CAMPUR ADUK

Tuesday, January 8, 2019

MELINDUNGI ORANG-ORANG YANG DISAYANGI

Dalam hutan yang penuh kesunyian. Dono melangkah pasti menuju tempat nyaman dan tenang. Air sungai yang jernih dan terlihat ikan yang banyak di dalamnya. Dono pun duduk di atas batu, lalu menyiapkan umpan dan kaitkan pada mata pancing. Dono pun melemparkan ke air sungai. Dengan sabar Dono menunggu umpannya di makan ikan.

Selang berapa saat ikan memakan umpan di pancingan. Dono segera menariknya dengan cepat dan kuat.

"Dapat......yang besar," kata Dono.

Ikan pun di colok dengan tali yang terbuat dari rotan dari insang ke mulutnya dan akhirnya di ikat dan digeletakkan begitu saja di tanah. Dono mulai ingin memancing lagi, tapi teringat dengan janji dengan seseorang akhirnya tidak jadi memancing lagi. Dono berjalan menuju tempat janji yang di buat.

Sisilain. Ada seorang putri cantik yang bernama Rara  dan Sasa di dalam kereta kencana menuju istananya. Ditengah jalan  kereta kencana dihadang dengan sesosok yang berbaju hitam dan bertopeng. Prajurit yang menjadi kusir kuda pun mengentikan kendaraannya dengan dadakan.

"Serahkan harta atau nyawa mu?" kata penjahat di samping kusir dengan pedangnya di leher.

2 prajurit yang mengendarai kuda yang mengikuti kereta kencana langsung di ikat tali oleh 2 penjahat dengan cepat langsung tali di kaitkan di pohon dan di tariknya.

"Lepaskan saya," kata 2 prajurit dengan bergantian.

Sang putri Rara dan Sasa ketakutan, tapi keluar untuk melihat keadaan.

"Prajurit......," teriak Rara.

Tapi pedang sudah di leher Rara. Seketika Rara ciut nyali setelah memberanikan diri menghadapi keadaan.

"Pedang yang tajem," kata Rara.

"Kak.....Rara...gimana ini?" kata Sasa yang penuh ketakutan sekali.

"Diam!" perintah Rara.

Sasa pun ketika diam dan mengekor Rara sambil memegang gaun kakaknya dengan sangat erat karena takut banget. 

"Serangkan harta kalian atau nyawa kalian!" kata penjahat di hadapan Rara.

"Iya..saya serahkan harta saya yang tersimpan di kotak ini," kata Rara menyerahkan kotak perhiasan dengan penuh ketakutan.

Penjahat langsung mengambil kotak tersebut, lalu di periksanya.

"Lumayan perhiasan mahal," kata penjahat.

"Saya..sudah memberikan harta saya sekarang saya di bebaskan...!" usaha negosisasi dari Rara.

"Saya...bebaskan kalian semua," kata penjahat yang bermurah hati.

Para penjahat langsung pergi meninggalkan orang-orang yang di rampok masuk ke dalam hutan dengan sangat cepat.

"Selamat juga. Prajurit sekarang bebaskan 2 prajurit yang terikat dan tergantung di pohon!" perintah Rara.

"Baik tuan putri," saut prajurit.

"Kak..kita selamat," kata Sasa adiknya Rara.

"Iya...ayo pulang," saut Rara.

Rara dan Sasa masuk ke dalam kereta kencana. Prajurit pun terbebas dan mulai mengawal lagi putri raja. Prajurit yang menjadi kusir kuda langsung menyuruh kuda untuk berjalan menuju istana.

Setelah merampok kaum bangsawan kawanan penjahat berkumpul di tengah hutan. 4 penjahat membuka baju hitamnya menjadi pakaian putih bersih layaknya orang baik-baik dan tak lupa membuka topengnya.

"Lesti hari ini kita mendapatkan perhiasan yang mahal," kata Fildan.

"Iya..... Rencana saya berhasil di bantu kalian untuk merampok kaum bangsawan," kata Lesti.

"Apa...kita tidak keterlaluan," kata Arya.

"Kayanya.. ia. Tapi.....gak usah dipikirkan mereka orang kaya. Diambil hartanya...sedikit gak jadi masalahkan," saut Toto.

Dono pun baru sampai di tempat tersebut, tapi sudah mendengar obrolan Lesti dan kawan-kawannya yang baru merampok kaum bangsawan. Dengan cepat Dono mengambil kotak yang perhiasan dari tangan Lesti dan langsung menghentikan pergerakan  Fildan, Arya, dan Toto dengan totokan  akhirnya mematung begitu saja.

"Tujuan kita berjanji bertemu di sini untuk melancarkan niat kamu yang busuk. Jadi begini ulah mu Lesti. Merampok kaum bangsawan demi kepentingan rakyat atau diri sendiri. Kalau kepentingan rakyat...seperti Robin Hood...itu sih gak ada masalah. Tapi demi diri sendiri..itu nama egosi!" tanya Dono.

"Mas...Dono......Lesti..memang salah. Tapi...perhiasan itu milik Lesti," kata pembelaannya.

Lesti pun berusaha mengambil kotak dari tangan Dono. Terjadi pertarungan yang cukup sengit antara keduanya. Dono telah berkali-kali mengalah beberapa jurus demi menghadapi Lesti. Dengan penuh antusias Lesti terus menyerang sampai Dono terpeleset karena terselandung akar pohon. Kotak pun terlepas dari tangan dan hendak jatuh ke tanah. Lesti dengan cepat menangkap kotak tersebut. Dono pun tergeletak di tanah.

