CAMPUR ADUK

Wednesday, December 8, 2021

TENTANG KEMATIAN

Eko dan Budi duduk di depan rumah Eko sambil menikmati minum kopi dan makan gorengan.

"Apakah manusia sadar dirinya bahwa dirinya telah mati?!" kata Budi.

"Budi dapet dari mana kata-kata itu?!" kata Eko.

"Dari artikel sih Eko!" kata Budi.

"Artikel toh!" kata Eko.

"Kata di artikel....sih. Manusia tidak sadar bahwa dirinya mati, ya seakan-akan sedang bermimpi buruk. Padahal dirinya manusia itu telah di tangisi sama keluarganya karena diri manusia itu meninggal dunia. Manusia itu di kafani dengan baik dan di kuburkan dengan baik," kata Budi. 

"Nama juga artikel. Mengolah dari sudut ini dan itu!" kata Eko. 

"Jadi....gimana pendapat Eko, ya tentang apakah manusia sadar dirinya bahwa dirinya telah mati?!" kata Budi.

Budi mengambil gelas berisi kopi di meja dan di minum dengan baik kopi lah. 

"Ya...pendapat ku sih. Manusia yang belajar ilmu akherat, ya sebenarnya manusia itu tahu bahwa dirinya pasti mati, ya tidak bisa hidup selamanya di muka bumi. Maka itu, manusia yang belajar ilmu akherat membimbing dirinya dengan baik, ya di jalan kebaikan demi dirinya, keluarga dan orang lain," kata Eko.

Eko mengambil gelas berisi kopi di meja di minum dengan baik kopi lah. Budi menaruh gelas berisi kopi di meja. 

"Jadi setiap manusia belajar ilmu akherat....manusia tahu dirinya akan mati, ya tidak bisa hidup selamanya di muka bumi ini," kata Budi, ya menegaskan omongan Eko.

Eko menaruh gelas berisi kopi di meja lah. 

"Keputusan yang di tetapkan Tuhan, ya di sebut Takdir," kata Eko. 

"Takdir. Ya memang sih Takdirnya manusia yang hidup di muka bumi ini, ya pastinya kematian itu menghampiri manusia dengan berbagai jenis kematian yang ini dan itu," kata Budi. 

"Sebagai contoh yang tepat dalam keadaan sekarang ini, ya bencana saja. Berita di Tv, ya ceritanya, ya ada tentang kematian. Jadi semua sudah Takdir yang di putuskan Tuhan Pencipta Alam Semesta," kata Eko. 

"Contoh yang di omongin Eko tepat lah sekali. Ya sudahlah tidak perlu membahas lebih jauh tentang artikel itu. Lebih baik main catur saja!" kata Budi. 

"Ok....main catur saja!" kata Eko. 

Eko mengambil papan catur di bawah meja, ya di taruh di atas meja papan catur. Eko dan Budi, ya menyusun bidak catur di atas papan catur. Keduanya main catur dengan baik. 

GHIBAH

Budi dan Eko duduk di depan rumah Budi, ya sambil menikmati minum kopi dan makan gorengan lah. 

"Kemarin-kemarin aku menghadiri acara di daerah sini, ya tidak sengaja mendengarkan dua orang tua yang sedang bicara, ya pake bahasa daerah Lampung sih, ya sambil asik merokok gitu. Yang enggak abis pikirkan, ya masih kebiasaan orang Lampung....kalau ngomongin orang dengan pake bahasa daerah Lampung gitu," kata Budi.



"Ghibah," kata Eko.

"Maksudku....itu......ghibah!" kata Budi.

"Nama juga manusia. Ada manusia yang baik dan ada manusia yang buruk," kata Eko.

"Memang sih...aku paham omongan Eko. Nama juga manusia. Masalahnya kan....yang ngomong orang tua dan juga RT lagi. Seharusnya orang tua jadi contoh yang baik untuk pemuda. Ini malah menunjukkan tidak benar. Apalagi asik ngerokok dua orang tua itu, ya padahal ada anak kecil gitu acara tersebut. Menciptakan polusi udara saja dua orang tua yang asik ngobrol pake bahasa daerah Lampung," kata Budi.

"Susah itu mah urusan dengan orang tua seperti itu. Kebiasaan dari muda sampai tua, ya kebiasaan buruk tidak bisa di buang, ya sampai di turunkan ke anak. Sifat ego-egonya manusia yang susah di bimbing jadi baik," kata Eko.

"Aku...yang jadi pemuda, ya berusaha berjalan di jalan yang baik, ya hanya bisa menghelakan nafas dan menunduk kepala dengan baik, ya melihat dua orang tua yang tidak bisa berpikir dua kali," kata Budi.

"Benar kata orang-orang. Belajar ilmu agamanya, ya tidak di pahami dengan baik. Ya jadinya seperti dua orang tua yang ngobrol pake bahasa daerah Lampung, ya ngomongin orang yang ini dan itu, ya agar orang lain tidak tahu. Padahal di pendidikan sekolah di ajarkan bahasa daerah Lampung, ya otomatis tahu lah....obrolannya orang-orang Lampung yang pake bahasa daerah Lampung," kata Eko.

"Bener omongan Eko. Dua orang tua itu, ya tidak bisa memahami ilmu agama. Mau menasehati...juga, ya kita pemuda....jadi males ngurusin dua orang tua yang ego ini dan itu, ya sifat suku Lampungnya di jalankan dengan baik karena merasa pribumi asli di tanah Lampung," kata Budi.

"Sudah ah Budi ngomongin itu. Lebih baik main catur saja!" kata Eko.

"Ok..main catur!" kata Budi.

Budi mengambil papan catur di bawah meja, ya di taruh di atas meja papan catur. Budi dan Eko, ya menyusun dengan baik bidak catur di atas meja.

"Kita....ini termasuk ngomongin orang kan Eko?!" kata Budi.

"Iya," kata Eko.

"Jadi kita ini....cukup menyadarkan kesalahan kita, ya berusaha untuk terus berjalan dengan baik, ya memahami ilmu agama dan di jalankan dengan baik," kata Budi.

"Ya iya lah....ibadah dengan baik dan juga saling menasehati satu dengan lain. Jadinya tetap berjalan dengan baik lah," kata Eko.

"Sudah jadi baik. Maka kita jadi contoh semua orang kan Eko?!" kata Budi.

"Iya," kata Eko.

"Ya sudahlah....fokus main catur!" kata Budi.

"Ok!" kata Eko.

Eko dan Budi, ya msin catur dengan baik. 

CAMPUR ADUK

MUMBAI XPRESS

Malam gelap bertabur bintang di langit. Setelah nonton Tv yang acara sepak bola. Budi duduk dengan santai di depan rumahnya sedang baca cerp...

CAMPUR ADUK