke rumah. Lachchi sangat terpukul atas hilangnya hantu tersebut.
Pada akhirnya, terungkap bahwa hantu tersebut telah keluar dari botol dan merasuki tubuh Kishan untuk tinggal bersamanya. Saat Lachchi mencoba mengaku kepada suaminya bahwa hantu itu sebenarnya tidak membodohinya, hantu tersebut mengungkap identitasnya kepada Lachchi dengan mengingatkannya akan nama yang awalnya akan mereka berikan kepada putri mereka. Oleh karena itu, Lachchi mulai hidup bahagia dengan suami kandungnya dan kekasih hantunya dalam satu tubuh.
***
"Cerita yang bagus!" kata Eko.
Eko selesai baca cerpen, ya buku di tutup dan buku di taruh bawah meja. Eko menikmati minum kopi dan makan gorengan gitu. Budi datang ke rumah Eko, ya motor di parkirkan dengan baik di depan rumah Eko. Budi membawa plastik berisi makan dan duduk bersama Eko, ya plastik di taruh di meja.
"Bawa apa Budi?" kata Eko.
"Makanan!" kata Budi.
Budi mengeluarkan makanan dari plastik.
"Makanannya. Mie gelas!" kata Budi.
"Oooo mie gelas toh!" kata Eko.
"Aku bawa mie gelasnya tiga," kata Budi.
"Emmm," kata Eko.
"Aku ingin buat mie gelas. Pake kompor listrik buatan Eko. Kaya main masak-masakan gitu," kata Budi.
"Kompor listriknya di meja!" kata Eko.
Eko mengambilkan botol aqua yang ada airnya dari bawah meja dan kaleng warden cukup besar, ya kedua benda di taruh di meja. Gelas sudah ada di meja, ya beserta sedok dan garpu gitu.
"Silakan Budi membuat mie gelas!" kata Eko.
"Oke. Aku buat mie gelas!" kata Budi.
Budi menaruh kaleng sarden cukup besar di kompor listrik, ya kaleng sarden di isi dengan air dari aqua botol gitu. Budi menghidupkan kompor listrik, ya di colokin ke saluran listrik gitu. Budi dan Eko menunggu air mendidih gitu. Setelah air matang, ya mie gelas di buat dengan baik. Kompor listrik di matikan, ya di cabut deh colokannya. Budi mulai makan mie gelasnya.
"Enak mie gelas!" kata Budi.
"Emmm," kata Eko.
"Eko mau mie gelas. Buat sendiri, ya Eko!" kata Budi.
"Iya!!!" kata Eko.
Budi menikmati makan mie gelas. Eko menikmati minum kopi dan makan gorengan gitu.
"Hidup ini tetap sama, ya kan Eko?" kata Budi.
"Memang hidup ini tetap sama!" kata Eko.
"Antara baik dan buruk," kata Budi.
"Emmm," kata Eko.
"Ada cerita. Dari tingkat SD sampai SMA. Ya anak-anak yang tidak didik dengan baik sama orang tuanya, ya akan berbuat kelakuan buruk ini dan itu yang merugikan anak-anak lain," kata Budi.
"Itu sih cerita realita," kata Eko.
"Orang tuanya, ya tidak paham ilmu agama jadi tidak terbentuk akhlak baiknya anak-anak," kata Budi.
"Dalam lingkungan masyarakat tuh orang tua menjalankan hidup ini, ya pura-pura, ya kan Budi?" kata Eko.
"Iya lah pura-pura paham agama, ya aslinya tidak. Antara kaya dan miskin," kata Budi.
"Antara kaya dan miskin," kata Eko.
"Yaaaa jadi cerita, ya bisa sama dengan cerita di berita Tv tentang anak-anak ini dan itu," kata Budi.
"Yaaa mungkin terjadi bisa sama dengan berita Tv!" kata Eko.
"Maka itu, ya anak-anak harus didik dengan baik, ya baik di rumah sampai di tempat pendidikan dengan pemahaman agama, ya agar terbentuk dengan baik, ya akhlak baik," kata Budi.
"Benerlah omongan Budi!" kata Eko.
Eko menikmati minum kopi dan makan gorengan. Budi menikmati makan mie gelas yang enak gitu.