"Saya..dapatkan kotak ini," kata Lesti yang senang.

Dono pun bangun dan bergerak cepat mengambil kotak tersebut dan menotok Lesti sampai mematung.

"Mas...Dono lepaskan...!" permohonan Lesti dalam keadaan tidak bergerak.

"Dasar..adik yang nakal. Diam saja di situ," kata Dono yang hendak meninggalkan Lesti begitu saja.

"Mas ...Dono lepaskan!" permohonan Lesti kembali.

"Iya..saya lepaskan. Karena saya tidak tega memperlakukan adik saya seperti ini," kata Dono.

Lesti pun di bebaskan totokannya.

"Mas..Dono berikan....kotak itu!" permintaan Lesti.

"Kotak ini.......nieee.....saya gak suka benda haram," kata Dono sambil menyerahkan kotak tersebut.

Lesti pun mengambil kotak tersebut. Tapi ia mulai menunduk dan sadar.

"Saya..yang salah. Mengambil barang orang lain dengan cara merampok. Mas Dono benar."

"Hal sudah terjadi sudahlah. Tapi saran...saya pulangkan harta itu yang bukan punya hak kamu. Tapi ingat diam-diam memberikannya. Kalau terang-terangan bahaya. Jangan bekerja sendiri. Fildan, Arya, dan Toto ikut membantu kamu."

"Baik ...mas Dono."

"Saya pulang dulu. Mau masak ikan yang saya pancing. Halal dan barokah."

Dono pun meninggalkan Lesti, Fildan, Arya, dan Toto begitu saja di tengah hutan menuju rumahnya. Lesti pun membuka totokan Fildan, Arya, dan Toto.

"Akhirnya...bergerak juga," kata Fildan.

"Pegal..juga...ini..mematung," kata Arya.

"Mas..Dono..keterlaluan....memperlakukan kita seperti ini dan semuanya di buat mematung dengan sekali totok saja," kata Toto.

"Bukan ...Mas ..Dono yang salah..tapi saya yang salah merekrut kalian demi keegoaan saya," rasa bersalah Lesti.

"Mau..gimana..lagi nasi sudah jadi bubur. Ya...kita ikuti saran..mas Dono. Demi...nama baik kita... Setuju gak kawan-kawan," pernyatan Fildan.

"Setuju....," saut Arya.

"Ikutan..saja..saya," saut Toto.

"Kita akan memulangkan perhiasan ini setelah pulang dulu ke rumah ya. Abisnya saya lapar," kata Lesti.

"Saya lapar," saut Fildan.

"Benerlah..saya lapar," kata Arya.

"Saya..cuma ikut aja," saut Toto.

Lesti, Fildan, Arya, dan Toto bergerak menuju rumahnya. Ketika hampir sampai di rumah Lesti dan kawan-kawan berpapasanlah dengan 2 pemuda yang gagah sedang menunggang kuda. Pandangan Lesti pun terpana melihat salah satu pemuda di atas kuda. Sampai terpeleset karena kulit pisang di buang sembarangan ke jalan oleh anak kecil.

Pemuda yang di lihat Lesti bergerak cepat melompat dari kudanya dan segera menangkapnya agar tidak jatuh ke tanah. Terjadi pandangan antara Lesti dan pemuda yang menolongnya.

"Kamu gak apa-apa?" tanya pemuda.

Lesti masih melamun melihat kegantengan pemuda yang menolong dan kata hatinya berbicara "Saya suka dengannya pada pandangan pertama."

"Kamu gak apa-apa?" tanya pemuda yang menolong Lesti ke dua kalinya.

Lesti mulai sadar dari lamunannya dan berkata "Saya tidak apa-apa koh."

Fildan yang memendam suka dengan Lesti bergerak cepat untuk memisahkan Lesti dengan pemuda yang menolongnya. Sedangkan Arya dan Toto cuma ikutan saja.

"Lesti...kamu gak apa-apa?" tanya Fildan.

"Saya..gak apa-apa kok...," saut Lesti.

"Kamu jangan coba-coba merayu Lesti...ya," kata Fildan sedikit kasar ke pemuda yang menolong Lesti.

"Jangan..coba-coba merayu Lesti," kata Arya yang ikutan.

Sedangkan Toto ingin ikutan, tetapi melihat pisang yang enak dan perutnya keroncongan malah gotein anak kecil yang mencelakai Lesti hampir jatuh ke tanah. Toto asik makan di suasana yang mulai keruh.

"Kalian jangan begitu dengan dia. Karena dia telah menolong saya," kata Lesti membela pemuda yang menolongnya.

"Ya...kena...deh..sihir cinta," kata Arya.

Fildan hanya bisa terdiam saja, tapi di dalam hatinya "Susah amat menaklukkan hati gadis yang saya sukai."

"Ngomong apa?" tanya Lesti.

"Bukan apa-apa..kok," kata Arya dan langsung diam.

"Terima kasih atas bantuannya....," kata Lesti.

"Iya..sama-sama," saut pemuda.

Salah satu pemuda yang masih di atas kuda memanggil temannya yang bercakap dengan Lesti "Pangeran ayo bergegas kita pulang."

"Iya.....," saut pemuda yang berbicara dengan Lesti.

"Pemuda yang menolong saya...adalah pangeran," kata hati Lesti.

"Saya permisi dulu," kata pemuda.

"Iya..silakan pangeran."

Pemuda yang menolong Lesti bergerak menuju kudanya dan langsung menungganginya. Kedua pemuda meninggalkan tempat itu begitu saja.

"Ternyata pangeran toh yang menolong Lesti. Pujaan hati beneran itu mah," saut Toto dengan mulutnya penuh dengan makan.

"Kalau..pangeran sih saya kalah dengan harta dan kedudukan. Tapi demi cinta saya perjuangkan hati ini sampai memenangkan hatinya Lesti," kata hati Fildan.

"Ayo..pulang!" kata Arya.

"Iya..," jawab Lesti dan menghentikan lamunannya kepada pangeran yang menolongnya.

Lesti dan kawan-kawan melanjutkan perjalanannya menuju pulang ke rumah. Sampai di rumah. Dono sudah masak yang banyak untuk Lesti dan kawan-kawannya. Sedangkan Auliya dan temannya bernama Tonton sedang asik makan. Ibunya Lesti pun yang bernama Susan baru pulang dari urusannya dengan tetangga sana sini langsung duduk di sebelah Auliya untuk makan bersama. 

"Makanan..." teriak Lesti dan kawan-kawannya secara bergantian.

Lesti dan kawan-kawannya duduk berjejer di meja makan. Dono langsung menyiapkan makan buat mereka semuanya. Setelah itu baru Dono duduk di sebelah Lesti ikutan makan. Satu keluarga menikmati makan siang bersama. Tapi tetap ada yang kurang sang Ayah Lesti bernama Remi belum ikutan makan juga. Tiba-tiba muncul di sebelah Susan dengan ilmu sihirnya.

"Saya..pulang," kata Ayah Lesti.

"Ayah..ini seperti biasa ngagetin Ibu saja dengan ilmu sihirnya," kata Susan.

"Maaf kalau Ayah mengagetin kalian semuanya termasuk Ibu. Istri tercintah Ayah. Maklum ...pesulap tersohor......," kata Remi.

Dono pun beranjak dari duduknya dan menyiapkan makanan untuk Ayah Lesti. 

"Terima kasih..Dono," kata Remi.

"Iya," saut Dono.

Dono pun langsung duduk kembali di tempat duduknya dan menyelesaikan makannya. Waktu berganti dengan cepat Lesti sudah di kamarnya sedang melamunkan pangeran yang menolongnya sambil melihat bulan purnama yang indah. Auliya sebagai adik Lesti melihat kakaknya melamun dan ingin membangunkan lamunannya.  Auliya baru belajar sihir sedikit dari Ayahnya, lalu mencobanya.

"La..la..li..li..lu..le..lo. Tunjukan perasaan yang sebenarnya," kata sihir yang di ucapkan Auliya.

Tongkat sihir menunjukkan kehebatannya. Energi keluar dari tongkat dan mengarah ke Lesti. Seketika Lesti pun mengungkapkan perasaannya "Seadainya pangeran itu meminta saya menjadi kekasihnya...saya mau banget."

Auliya kaget mendengar suara hati kakaknya Lesti dengan baik. Auliya pun mendekati kakak Lesti dan membangunkan lamunannya dengan menepuk pundaknya "Kak.... Kak... Kak."

Lesti pun terbangun dari lamunannya. Sihir yang di kirimkan Auliya sirna begitu saja karena sifatnya sementara.

"Auliya," kata Lesti.

"Kak...sedang memikirkan seseorang ya?" tanya Auliya.

Lesti kaget mendengar omongan Auliya adiknya. Pandangan Lesti melihat tongkat sihir di tangan Auliya.

"Jangan-jangan...kamu main sihir untuk mengetahui rasa hati kakak...ya. Lancang kamu," kata Lesti yang marah.

"Maaf ...kakak tapi Auliya cuma iseng aja kok. Cuma menjajal aja sejauh mana kemampuan sihir Auliya," pembelaan Auliya dengan menunduk di hadapan kakaknya.

"Ya...sudah rahasia yang di sembunyikan telah terbongkar. Bukan rahasia lagi," kata Lesti.

"Jadi benar..kakak di tolong seorang pangeran yang ganteng?" tanya Auliya dengan antusias.

"Benar..., tapi sayangnya saya tidak tahu namanya. Membuat saya gregetan deh," cerita Lesti.

"Kalau gak tahu namanya jadi tanda tanya besar banget....ya kak Lesti."

"Iya..lah."

Saat berbincang-bincang dengan Lesti dan Auliya. Fildan dan kawan-kawan memanggil Lesti dari luar rumah. Lesti pun mendengar panggilan kawan-kawannya dan melihat mereka semua dari jendela.

"Saya pergi..dulu," kata Lesti.

"Kemana kak...malam-malam begini?" tanya Auliya.

"Urusan penting.....," saut Lesti.

"Penting banget ya," sambung Auliya.

Lesti pun keluar dari rumah dengan melompat dari lantai dua lewat jendela dan tidak lupa membawa kotak di tangannya. Lesti pun sampai di tanah.

"Ada kemajuan juga silat kamu Lesti," pujian Arya.

"Ayo..jangan banyak cincong. Hari makin larut. Kita harus menyelesaikan misi kita memulangkan kotak itu," kata Fildan.

"Ayo," jawab Lesti.

"Saya..ikutan aja," saut Toto.

Lesti dan kawan-kawan bergerak cepat dengan berlari melewati hutan dan sampai ke sebuah istana di mana sang putri tinggal. Dono pun mengikuti Lesti dan kawan-kawannya dari belakang untuk mengawasi kerjaan mereka semua. Di balik tembok yang tinggi dan di awasi oleh para penjaga. Lesti dan kawan-kawan sudah siap dengan alat ala ninjanya. Mulai mereka berempat memanjat tembok yang tinggi dengan cakar yang terbuat dari besi di pakai ditangan. Mereka berempat bahu membahu sampai di atas tembok istana. Terlihat 2 orang prajurit penjaga. Toto dengan kemahirannya menulup 2 prajurit tersebut dan langsung pingsan. Lesti dan kawan-kawannya berhasil di atas tembok istana yang megah untuk melindungi istana dan rajanya.

Dono di atas pohon yang tinggi pun menyiapkan anak panah yang kuat di ikat tali langsung di panahkan dengan busur yang kuat. Sampailah anak panah ke tembok istana lalu Dono mengikatkan tali pada batang pohon dengan sangat kuat. Bergeraklah Dono di atas seutas tali sampai ke tembok istana. Lesti dan kawan-kawan mulai turun melewati tangga dengan diam-diam. Para prajurit yang menjaga istana di tulup satu-persatu sampai pingsan. Pergerakan Lesti dan kawan-kawan tidak ketahuan. Sampai masuk ke dalam istana dan mencari ruangan tuan putri. 

Terlihat dari sebuah pintu yang terbuka. Putri Rara keluar dari kamarnya. Lesti dengan cepat bergerak cepat masuk ke kamar. Sedangkan Fildan, Arya, Toto mengawasi pergerakan Lesti. Ternyata di dalam kamar ada Sasa adiknya Rara yang sedang tidur. Lesti tidak mau mengusik Sasa yang tidur dengan pulas. Segeralah Lesti menaruh kotak di atas meja dan di berikan sebuah surat yang isinya "Maaf seribu maaf."

Lesti pun segera keluar dari kamar. Ternyata Rara ingin masuk ke dalam kamarnya dan Lesti hampir ketahuan. Tapi Lesti menyelinap di balik pintu kamar. Pandangan Rara ke meja dan melihat kotak perhiasan dan selembar surat. Lesti dengan cepat keluar dari kamarnya putri Rara. Dengan seksama Rara membuka kotak dan membaca surat.

"Ternyata orang yang merampok saya....sudah sadar dan memulangkan kotak ini. Jangan-jangan mereka di sini. Prajurit........," kata Rara memanggil prajurit yang menjaga istana.

Lesti dan kawan-kawannya terkejut sekali.

"Ketahuan deh," kata Lesti dan kawan-kawannya bergantian.

Lesti dan kawan-kawannya segera mungkin keluar dari istana. Rara pun terus menyuruh semua prajurit untuk mencari penjahat yang masuk ke dalam istana. Panglima Irwan pun baru masuk ke dalam istana. Lesti dan kawan-kawannya terjebak oleh keadaan dan akhirnya tertangkap oleh prajurit istana dan berusaha melawan pun percuma dengan jumlah pasukan yang banyak.

"Kalian semua mau lari kemana?" kata panglima Irwan.

Lesti dan kawan-kawan diam seribu bahasa.

"Masuk kesarang singa.....cari mati kalian berempat..hai penjahat cecunguk," kata panglima Irwan yang sombong.

Lesti dan kawan-kawan tetap diam seribu bahasa.

"Bawa masuk ke dalam istana dihadapkan ke Raja agar dihukum seberat-beratnya," kata panglima Irwan.

Para prajurit membawa Lesti dan kawan-kawannya untuk di hadapkan ke Raja. Dono pun bergerak cepat dengan melemparkan sebuah bola asap ke arah prajurit. Seketika kacau semuanya. Lesti dan kawan-kawan berhasil lepas dari para prajurit. Panglima Irwan langsung menahan nafasnya dari asap yang mengepul area sekitar dan mengangkat senjatanya dan menyerang dengan pandangan yang terlihat samar.

Dono langsung menangkisnya dengan pedangnya. Lesti dan kawan-kawan pun berhasil keluar dari istana dengan aman lewat jalur masuknya Dono. Panglima Irwan terus menyerang Dono dengan sangat habat dan kuat. Ternyata putri Rara keluar dari kamarnya bersama adiknya Sasa dan Sang Raja juga. Dono yang terjebak keadaan  akhirnya bergerak menghindari serangan pangliman Irwan menuju putri Rara.

Di sekap putri Rara oleh Dono.

"Maaf putri saya tidak bermaksut lancang, tapi demi keselamatan saya. Anda saya sandera," kata Dono.

Panglima Irwan pun tidak berkutik karena putri Raja di sandera. Sasa adiknya Rara ketakutan sekali kakaknya di sandera. Lebih-lebih Raja. Dono membawa putri Rara keluar dari istana walau di kelilingi oleh prajurit. Terlihat sebuah kuda kerajaan Dono menyuruh putri Rara naik ke kuda setelah itu Dono. Dibawalah menyuruh kuda untuk berlari cepat keluar istana dengan panduan Dono.

Raja pun marah sekali melihat putrinya di bawa lari penjahat. Raja pun memerintahkan panglima Irwan dan  prajurit mengejar penjahat. Sasa pun bersedih hati karena kakaknya di culik, tetapi sang Raja berusaha menenangkan putri Sasa. Raja pun menunggu kabar dari panglima Irwan dan prajurit di dalam istana.

Lesti dan kawan-kawannya sampai di tengah hutan dan berganti penampilan seperti biasanya.

"Hampir saja kita. Kalau tidak ada bantuan dari mas Dono. Kita semua sudah mendekam di penjara," kata Arya.

"Untung ada mas Dono. Tapi..gimana dengan keadaanya?" rasa khawatir pada Lesti.

"Sudah..jangan di pikirkan. Mas Dono bisa menjaga dirinya," kata Fildan.

"Iya juga. Mas Donokah hebat dalam ilmu silatnya jadi kita tidak perlu khawatir kan," saut Toto.

"Saya akan mencarinya," kata Lesti.

"Kalau begitu saya berpisah di sini saja. Untuk keamanan kita semua," kata Arya.

"Benar..sebaiknya kita mencar semuanya. Agar kita semua selamat," kata Fildan.

"Itu ide yang bagus...jalan sendiri-sendiri untuk keselamatan kita semua," kata Toto.

Lesti, Fildan, Arya dan Toto semuanya mencar. Lesti bergerak mencari mas Dono. Sedangkan Dono pun membawa kudanya sampai keluar perbatasan kerajaan dan langsung bersembunyi di suatu tempat yang tenang dan rimbun di tengah hutan.

"Kita bermalam di sini saja tuan putri," kata Dono.

Dono pun turun dari atas kuda begitu juga putri Rara.

"Saya..minta maaf tuan putri..telah membawa kamu sejauh ini. Demi keselamatan saya," kata Dono.

"Kalau kamu sudah aman lepaskan saya," permintaan Rara.

"Silakan saja," kata Dono.

Rara mulai bingung di tengah hutan. Apalagi suara binatang malam menunjukkan dirinya termasuk serigala. Rara sangat ketakutan sekali dan memeluk Dono dengan tidak sengaja.

"Saya takut.....," kata Rara.

"Putri..jangan seperti ini. Memeluk saya," kata Dono.

"Maafkan saya," kata Rara melepaskan pelukannya ke Dono.

"Besok pagi saya antar kamu pulang. Malam ini kita bermalam di sini," kata Dono

"Iya," saut Rara.

Dono pun membuatkan api unggun untuk menghangatkan diri. Lalu segera tidur. Awalnya putri Rara menjauh dari Dono. Tetapi suasana keadaan yang membuat putri Rara tidak ada pilihan akhirnya tidur bersama Dono di sampingnya. Dono pun membiarkan putri Rara tidur dekatnya. Keesokan harinya.

Pagi yang cerah Dono sudah menyiapkan makan untuk putri Rara. Sedangkan putri Rara baru bangun dari tidurnya.  Karena perut berbunyi tanda lapar, langsung memakan makan yang di sajikan Dono yaitu ikan bakar.

"Enak..makannya?" tanya Dono.

"Enak....," jawab Rara.

Setelah sarapan pagi Dono mengantarkan putri Rara menuju istana dengan jalan yang lain agar tidak ketahuan prajurit kerajaan yang mengejar mereka. Putri Rara pun merasa nyaman dengan Dono yang menjaganya dan melindunginya. Sampai di perbatasan kerajaan putri Rara dan Dono pun berpisah. Tapi sebelum berpisah putri Rara ingin tahu siapa nama orang yang menculiknya? Dono pun berpikir sejenak dan memberikan namanya yang asli ke putri Rara. Semenjak itu putri Rara dan Dono berteman baik dan melupakan semua kejadian. 

Panglima Irwan menemukan purti Rara selamat dan langsung di bawa ke istana. Dono pun pulang ke rumah. Sampai di rumah Lesti langsung memeluk Dono.

"Mas..kamu tidak apa-apa?" tanya Lesti.

"Tidak apa-apa?" jawab Dono.

Lesti mulai melepaskan pelukannya.

"Lesti..khawatir..semalaman mencari mas Dono."

"Mas ..Dono..gak apa-apa kan?!. Jadi jangan khawatir lagi.....adek Lesti yang cantik."

Dono dan Lesti pun masuk ke rumah, lalu Lesti menyiapkan makan siang untuk mas Dono yang baru pulang. Semuanya pun senang sekali dengan masakan Lesti yang enak. Apalagi mas Dono menikmati makan buatan adiknya tercinta walau sebenarnya Dono adalah bukan kakak kandung Lesti. Cuma anak yatim piatu yang di tolong oleh Ayah Lesti saat Dono tidak berdaya di tengah hutan dan hampir mati.


Karya: No

MIMPI ATIKAH BINTI ABDUL MUTHALIB

Ibnu Ishaq berkata: Orang yang tidak aku ragukan integritasnya berkata kepadaku dari Ikrimah dari Ibnu Abbas, dan Yazid bin Ruman dari Urwah bin Zubair mereka berdua berkata: Tiga malam sebelum kedatangan Dhamdham bin Amr Al-Ghifari di Makkah, Atikah binti Abdul Muthalib melihat mimpi yang sangat mengerikan.

Ia pun pergi menemui saudara-nya, Al-Abbas bin Abdul Muthalib sambil bertutur: "Saudaraku, demi Allah, semalam aku melihat mimpi yang demikian mengerikan. Aku khawatir keburukan dan musibah akan menimpa kaummu.

Maka rahasiakanlah apa yang akan aku akan katakan padamu nanti." Al-Abbas bin Abdul Muthalib bertanya kepada Atikah binti Abdul Muthalib: "Mimpi apakah yang engkau lihat?" Atikah binti Abdul Muthalib menjawab: "Dalam mimpiku aku melihat seorang musafir datang dengan menunggang unta. Ia berdiri di sebuah tanah lembah nan lapang. Lalu ia berteriak dengan suara sangat lantang: "Ketahuilah, wahai orang-orang Ghudar, berangkatlah kalian ke ladang kematian kalian dalam  jangka tiga hari."

Aku lihat manusia berhimpun pada musafir tersebut, kemudian ia masuk ke masjid di ikuti banya orang. Ketika mereka berada di sekelilingnya, musafir tersebut berdiri di atas untanya di depan Ka'bah, lalu berteriak dengan suara sangat lantang: "Ketahuilah, wahai orang-orang Ghudar, berangkatlah kalian ke ladang kematian kalian dalam jangka tiga hari." Kemudian musafir tersebut berdiri di atas untanya di atas Abu Qubais, dan berteriak dengan teriakan yang sama lantangnya. Musafir tersebut mengambil batu besar lalu melemparkannya.

Batu besar itu meluncur jatuh. Tatkala batu tersebut sampai di bawah gunung, ia pecah berkeping-keping. Tidak ada satupun rumah di Makkah, kecuali diterjang pecahan batu besar tersebut.

"Al-Abbas bin Abdul Muthalib  berkata: "Demi Allah, inilah mimpi yang sebenarnya. Saya berpesan padamu agar merahasiakan mimpimu ini, dan janganlah sekali-kali kau menceritakannya kepada siapa pun" Kemudian Al-Abbas bin Abdul Muthalib keluar dan bertemu dengan Al-Walid bin Utbah bin Radi'ah seorang sahabat dekat Al-Abbas bin Abdul Muthalib. Lalu Al-Abbas bin Abdul Muthalib menceritakan mimpi Atikah binti Abdul Muthalib kepadanya, dan meminta Al-Walid merahasiakan rapat-rapat mimpi tersebut.

Sayang sekali Al-Walid tak mampu menahan rahasia dan ia menceritakan mimpi tersebut kepada ayahnya, Utbah bin Rabi'ah. Hasilnya, berita tentang mimpi tersebut pun menyebar luas ke seantero Makkah dan menjadi bahan pembicaran hangat di antara orang-orang Quraisy di tempat pertemuan mereka. Al-Abbas berkata: Lalu aku pergi untuk thawaf di Baitullah. Saat itu, Abu Jahal sedang berkumpul bersama beberapa orang Quraisy membincangkan serius tentang mimpi Atikah binti Abdul Muthalib.

Pada saat Abu Jahal melihatku, ia berkata: "Wahai Abu Al-Fadhi, apabila telah selesai thawaf, harap engkau datang ke tempat kami!" Seusai thawaf, aku datang dan duduk bersama mereka. Abu Jahal berkata kepadaku: "Wahai Bani Abdul Muthalib, sejak kapan ada nabi wanita di tengah kalian?" Aku bertanya: "maksudnya apa itu?"

Abu Jahal berkata: "Mimpi  yang dlihat Atikah." Aku bertanya: "Bermimpi apakah Atikah?" Abu Jahal berkata: "Wahai Bani Abdul Muthalib, bukanlah kalian senang ada seorang laki-laki di antara kalian yang mengaku sebagai seorang nabi, kemudian wanita kalian juga mengaku sebagai nabi?

Atikah mengaku bahwa dalam mimpinya, orang tersebut  berkata: 'Pergilah kalian dalam tiga hari ini! Kami akan menunggu apa yang akan terjadi pada kalian dalam  jangka waktu tiga hari ini! Apabila apa yang dikatakan Atikah benar, maka dia akan terjadi. Jika telah berjalan tiga hari, namun tidak terjadi sesuatupun, kami akan menulis bahwa kalian adalah warga Baitullah yang paling pendusta di seluruh dunia Arab."

Al-Abbas berkata: Demi Allah, di mataku Abu Jahal bukanlah apa-apa, aku bisa melakukan apa saja atasnya. Namun, aku sengaja mengingkari mimpi tersebut, pura-pura tidak mengetahuinya. Setelah itu kami bubar.

Pada sore harinya, tidak seorangpun wanita Bani Abdul Muthalib kecuali pasti datang menemuiku. Setiap wanita Bani Abdul Muthalib berkata: "Mengapa engkau biarkan begitu saja orang fasik dan kotor ini menyerang orang laki-laki kita, dan menyinggung perasaan wanita-wanita kita?

Sementara engkau mendengar jelas ucapannya, namun engkau tidak merasa gerah atau ucapan yang engkau dengar. "Al-Abbas berkata: "Demi Allah, aku akan melakukannya. Abu Jahal itu bukan apa-apa di mataku, dan aku bisa melakukan apa saja atasnya. Aku bersumpah kepada Allah, aku akan hadapi dia. Jika ia mengulangi perbuatannya, aku pasti melakukan perlindungan terhadap kalian dari perilaku jahatnya.

"Al-Abbas berkata: "Tiga hari setelah mimpi Atikah binti Abdul Muthalib, aku keluar rumah dalam keadaan marah besar. Aku mengira bahwa aku telah kehilangan momen besar yang seharusnya aku lakukan. Aku masuk masjid, dan melihat Abu Tahal di dalamnya. Demi Allah, aku berjalan ke arahnya untuk menghadapnya, agar ia menahan sebagian ucapannya, dan aku bisa membungkamnya.

Abu Jahal adalah orang yang ringan, wajahnya keras, mulutnya dan pandangannya tajam. Tiba-tiba abu Jahal buru-buru keluar menuju pintu masjid. Aku berkata dalam diri ku: "Ada apa dengan orang yang dikutuk Allah ini?" Apakah ia takut aku akan mencercanya?" Ternyata Abu Jahal telah mendengar apa yang tidak aku dengar, yaitu suara Dhamdham bin Amr Al-Ghaifari di tengah lembah sambil berdiri di atas untanya yang  hidungnya sudah di potong. Ia putar pelana untanya dalam posisi terbalik, dan merobek-robek bajunya. Dhamdham bin Amr Al-Ghifari berkata: "Hai orang-orang Quraisy, unta, dan harta kekayaan kalian yang sedang dibawa Abu Sufyan dihadang oleh Muhammad bersama para sahabatnya. Aku kira kalian tidak bisa menyelamatkannya. Bantulah mereka dan selamatkanlah mereka" Al-Abbas berkata: "Aku lebih fokus dengan berita Dhamdham, hingga tak memperdulikan Abu Jahal. Demikian pula halnya dengan Abu Jahal, dia fokus pada kabar itu dan tidak memperhatikan saya." Orang-orang Quraisy cepat-cepat menlakukan persiapan.

Mereka berkata: "Apakah Muhammad dan sahabat-sahabatnya menyangka bahwa nasib kafilah dagang Abu Sufyan akan mengalami nasib serupa dengan nasib kafilah dagang Ibnu Al Hadhrami? Tidak, demi Allah, dia pasti akan mengetahui, bahwa kafilah dagang Abu Sufyan tidak akan mengalami nasib serupa dengan kafilah dagang Ibnu Al-Hadhrami." Orang-orang Quraisy terbagi ke dalam dua kelompok. Ada yang keluar sendiri untuk menghadapi Muhammad dan sahabat-sahabatnya dan ada yang cukup dengan mengutus seseorang sebagai penggati dirinya.

Orang-orang Quraisy sepakat untuk perang. Tidak ada seorang pun dari tokoh-tokoh utama mereka yang ketinggalan, kecuali Abu Lahab bin Abdul Muthalib. Ia tidak ikut serta dan hanya mengutus Al-Ashi bin Hisyam bin Al-Mughirah sebagai pengganti dirinya. Awalnya Al-Ashi bin Hisyam bin Al- Mughirah tidak akan ikut terjun dalam kecamuk perang karena ia mempunyai hutang sebesar empat ribu dirham kepada Abu Lahab. Al-Ashi  bin Hisyam bin Al-Mughirah bangkrut dalam perdagangannya. Maka ia pun di kontrak Abu Lahab dengan nilai sebesar hutangnya. Akhirnya, ia ikut perang menggantikan posisi Abu Lahab.

Ibnu Ishaq berkata: Abdulah bin Abu Najih berkata kepadaku bahwa Umayyah bin Khalaf memutuskan tidak ikut perang. Ia sudah sangat tua dan terhormat, gemuk, dan berbadan berat. Uqabah bin Mu'aith datang menemui Umayyah bin Khalaf yang pada saat itu duduk di masjid bersama kaumnya. Ia membawa anglo tempat membakar kemenyam dan dupa.
Uqbah bin Abu Mu'aith meletakkan anglo dan dupa tersebut di depan Umayyah bin Khalaf seraya berkata: "Wahai Abu Ali, hiaslah dirimu dengan dupa ini, karena engkau lasksana seorang perempuan." Umayyah bin Khalaf menjawab: "Semoga Allah memburukkanmu dan memburukkan apa yang engkau bawa!" Karena tersinggung Umayyah bin Khalaf segera bersiap-siap dan ikut perang bersama pasukan lainnya.

PERANG BADAR KUBRO

Ibnu Ishaq berkata: Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam mendengar berita bahwa Abu Sufyan bin Harb baru saja tiba dari Syam bersama dengan kafilah dagang Quraisy yang membawa sejumlah besar kekayaan dan barang dagangan milik orang-orang Quraisy.
Kafilah ini terdiri dari tiga puluh atau empat puluh orang Quraisy. Di antara mereka ada Makhramah bin Naufal bin Uhaib bin Abdu Manaf bin Zuhrah dan Amr bin Al-Ash bin Wail bin Hisyam.

Ibnu Hisyam berkata: Ada yang berkata bahwa Amr adalah anak dari Wail bin Hasyim. Ibnu Ishaq berkata: Muhammad bin Muslim Az-zurhri, Ashim bin Umar bin Qatadah, Abdullah bin Abu Bakr, Yazid bin Ruman, dan ulama-ulama lain berkata kepadaku dari Urwah bin Zubair dari Ibnu Abbas Radhiyallahu Anhuma. 

Mereka semua mengatakan beberapa hadits dalam redaksi sama tentang Perang Badar. Mereka berkata: Pada saat Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam mendengar Abu Sufyan bin Harb tiba dari Syam, beliau mengajak kaum Muslimin keluar dari Madinah dan bersabda: "Inilah kafilah dagang Quraisy. Di dalamnya adalah harta kekayaan mereka. Oleh sebab itu, pergilah kalian kepada mereka! Semoga Allah memberikan kekayaan mereka kepada kalian!" Kaum Muslimin menanggapi cepat seruan Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam.

Sebagian mereka merasa ringan tanpa beban untuk berangkat dan sebagian lainnya merasa berat hati untuk berangkat, karena mereka tidak mengira Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam akan mendapatkan perlawanan perang.

Pada saat mendekati Hijaz, Abu Sufyan mengorek berita dan bertanya kepada musafir yang ia temui, karena khawatir mendapat serangan tak terduga. Akhirnya dia mendapatkan berita dari salah seorang musafir yang mengatakan kepadanya: "Sesungguhnya Muhammad telah mengirim sahabat-sahabatnya untuk menyerangmu dan kafilah dagang yang kamu pimpin." Karena berita tersebut, Abu Sufyan bersikap ekstra hati-hati.

Ia menyewa Dhamdham bin Amr Al-Ghifari untuk pergi ke Makkah dan memerintahkannya untuk mendatangi orang-orang Quraisy serta mendesak mereka untuk menyelamatkan harta kekayaan mereka, dan memberi tahu mereka bahwa Muhammad kini telah menghadangnya bersama para sahabatnya. Dhamdhan bin Amr Al-Ghifari segera meluncur ke Makkah.

BIDASARI LAHIR

Dengarlah kisah suatu riwayat
Raja di desa negeri kembayat
Dikarang fakir dijadikan hikayat
Dibuatkan syair serta berniat

Adalah raja sebuah negeri
Sultan Agus bijak lestari
Asalkan baginda raja yang bahari
Melimpahkan pada dagang biaperi

Kabarnya orang empunya termasa
Baginda itulah raja perkasa
Tiadalah ia merasai susah
Entahlah kenapa esok dan lusa

Seri paduka sultan Bestari
Setelah ia sudah beristeri
Beberapa bulan beberapa hari
Hamillah putri permaisuri

Demi ditentang duli mahkota
Muskillah hati bertambah cinta
Laksana mendarat bukit permata
Menentang isterinya hamil serta

Beberapa lama di dalam kerajaan
Senantiasa ia bersuka-sukaan
Datanglah masa beroleh kedukaan
Baginda meninggalkan kerajaan

....
Sampailah baginda ke dalam hutan
Tubuhnya luka berkerat-keratan
Kena terkait duri rotan
Tambahan putri dengan keberatan

Sakitnya tiada lagi terperi
Belas memandang kelakuan isteri
Tiada terbawa tubuh sendiri
Oleh baginda dipimpin jari
....

ANGGUN CIK TUNGGAL

Terus berjalan Gondan Gandariah
Ke dandang Golai ia melangkah
Harap hatinya mendapat kisah
perjanjian lama terkenang sudah.

Setela tiba di atas dandang
Segera bertemu si Megat Jabang
Keduanya bersama hati girang
Sama menderita kasih dan sayang

Baru Cik Tunggal melihat Godan
puncat rupanya berobah roman
lalu disambut dengan senyuman
Sambil berpantun sedemikian:

Pandan berbunga dalam rimba
angin menderu dari Tiku
Badanlah lama tak bersua
kinilah baru kita ketemu

Baru diikat dengan tanjung
sama terikat bunga pandan
baru melihat adik kandung
kembali semangat dalam badan
............................................................
Setelah mendengar Gandariah siti
Pantun Cik Tunggal demikian peri
Rasakan putus rangkaian hati
Berpantun Gondan pula sekali
.............................................................
Habislah sudah pantun seloka
Diambil pakaian dengan segera
Lengkap baju dengan celana
Kepada Cik Tunggal diberikannya

Adapun akan si Megat Jabang
Merima pakaian hatinya girang
Pada Gandariah bertambah sayang
Bertambah tak lupa malam dan siang.



RADE MENTARI MENEMUKAN MAYAT KEN TAMBUHAN

Rakitnya hanyut dari hulu,
Menurut air hilir selalu,
Segala yang memandang belas dan pilu,
Masing-masing berenang berebut dahulu.

Tersenyum bertitah Raden Mentari,
"Kakang sekalian! Pergilah diri!
Ambilkan rakit! Bawa kemari!
Jikalau dapat, aku ganjari!"
..................................................
Setengah ramai rebut-rebutan,
Nyatalah mayat tampak kelihatan,
Sekaliannya terkejut salah ingatan,
Rasanya takut bukan buatan.

Setengah berkata tiada bertentu,
"Mayat manusia, bukannya hantu!
Baunya seperti bau narwastu!
Raden bertitah, "Siapakah itu?"

Sekaliannya menyembah seraya katanya,
"Mayat manusia, tuanku! Rupanya,
terlalu sekali baik parasnya,
seperti tersenyum rupa bibirnya.

Raden pun segera datang melihati,
Serta dipandang, diamat-amati,
mayat isterinya nyatalah pasti,
Raden terkejut berdebar hati.


Karya: Hooykaas

PERAHU

Perteguh jua alat perahumu
muaranya sempit tempatmu lalu,
banyaklah di sana ikan dan hiu,
menanti perahumu lalu dari situ.

Muaranya dalam, ikan pun banyak,
di sanalah perahu karam dan rusak,
karangnya tajam seperti ombak
ke atas pasir kamu tersesak.

Ketahui olehmu hai anak dagang,
riaknya rencam ombaknya karang
ikan pun banyak datang menyarang
hendak membawa ke tengah sawang.

Muaranya itu terlalu sempit,
di manakah lalu sampan dan rakit,
Jikalau ada pedoman dikapit
sempurnalah jalan terlalu ba'id.

Baiklah perahu engkau perteguh,
Hasilkan pendapat dengan tali sauh,
anginnya keras ombaknya cabuh,
pulaunya jauh tempat berlabuh.


Karya: Hamzah Fansuri

CAMPUR ADUK

MUMBAI XPRESS

Malam gelap bertabur bintang di langit. Setelah nonton Tv yang acara sepak bola. Budi duduk dengan santai di depan rumahnya sedang baca cerp...

CAMPUR ADUK